Quantcast
Channel: HUMOR DEWASA, CERITA DEWASA, Foto Dewasa
Viewing all 382 articles
Browse latest View live

Cerita Dewasa Rudal Ayah Tiriku

$
0
0

Cerita Dewasa – Disaat aku masih SMA ayahku meninggalkan kami berkeluarga, saat itu ibu merasa terpukul dan sedih, setiap harinya dia merenung , dimana kami sekeluarga untuk masalah ekonomi agak tergoncang sepeninggalan ayah, tetapi ibuku yang kreatif memutar otak , ibuku membuka usaha catering setelah beberapa tahun sibuk dengan usahanya ibu tidak mencari pengganti.

Dua tahun berselang setelah kematian Ayah, tiba-tiba kami dikejutkan dengan perkataan Ibu yang mohon restu untuk menikah kembali dengan Pak Didik(45). Kami memang sudah mengenalnya dengan baik, karena dia sering bertandang kerumah kami. Namun, kami berpikir Pak Didik hanyalah teman baik Ibu. Sebab Pak Didik bertamu ke rumah kami seperti halnya tamu-tamu yang lain. Lebih-lebih Ibu juga bersikap biasa-biasa saja. Ibu tidak menunjukkan dalam kondisi tengah jatuh cinta.

Kami semua merestui keinginan Ibu untuk menikah lagi. Pertama, karena usia Ibu masih tergolong muda, 38 tahun, untuk mengarungi hidup ini sendirian. Kedua, karena kami tahu bahwa Pak Didik berstatus duda tanpa anak. Pak Didik adalah pria yang matang, penyayang,dan bertanggung jawab. Aku dan kedua adikku sudah cukup dekat dengannya. Masuknya Pak Didik sebagai anggota baru keluarga kami memang membawa warna-warna lain dalam kehidupan keluarga kami. Aku pribadi sangat senang dengan adanya figur seorang ayah pengganti. Terus terang, sebagai anak perempuan satu-satunya aku haus akan perhatian dan kasih sayang seorang ayah.

Apalagi di usia 20 tahunan aku ingin ada yang menuntunku dalam urusan cinta dan berhubungan dengan pria. Aku harap bisa menimba pengalaman dari ayah tiriku ini. Kedekatanku dengan ayah tiriku membuat Ibu bangga. Beliau senang melihat kami semua akrab dengan suami barunya. Bahkan, boleh dikatakan aku bersikap agak manja kepadanya. Setiap pulang sekolah, aku pasti segera mencari ayah tiriku untuk menceritakan pengalamanku di kampus. Beliau akan dengan sabar mendengar ceritaku, kemudian dengan bijak menasihatiku bila ada hal-hal yang dianggapnya tidak ‘sesuai’.
Kadang-kadang atas ijin Ibu, aku mengajak ayah tiriku berjalan-jalan ke mall. Setelah mencicipi hidangan fast food kami mampir untuk nongkrong di toko buku. Aku mempunyai hobi membaca buku filsafat dan psikologi, sama seperti beliau.

Tanpa kusadari aku semakin dekat dan semakin akrab kepada ayah tiriku, aku sudah semakin cuek aja dan tidak malu lagi semisalnya keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan handuk mandi sebagai penutup bagian-bagian tubuhku yang vital dihadapan ayahku. Dan kadangkala ayahku pula yang menggendongku ke tempat tidurku apabila aku kedapatan ketiduran di ruang tamu karena ketiduran akibat mataku yang kelelahan karena membaca buku ataupun menonton telivisi.

Lama-kelamaan aku semakin mengagumi sifat-sifat kedewasaan yang dimiliki oleh ayah tiriku, dan ada rasa perasaan khusus tertentu yang tidak bisa kuterjemahkan, entahlah apakah itu adalah perasaan cinta? Mungkin itulah alasannya aku selalu menampik setiap pernyataan cinta yang dilontarkan oleh teman-teman priaku. Terus terang aku tidak tertarik dengan teman-teman pria sebayaku yang cenderung manja dan kekanak-kanakan. Sebaliknya aku mengagumi pria-pria yang dewasa dan matang. Rasanya aku betah berada disisi mereka untuk mendengar cerita ataupun nasehat-nasehatnya, dan itu semuanya kudapatkan penuh dari ayah tiriku ini.

Rupanya gejala ini juga dirasakan dan ditangkap oleh ayah tiriku. Kalau sebelum pergi ke suatu tempat, aku biasa mencium pipi Ibu dan Ayah tiriku. Sekarang bila ibu tidak ada, Ayah akan membalas mencium pipiku. Semula aku merasa kaget dan ada sedikit perasaan malu, bukan kenapa-kenapa ini adalah ciuman pertama dari seorang laki-laki kepadaku dan sekaligus adalah ayahku. Bahkan pernah suatu waktu aku terperangah ketika ayah tidak hanya membalas mencium pipiku, melainkan juga bibirku. Melihat wajahku memerah, karena aku belum pernah pacaran, Ayah hanya tersenyum simpul.

Kejadian seperti itu terus berulang ketika ibuku ada di dapur dan kebetulan aku berpamitan mau ke kampus. Dan akupun mulai terbiasa dengan ‘pamitan’ gaya baru dari ayah tiriku. Semakin lama kami berani melakukannya lebih lama, kami pernah melakukannya selama beberapa menit dengan panasnya. Kalau tidak mengingat Ibu yang ada di dapur yang sewaktu-waktu bisa memergoki mungkin ayahku tidak akan melepaskanku dari pagutannya. Beberapa waktu berselang, suatu saat Ibu harus menjenguk salah satu keponakannya yang dirawat di rumah sakit di Bogor. Kebetulan kedua adikku telah memasuki masa liburan sekolah dan keduanya mengantar dan menemani ibu selama di Bogor.

Alhasil hanya aku dan Ayah tiriku yang ada di rumah sekarang ini. Menyadari tidak ada orang lain, sebenarnya hatiku berdegup kencang menyadari saat-saat yang tidak terduga tinggal berdua saja dengan Ayah tiriku yang amat kukagumi. Ketika aku pulang kuliah menjelang sore hari, beliau sudah menungguku di teras rumah dan terlihat kegembirannya yang terbias di matanya ketika menyambut kepulanganku. “Pulangnya kog malam, Non?” tanya ayah dengan senyum khasnya. Aku menjawab dengan santai, “Tadi jalan-jalan dengan teman Yah. “Senyumnya mendadak agak hilang ketika keceritakan aku berjalan-jalan dengan teman-teman cowok kampusku. Aku tertawa dalam hati melihat sikap ayah tiriku yang terlihat sedikit menyimpan rasa cemburu.

Sehabis mandi seperti biasanya aku tetap hanya menggunakan handuk melalui ayah menuju ke arah kamarku.
“Nia, apakah cowok yang menemani kamu adalah pacar kamu?”, selidik ayah tiriku.
“Sebentar ayah, Nia mau berpakaian dulu, dan nanti akan Nia ceritakan seluruhnya ke Ayah”, jawabku sambil tetap menuju ke arah kamarku, sepintas kulihat ayahku seperti berdiri dari sofa tempat duduknya. Aku menutup pintu kamar dan mulai mengeringkan rambutku dengan menggunakan kipas angin yang kunyalakan.
Tiba-tiba aku mendengar suara derit pintu kamarku terbuka dan kulihat ayah tiriku berjalan masuk menghampiriku. Karena aku masih terbalut dengan handuk aku cuek saja menerima kehadiran ayah tiriku meskipun sesungguhnya hatiku terasa dag dig dug.
“Aduhh.., ayah nih kog penasaran amat sih, dibilang entar juga pasti diceritain”, kataku menggoda sembari tetap mengeringkan rambutku yang masih agak basah.
“Nia, kamu serius yah berpacaran dengan cowo yang tadi itu?”, masih dengan penasaran ayahku terus menanyaiku.
“Hmm…, Kalo ya kenapa…, kalo tidak juga kenapa?” tanyaku memancing perasaan ayah tiriku.
“Kamu bandel yahh…, udah main rahasia-rahasiaan” ucapnya seraya tiba-tiba tangannya menggelitik pinggulku.

Aku tergelitik kegelian sambil meronta-ronta kecil untuk melepaskan dari gelitikan tanggannya. Ayahku tetap menguber-uberku sambil tetap menggelitik seluruh tubuhku, sampai akhirnya kita berdua jatuh ke ranjang dan ayah tetap saja menggelitik seluruh badanku. Sampai akhirnya kita berdua cekakak cekikikan dan akihirnya aku berteriak-teriak kecil minta ampun supaya Ayah menghentikan gelitikannya. Begitu ayah menghentikan gelitikannya tubuhku terasa lemas dan kami berdua ngos-ngosan akibat kehabisan nafas. Ayah tiduran disampingku di atas ranjang sambil tetap memperhatikan wajahku yang masih bersimbah peluh. Aku mencoba menarik napas panjang sambil memejamkan mata untuk menghilangkan rasa lemas yang kurasakan.

Tiba-tiba aku merasakan ciuman lembut menempel di bibirku, namun aku merasakan pagutan ciuman kali ini lebih terasa dan lebih rileks, mungkin karena Ibu tidak ada di rumah. Akupun membiarkan bibirku dilumat dengan lembut, baru kali ini ciumannya membuatku terasa terbang diawang-awang. Tanpa disadari tangan ayah yang tadi mengelus lembut pinggulku…, telah melepas handuk penutup tubuhku. Akupun baru sadar bahwa aku telah tidak berpakaian. Sebelum aku sempat berpikir banyak, ayahku sudah memelukku kembali dengan eratnya seraya mengelus-elus rambutku yang panjang. Terus terang aku sangat terlena dengan sentuhan kasih sayangnya ini.

Ketika ia mengangkat wajahku, aku menundukkan wajahku yang bersemu merah. Aku bisa mendengar suara detak jantung ayah yang berdegup kencang saat matanya menyapu dengan bersih seluruh lekuk-lekuk tubuhku yang sudah tidak terlindung apapun. Ayah mengelus bibirku dan tiba-tiba memagutnya kembali dengan penuh nafsu. Aku hanya bisa pasrah dibawah kenikmatan yang baru kurasakan ini. Bahkan aku mulai berani membalas pagutannya. Ayah kemudian menyeretku kedalam pangkuannya di atas ranjang. Kami terus berciuman, hingga tangannya mulai bergerak mengelus ke daerah-daerah tubuhku yang paling sensitif.

Aku menjerit kecil ketika kurasakan tangannya yang nakal menyentuh dan meremas-remas dengan lembut payudaraku. Sambil melumat bibirku, ayahku secara perlahan-perlahan berusaha melepaskan seluruh pakaiannya. Aku menjerit kecil tertahan tatkala penis ayahku keluar dari celana dalamnya dan dalam keadaan sangat panjang dan ‘tegak’, baru kali ini aku menyaksikan secara dekat penis seorang lelaki, bentuknya panjang mengeras dan dibagian ujung kepala penis ayah membesar dan berkilat-kilat bagai jamur.

Belum sempat logikaku berjalan,ayah sudah kembali memeluk dan mencumbuku kembali, kini kami sama-sama bergumul dengan panasnya tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh kami. Mataku terpejam rapat sambil berteriak tertahan saat ayah tiriku mencumbui organ kewanitaanku. Ada rasa nikmat luar biasa yang kurasakan, hingga setiap beberapa saat badanku menggelinjang-gelinjang tak kuasa menahan hentakan-hentakan kenikmatan yang keluar dari seluruh sendi-sendi tubuhku. Sampai akhirnya aku merasakan benda panjang dan hangat menyeruak memasuki vaginaku.

Saat itulah aku mempersembahkan keperawanan, kehormatan, jiwa ragaku kepada ayah tiriku. Kami bersetubuh tanpa mempedulikan waktu, terus berpacu dan berpacu meliwati klimaks demi klimaks hingga hampir menjelang subuh badan kami sama-sama lemas karena merasakan klimaks yang berkali-kali hingga akhirnya kami rubuh dan tidur berpelukan dalam satu ranjang dengan perasaan puas. Terus terang pengalaman pertamaku berhubungan seks membawa kesan yang luar biasa dalam hidupku. Aku sama sekali tidak merasakan kesakitan karena ayahku tahu persis bagaimana menjalankan permainan seks kami dengan sebaik mungkin.

Malam pertama kami, kami lewatkan dengan mengulang permainan seks hingga tiga kali. Ketika tak berdaya lagi, kami baru berhenti. Seminggu ditinggal Ibu dan adik-adik membuat aku dan Ayah benar-benar menikmati petualangan asmara. Selama hampir setahun menjalin asmara diam-diam dengan ayah, Ibu mulai curiga. Apalagi, Ibu mengetahui kalau sampai berusia 21 tahun aku belum juga mau punya pacar. Padahal aku terhitung cantik dan supel. Apalagi ketika aku sudah menamatkan D-ii bahasa inggrisku, Ibu mendesakku untuk mulai mencari pasangan hidup.

Ketika diam-diam kudiskusikan hal ini kepada Ayah, dia sangat mendukungku menjalin hubungan dengan pria lain. Soalnya, Ayah mulai mencium tanda-tanda kecurigaan di mata Ibu melihat hubunganku dengan Ayah semakin lengket aja. Maka ketika Wahyu,kakak kelasku yang paling gencar mendekatiku. Kupikir apa salahnya aku membina hubungan dengannya. Apalagi wajahnya lumayan ganteng, postur tubuhnya atletis, dan otaknya encer pula. Singkat cerita aku kemudian serius menjalin hubungan dengannya. Sementara itu, kisah cintaku dengan Ayah terus berlanjut. Kali ini kami lebih banyak melakukan persetubuhan kami di luar rumah. Kadang-kadang kami janji bertemu di hotel A atau B yang letaknya agak jauh dari kota tempat tinggalku.

Enam bulan setelah berpacaran dengan Wahyu, keluarganya datang melamarku. Aku menerima lamarannya dengan perasaan biasa-biasa saja. Terus-terang perasaan cintaku telah kepersembahkan seutuhnya kepada ayah tiriku. Aku menikah hanya untuk menutupi perselingkuhanku dengan ayah. Untungnya, Wahyu adalah orang yang tidak mempersoalkan keperawananku ketika kami melewatkan malam pertama. Menghadapi permainan seks Wahyu yang tergolong pemula, aku merasa tidak puas.

Kadang-kadang aku membayangkan sedang berhubungan badan dengan ayah tiriku yang macho dan berpengalaman. Akhirnya, aku tetap sering menelepon ayah untuk saling bertemu di luar rumah. Usianya yang telah berkepala empat telah mengetahui secara betul segala bentuk permainan seks yang dapat memberikan kepuasan klimaks terhadap gadis-gadis muda seusiaku.

Bercinta dengan ayah tiriku, aku mendapatkan klimaks yang berulang-ulang, hal yang tidak dapat kudapatkan apabila aku berhubungan badan dengan suamiku sendiri. Aku tahu perbuatanku adalah keliru. Namun aku tidak dapat menghapus sosok Ayah tiriku dalam kehidupanku.
Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa menghentikan perselingkuhanku ini. Aku hanyalah seorang wanita yang menginginkan adanya figur pria matang disisiku.

Cerita Dewasa Rudal Ayah Tiriku

Posting Cerita Dewasa Rudal Ayah Tiriku ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.


Cerita Dewasa Enak Nikmati Tubuhmu

$
0
0

Cerita Dewasa – Waktu sudah telarut malam saatnya Winna dan Anis pulang ke kost kostsan sehabis jalan jalan di mall di kota Bandung, kebetulan habis semesteran jadinya liburan kuliahnya , kebanyakan teman dari mereka memilih untuk pulang kampus , tapi berbeda dengan Winna dan Anis mereka memilih masih di Bandung ketimbang balik lagi ke Jakarta.

Sampai di tempat kost mereka kira-kira jam 10 malam. Saat itu daerah di sekitarnya sudah sepi begitupula di dalam kost-kostan karena semua penghuninya pulang ke kampung atau kota asal mereka masing-masing untuk memanfatkan waktu liburan kuliah mereka, dan kini tinggallah mereka berdua saja yang masih bertahan di dalam areal kost yang luas dan besar itu. Walau usia mereka terpaut jauh, mereka berdua sangatlah akrab karena selain mereka tinggal sekamar dan berasal dari Jakarta, di kampus mereka juga satu fakultas.

Winna saat ini berusia 26 tahun, sementara Anis baru berusia 18 tahun. Keduanya memiliki wajah yang cantik, Winna dengan bentuk badan yang berukuran sedang nampak anggun dengan penampilan kesehariannya, sedangkan Anis memiliki tubuh yang mungil dan wajah yang imut-imut.
Banyak pria yang tertarik kepada mereka berdua, karena bukan saja mereka cantik dan pintar, namun mereka juga pandai dalam bergaul dan ringan tangan. Akan tetapi dengan halus pula mereka menolak berbagai ajakan yang ingin menjadikan mereka sebagai kekasih atau pacar dari para pria yang mendekati mereka.

Winna saat ini lebih memilih berkonsentrasi untuk menghadapi sidang skripsinya, sedang Anis yang baru menamatkan tahun pertamanya di kampus tersebut lebih memilih untuk aktif di organisasi kampus dari pada pacaran atau berhura-hura. Sesampainya di kost, Winna langsung menuju ke kamar kost dan membuka pintu, sedangkan Anis mampir dulu ke kamar mandi yang terletak agak jauh dari kamar kost mereka. Setelah membuka kamar, Winna begitu terkejut ketika dilihatnya kamar mereka sudah berantakan seperti habis ada pencuri.

Belum lagi sempat memeriksa segalanya, tiba-tiba kepala Winna sudah dipukul dari belakang sampai pingsan. Winna tidak tahu apa-apa sampai tubuhnya digoncang-goncang seseorang hingga tersadar dan menemukan dirinya sudah dalam keadaan terikat di kursi tempat biasanya dia duduk untuk belajar dan mulutnya disumpal kain, sehingga tidak dapat bersuara. Belum lagi lama dia siuman, matanya terbelalak ketika melihat pemandangan di sekitarnya, ia melihat dua pria di depannya. Yang menyuruhnya bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya berambut gondrong dia hanya mengenakan celana jeans kumal, badannya telanjang penuh dengan tatto. Dan satu orang lagi juga berbadan agak gemuk, berambut acak-acakan juga hanya mengenakan celana jeans.

Wajah mereka khas, usia mereka sekitar 40 tahunan. Sementara kamar kost mereka dalam keadaan tertutup rapat, jendela pun yang tadinya agak sedikit terbuka kini telah tertutup rapat. Tidak beberapa lama kemudian mata Winna kembali terbelalak dan ingin menjerit, karena kedua orang itu ternyata dikenalnya.
Yang membangunkan dia bernama Asan dan satu lagi bernama Thomas atau sering dipangil Liem. Mereka berdua adalah teman dari Henry pemilik kost yang sering nongkrong di tempat itu, pekerjaan mereka tidak jelas.
Memang beberapa waktu yang lalu Winna dan Anis dikenalkan oleh Henry kepada Asan dan Liem. Karena dengan setengah memaksa Henry, Asan dan Liem ingin dikenalkan dengan Winna dan Anis yang waktu itu baru pulang dari kampus.
Rupanya mereka berdua tertarik dengan kecantikan Winna dan Anis. Akan tetapi rupanya cinta mereka bertepuk sebelah tangan, Winna dan Anis lebih sering menghindar untuk bertemu dengan Asan dan Liem.
Dan yang membuat hati Winna menjerit dan panas adalah begitu sadar sepenuhnya dan mengetahui Asan sedang duduk di pinggir ranjang mereka sambil memangku Anis yang saat itu sudah tinggal memakai BH dan celana dalamnya saja yang berwarna putih.
Anis sambil menangis memohon-mohon minta dilepaskan, air matanya telah membasahi wajahnya yang cantik itu. Tapi si Asan yang badannya jauh lebih besar itu tidak menghiraukannya, dia mulai meremas-remas payudara Anis yang baru sekepalan tangan orang dewasa itu yang masih terbungkus BH itu, kemudian menjilati leher Anis.
Pria itu lalu berkata, “Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat..!”
Setelah itu dilumatnya dengan rakus bibir indah Anis dengan bibirnya, “Hmp.., cup.., cup..,” begitulah bunyinya saat kedua bibir mereka beradu.
Air liur pun sampai menetes-netes keluar, rupanya lidah Asan bermain di dalam rongga mulut Anis.
Sementara itu Liem yang berada di samping Winna berkata kepada Winna, “Hei, elo sudah bangun ya, teman elo ini boleh juga, aku pake dia dulu ya, baru setelah itu giliran elo, nah sekarang elo perhatikan aku baik-baik kalo sampe elo nanti engga bisa muasin nafsu aku, mampus deh elo..!” sambil mengelus-elus kepala Winna. Winna mau berontak tapi tidak dapat berbuat apa-apa, Winna pun mulai pucat.
Lalu Asan yang masih memangku Anis menyudahi serbuan bibirnya dan berkata, “Ok Sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!”
Dia menyuruh Anis berlutut di depannya dan menyuruhnya membukakan celana jeans kumalnya, lalu mengulum batang kemaluannya. Sambil menangis Winna memohon belas kasih, “J.. ja.. angan… tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!”Belum selesai berkata, tiba-tiba, “Pllaakkk..!” si Asan menampar pipinya dan menjambak rambutnya.
Dengan paksa Anis dibuat berlutut di depannya, “Masukkan ke dalam mulut elo, hisap atau aku bunuh elo..!” Terpaksa dengan putus asa dan wajah yang pucat dan gemetar, Anis membuka celana Asan dan begitu dia menurunkan celana dalam Asan tampaklah kemaluan Asan yang telah membesar dan menegang.
Tanpa membuang waktu Asan segera memasukkan kemaluannya itu ke mulut Anis yang mungil itu. Batang kemaluannya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu besar, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Anis. “Hhmppp.., emphh.. mpphh..!” begitulah suara Anis saat mulutnya dijejali dengan kemaluan Asan.
Liem juga tidak tinggal diam, rupanya nafsu telah memenuhi otaknya, setelah dia melepas celana jeansnya dia berdiri di samping Anis, menyuruh Anis mengocokkan batang kemaluannya yang juga telah membesar dengan tangan.
Batang kemaluan Liem tidak sebesar temannya, tapi diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Anis dalam posisi berlutut dengan mulut dijejali kemaluan Asan dan tangan kanannya mengocok batang kemaluan Liem.
“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis cantik ini, lain dari yang lain..!” kata Asan. “Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih..!” timpal Liem.
Beberapa lama kemudian nampak tubuh Asan menegang, seluruh badannya mengejang, dan, “A.. akh..!” Asan akhirnya berejakulasi di mulut Anis. Cairan putih kental memenuhi mulut Anis menetes di pinggir bibirnya seperti vampire baru menghisap darah, dan Anis terpaksa meminum semuanya karena takut ancaman mereka dan juga kuatnya pegangan tangan Asan di kepalanya.
Setelah itu mereka melepas BH dan CD Anis, sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang, tampaklah payudara dan bulu-bulu kemaluannya yang masih halus dan jarang. “Waw cantik sekali anjing ini.” ujar Liem sambil memandangi tubuh bagian dada dan bawah Anis yang sedang terisak-isak ketakutan.
Kali ini Liem duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Anis berjongkok di depannya sambil terus memijati dan mengocok batang kemaluan dengan tangannya. Anis terpaksa menuruti kemauan Liem itu sambil sesekali dipaksa untuk menjilati ujung batang kemaluannya, sehingga Liem mendengus keenakan. Sementara itu si Asan mengambil posisi berbaring di bawah kemaluan Anis dan menjilati liang vaginanya sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang kemaluan itu.
Seketika itu Anis kaget dan, “Ehhgh.., iihh… iih.. eggmhh..!” Anis pun merintih-rintih jadinya, badannya menggeliat-geliat akibat tusukan jari-jari serta jilatan lidah Asan di kemaluan Anis. “Ayo anjing.., kocok terus barang aku..!” bentak Liem sambil menampar kepala Anis. Kembali Anis mengocok kemaluan Liem sambil badannya terus meliak-liuk karena kemalunnya mendapat serangan dari tangan dan lidah Asan. Dari bibirnya pun terus terdengar suaranya merintih-tintih.
Sekitar 10 menit dikocok, Liem memuncratkan maninya dan membasahi wajah serta rongga mulut Anis. Kali ini Anis sudah tidak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia memuntahkannya.
Melihat itu Liem jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Anis dan menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang. “Pelacur anjing..! Kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku. Kalo sekali lagi begitu, kurontokkan gigi elo, dengar itu..!” bentaknya.
Asan pun terpaksa menyudahi aktifitasnya dan ikut-ikutan menampar Anis.
“Goblok..! Aku lagi asyik nikmatin mem*k elo. Elo jangan macem-macem ya..!” bentak Asan. Anis hanya dapat menangis memegangi pipinya yang merah akibat dua kali tamparan itu.
Nampak kemarahan Winna bangkit karena teman dekatnya diperlakukan begitu. Winna meronta-ronta di kursinya, tapi ikatannya terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang.
Melihat reaksi Winna si Asan berkata, “Kenapa? Elo tidak terima ya pacar elo aku pinjam, tapi sayang sekarang elo nggak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..! Abis ini giliran elo yang aku entot..! Hahaha..!”
Mereka kembali menggerayangi tubuh Anis, kali ini Asan merentangkan tubuh Anis di tempat tidur dan membuka lebar kedua pahanya, dan segera mulai memasukkan batang kejantanannya ke liang kemaluan Anis.
“J.. jangan. Aduh.., tto.. long.., Mbak Winna. Ampun Bang..!” pinta Anis sambil mencoba berontak tapi dengan sigapnya Liem membantu Asan dengan memegangi kedua tangan Anis. Batang kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang kemaluan Anis yang masih sempit, sehingga dari wajah Anis terlihat dia menahan sakit yang amat sangat, tangisannya pun semakin keras.
Setelah hampir seluruh batang kemaluannya terbenam di dalam liang kemaluan Anis, Asan mulai memaju-mundurkan pantatnya, mulai dengan irama pelan hingga dengan cepat. Keringat pun dengan deras membasahi kedua tubuh itu.
Beberapa saat kemudian dari sela-sela kemaluan Anis mengucur darah segar bercampur dengan cairan bening hingga warnanya berubah menjadi merah muda meleleh membasahi paha Anis.”Aakkh.. aahh.. aaa. ouhh.. ss.. aakit. ooh. aampuun.. ohh..,” begitulah erangan dan teriakan Anis merasakan sakitnya.
Rupanya teriakan dan erangan Anis menambah nafsu dan semangat Asan untuk terus memompakan kemaluannya dengan keras dan cepat hingga badan Anis pun terbanting-banting dan terguncang-guncang keras. Anis hanya pasrah mengikuti irama Asan dan kedua tangan Anis pun kini sudah dilepas oleh Liem.
Selama beberapa menit disetubuhi oleh Asan, tiba-tiba badan Anis menegang sampai secara refleks dia memeluk kepala Asan yang sedang asyik menggenjotnya. Dia rupanya mengalami orgasme sampai akhirnya melemas kembali.
Asan pun menyudahi gerakan memompanya namun kemaluannya masih tetap tertanam di dalam liang vagina Anis. “He… he… he… Baru kali ini kan loe ngerasain pria cokin, gimana rasanya enak engga, jawaabb..!” bentak si Asan sambil menarik rambut Anis.
Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata Anis menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali..!” “Jawab lebih keras supaya teman loe dengar pengakuan loe..!” kata Liem. “I.. iya, s.. saya suka sekali bercinta.” jawabnya dengan suara terbata-bata.
“Tuh, kamu dengar kan, apa kata teman elo, dia suka dientot, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka pada Winna yang hanya dapat meronta-ronta sambil menangis di kursinya. Hatinya benar-benar serasa mau meledak tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.
Kemudian si Asan mencabut kemaluannya dan membuat posisi badan Anis gaya posisi anjing, dia kemudian memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke pantatnya Anis hingga terbenam seluruhnya.
Karena rasa perih dan sakit yang tidak terhingga, maka Anis berteriak memilukan, “Aaakkhh..!” Lalu dia menariknya lagi, dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu di pantat Anis hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak.
“Ooughh..!” Anis mendengus keras menahan rasa perih dari lubang duburnya, seluruh badannya kembali mengeras lolongannya pun kembali terdengan memilukan, “Aahh… ouh.. aah..! Aa.. mpun.., ssakit. Aakhh..!”
Kini Asan meyodomi Anis dengan irama yang keras dan cepat hingga Anis menggelepar-gelepar, dan badannya kini mulai melemah dan habis akibat digenjot oleh Asan.
Tidak beberapa lama Asan akhirnya mencabut kemaluannya dari lubang dubur Anis dengan kasar. Kembali darah segar mengucur deras dari liang dubur Anis, sementara Anis tertelungkup jatuh ke kasur disertai rintihan panjang melemah, “Aahh..!” Namun Asan belum juga puas, kemalunnya masih garang.
Kini ditelentangkannya Anis dan kembali Asan meniduri Anis dan memasukkan kembali batang kemaluannya ke lubang vagina Anis yang telah lemas itu, dan kembali Asan menggenjot tubuh lunglai itu.
Tidak lama Asan pun berejakulasi di rahim Anis. Lolongan kepuasan keluar dari mulut Asan disaat menyemprotkan spermanya yang jumlahnya banyak itu hingga meluber keluar dari sela-sela kemaluan Anis. Anis pun merintih lirih, dan akhirnya bersamaan dengan itu Anis pun pingsan karena kehabisan tenaga dan rasa sakit yang tidak terhingga.
Dengan perasaan puas Asan pun merebahkan badannya di samping Anis yang tergeletak tidak bergerak. “Akhirnya aku perawanin juga elo. Dasar cewek sombong..!” ujarnya sambil mengehela napas dan melirik Anis.
Sesudah itu kini Liem yang tadi menjadi penonton mulai mendekati Winna yang masih terikat lemas di kursinya. “Hei, teman elo boleh juga tuh. Nah, sekarang giliran elo yang servise aku. Asal elo tau aku itu naksir berat ama elo, tapi elo menghindar melulu.
Aku tau aku jelek dan aku beda ama yang elo bayangkan jadi pacar elo. Buat aku itu engga soal, sekarang aku cuma mau perkosa elo. Udah gitu elo bebas, tapi kalo elo berontak, Mati elo..!”
“PLAAK..!” sebuah tamparan keras menghantam kepala Winna hingga Winna yang masih diikat di kursi itu terjatuh bersama kursinya. “Hmmph..!” dengan mulut tersumbat Winna berteriak.
Kemudian dia menarik dan meletakkan tubuh Winna mengembalikan ke posisi semula. Dengan pisau dapur milik kedua mahasiswi itu dia merobek-robek baju kaos lengan panjang yang dikenakan oleh Winna.
Nafas Winna tersentak ketika dengan cepat Liem dengan pisaunya melucuti BH dan celana panjang bahan yang dikenakannya. Sekarang Winna hanya memakai celana dalamnya yang berwarna putih serta sepasang kaos kaki putih setinggi lutut yang selalu dikenakannya. Payudaranya yang penuh bulat terbuka, tubuhnya putih mulus masih dalam posisi terikat di tempat duduknya.
“Hmph.., hmph..!” Winna meronta sambil memandang Liem dengan putus asa, matanya memerah dan air matanya mengalir deras membasahi pipinya, wajahnya pucat pasi. Karena dia menyadari yang akan terjadi pada dirinya, yaitu sebagai pemuas nafsu bejat. “Diem brengsek..!” kata Liem, “PLAK..!” sekali lagi tamparan kuat mendarat di pipi Winna, membuat kepala Winna tersentak.
Kemudian ia membuka ikatan Winna dan membantingnya ke tempat tidur dalam posisi telungkup, dan setelah itu dia merentangkan kedua tangan Winna serta melebarkan kedua kaki Winna hingga posisi Winna kini seperti orang merangkak.
Winna hanya dapat pasrah mengikuti kemauan Liem. Tepat di hadapannya terdapat kaca rias, setinggi tubuh manusia. Kaca itu biasanya digunakan Winna dan Anis untuk berdandan sebelum pergi kuliah.
Leim lalu merobek celana dalam Winna dengan kasar dan menjatuhkannya ke lantai. Sekarang Winna dapat melihat dirinya melalui cermin di depannya telanjang bulat, dan di belakang dilihatnya Liem sedang mengagumi dirinya.
“Gila bener! Aku suka pantat lo. Lo bener-bener oke!”Liem menampar pantat sekal Winna yang sebelah kiri yang membuat Winna menjerit kaget.
Lalu tanpa menunggu lagi, Liem yang mulai dirasuki nafsu sex memperlihatkan penisnya yang sudah keras. Liem hanya membiarkan topi yang masih tetap membungkus kepala Winna dan sepasang kaos kaki putih yang masih dikenakan Winna, mungkin ini dapat membuat nafsu Liem semakin menjadi. Karena memang dengan mengenakan topi, wajah Winna jadi nampak cantik dan lucu seperti komentar kebanyakan teman-temannya.
Kemudian Liem menyelipkan penisnya di antara kedua kaki Winna lewat belakang. “Ooh.., ampun Pak Liem. Ampunn.., jangann.. jangan! Ampun, jangan..!” Winna mulai menangis dan rasa tegang menyeliputi hatinya.
Sambil menoleh ke belakang dan memandang Liem, Winna mencoba untuk meminta belas kasihan. Terlihat air mata meleleh dari matanya. Namun Liem terus mengancam dengan pisau dapur yang masih digenggamnya.
Liem tidak perduli Winna memohon-mohon. Kepala penisnya kemudian menyusuri belahan pantat Winna, terus menuju ke bawah, kemudian maju mendekati bibir vaginanya. Setelah tangan si Liem memegang pinggul Winna, dengan satu gerakan keras penisnya bergerak maju.
“Arrgghh.., ahh.., Ampun..!” Winna menjerit-jerit ketika penis Liem mulai membuka bibir vaginanya dan mulai memasuki lubang kemaluannya. Kaki Winna mengejang menahan sakit ketika penis Liem terus menembus masuk tanpa ampun menusuk-nusuk selaput daranya.
Bibir tebalnya menganga membentuk huruf O dan mengeluarkan rintihan-rintihan, “Oohhh.., oouugghh.., aa.. ampuun Bangg..! Aakkhh..!”
Badannya pun tersodok-sodok. Liem terus bergerak memompa maju mundur memperkosa Winna. Ketika kepala Winna terjatuh lunglai kesakitan, dia menarik kepala Winna sehingga kepalanya kembali terangkat dan Winna kembali dapat melihat dirinya disetubuhi oleh Liem melalui cermin di depannya.
Kadang-kadang Liem menampar pantat Winna berulang kali, juga dilihatnya payudara Winna yang tersentak-sentak setiap kali Liem menyodok penisnya ke dalam vagina Winna dan dia hanya dapat pasrah mengerang-ngerang dan merintih.
Tiba-tiba Liem mengeluarkan penisnya dari vaginanya. Winna langsung meronta dan berlari menuju pintu, berharap seseorang akan melihatnya minta tolong, biarpun dirinya telanjang bulat.
Tapi tiba-tiba Asan yang ternyata sudah pulih terlebih dahulu menyambar pinggangnya sebelum Winna sampai ke pintu depan. “Ahh, tolong! Tolompphh..,” teriakan Winna dibungkam oleh tangan Asan, sementara itu Liem mendekat dan memukul Winna dengan keras. Winna pun jatuh terjelembab ke lantai.
“Dasar Bandel ya..!” ujar Liem.
Kemudian Liem mengikat tangan Winna menjadi satu ke depan. Setelah itu, Winna didorong hingga terjatuh di atas lutut dan sikunya. Sekarang Liem memasukkan penisnya ke mulut Winna. “Mmpphh..!” Winna mencoba berteriak dengan penis yang sudah masuk di dalam mulutnya.
Sementara itu Liem dengan tenang terus menggerakkan penisnya di mulut Winna. Kedua tangan Liem memegang kepala Winna dengan kencangnya menggerak-gerakkan maju dan mundur. Mata Winna tertutup dan wajahnya memerah, air matanya masih meleleh turun di pipinya, baru pertama kali dalam seumur hidupnya dia diperlakukan seperti ini.
Setelah beberapa lama mengocok kemaluannya di rongga mulut Winna, terlihat tanda-tanda Liem akan mencapai klimaksnya, gerakan memaju-mundurkan kepala Winna semakin cepat. Dan, “Akkh… Croot.., croot..!” Liem berejakulasi di mulut Winna, sperma yang keluar jumlahnya cukup banyak sehingga meluber keluar dari mulut Winna.
Winna hanya dapat mendengus-dengus dan dengan terpaksa menelan semua sperma yang dimuntahkan Liem tadi, sementara pegangan tangan Liem di kepala Winna semakin kencang, sehingga sulit bagi Winna untuk menarik kepalanya.
Setelah semprotan sperma yang terakhir, barulah Liem mencabut kemaluan dari mulut Winna yang kini mulutnya terlihat penuh dengan lendir memenuhi rongga mulutnya hingga ke bibirnya. Dengan napas puas Liem mencapakkan kepala Winna hingga telentang di kasur.
“Siap, siap Sayang. Aku musti ngerasain pantat lo yang putih mulus dan sekal ini..!” tiba-tiba terdengar suara Asan yang sudah berada di samping Winna. Winna memandang Asan dengan wajah ketakutan. Dia tahu bagaimana Asan memperlakukan Anis hingga pingsan.
Kemudian Asan menoleh ke Liem yang duduk di belakangnya untuk istirahat setelah klimaks tadi. “Ja.. jangan, jangann.. Bang Asan.. saya nggak mau diperkosa di situ Bang..! Ampun Bang. Rasanya ssakit.., kasihani saya Bang..!” ujar Winna memelas kepada Asan.
“He Anjing. Aku tetep nggak perduli lo mau apa nggak..!” Asan menarik tubuh Winna hingga dia terjatuh di atas sikunya lagi ke lantai, dan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Kemudian dia menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anusnya.
Setelah itu dia membuka belahan pantat Winna lebar-lebar. “Ampun, jangan..! Sakit..! Ampun Bang Asan. Ampun..! Aakkhh..!” Asan mulai mendorong masuk, sementara Winna mejerit-jerit minta ampun.
Winna meronta-ronta tidak berdaya, matanya terbelalak, hanya semakin menambah gairah Asan untuk terus mendorong masuk penisnya. Winna terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis Asan masuk ke anusnya. “Ampun..! Sakit sekali! Ampun! Ooughh.. iihh..!” jerit Winna, ketika Asan mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anusnya.
“Buset! Pantat lo emang sempit banget! Lo emang cocok buat beginian!” kata Asan sambil mengusap-usap buah pantat Winna. Sementara itu darah segar terlihat mulai mengalir menetes-netes membasahi paha dan kasur.
“Bener-bener pantat kualitas nomer satu!” omel Asan sambil terus memompa kemaluannya.
Tangisan Winna makin keras, “Sakit! Sakit sekali! Ampun, sakit! Sakit Pak, ampun..!”Sementara itu badannya mengejang-ngejang menggelepar-gelepar menahan rasa sakit yang teramat sangat, tubuhnya semakin basah oleh keringatnya.
“Gila, aku bener-bener seneng sama pantat lo!” ujar Asan sambil terus menyodomi Winna. Hingga akhirnya tubuh Asan mengejan keras, kepalanya menengadah ke atas, cengkraman tangan di pinggang Winna pun semakin keras dan urat-uratnya pun kini terlihat pertanda sebentar lagi dia akan mencapi klimaksnya.
Asan berejakulasi di lubang pantat Winna yang semakin kepayahan dan tubuhnya melemah. Asan pun dengan menghela napas lega kembali menjatuhkan tubuhnya ke samping tubuh Winna yang juga terjatuh telungkup badannya lemas dan menahan rasa sakit yang tidak terhingga di lubang duburnya yang kini mengalami pendarahan.
Suara yang terdengar dalam kamar kost itu hanya tangisan Winna, tangisan yang benar-benar menyayat hati, yang membuat Liem kembali bangkit nafsunya. Liem berjongkok membalikkan tubuh Winna yang tadinya telungkup menjadi telentang. Kemudian menarik kaki Winna, lalu membukanya dan menekuk hingga kedua pahanya menyentuh buah dadanya.
Kini posisi Winna telah siap untuk disetubuhi, Liem meraih penisnya yang telah kembali tegang dan emeganginya, memandang ke arah Winna yang memalingkan wajahnya dari Liem, matanya terpejam erat-erat wajahnya yang masih mengenakan topi nampak cantik walau penuh dengan keringat dan air mata.
Liem mengarahkan penisnya ke vagina Winna, cairan yang keluar dari penisnya membasahi vaginanya, membantu membuka bibir vagina Winna. Winna mengerang dan merintih, tubuhnya kembali meronta-ronta, giginya menggeretak, Liem nampak menikmati jeritan Winna ketika dia menghunjamkan penisnya ke vaginanya yang telah basah oleh darah dan cairan vaginanya.
“Aahhgghh..!” Liem mulai memperkosa Winna. Kaki Winna terangkat karena kesakitan dan rintihan terdengar dari tenggorokannya. Tubuhnya mengejang berusaha melawan ketika Liem mulai bergerak dengan keras di vagina Winna.
Liem menarik penisnya sampai tinggal kepalanya di vagina Winna sebelum didorong lagi masuk ke dalam rahimnya. Liem semakin bersemangat mompakan batang kemaluannya di dalam rahim Winna.
Nafsu telah membakar dirinya sehingga gerakannya pun semakin keras, sehingga semakin cepat tubuh Winna pun lemas tergoncang-goncang dan tersodok-sodok. Dan suatu ketika dengan kasarnya dicampakkannya topi yang menutupi kepala Winna oleh Liem, sehingga tergerailah rambut indah seukuran bahu milik Winna. Kini pada setiap hentakan membuat rambut indah Winna tergerai-gerai menambah erotisnya gerakan persetubuhan itu.
Sambil terus menggenjot Winna, bibir Liem kini dengan leluasa melumat dan menjilati leher jenjang Winna yang tidak tertutup topi dan menyedot salah satu sisi leher Winna.
Gerakan dan hentakan-hentakan masih berlangsung, iramanya pun semakin cepat dan keras. Winna pun hanya dapat mengimbanginya dengan rintihan-rintihan lemah dan teratur, “Ahh.. ohh.., ooh.. ohh.. oohh..!” sementara tubuhnya telah lemah dan semakin kepayahan.
Akhirya badan Liem pun menegang dan tidak beberapa lama kemudian Liem berejakulasi di rahim Winna. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak. Liem nampak menikmati semburan demi semburan sperma yang dia keluarkan, sambil menikmati wajah Winna yang telah kepayahan dan lunglai itu.
Liem mengerang kenikmatan di atas badan Winna yang sudah lemah yang sementara rahimnya menerima semburan sperma yang cukup banyak. “Aauughh.. oh..!” Winna pun akhirnya tersentak tidak sadarkan diri dan jatuh pingsan menyusul Anis temannya yang terlebih dulu pingsan.
Badan Liem menggelinjang dan mengejan disaat melepaskan semburan spermanya yang terakhirnya dan merasakan kenikmatan itu. Batinnya kini puas karena telah berhasil menyetubuhi dan memperkosa serta merengut keperawanan Winna gadis mahasisiwi cantik yang ditaksirnya itu.
Senyum puas pun terlihat di wajahnya sambil menatap tubuh lunglai Winna yang tergelatak di bawahnya. Liem pun ibarat telah memenangkan suatu peperangan, akhirnya terjatuh lemas lunglai tertidur dan memeluk tubuh Winna yang tergolek lemah.
Begitulah malam itu Asan dan Liem telah berhasil merenggut kegadisan dua orang gadis cantik yang ditaksirnya. Waktu pun berlalu, fajar pun hampir menyingsing, kedua tubuh gadis itu masih tidak bergerak. Bekas keringat, cairan sperma kering dan darah mulai kering nampak menghiasi tubuh telanjang tidak berdaya kedua gadis cantik itu.
Pagi itu saat Asan dan Liem sudah rapih mengenakan pakaian mereka, tiba-tiba Henry sang pemilik kost mendatangi kamar kedua gadis itu. Saat itu dia bersama Acong teman Henry yang juga teman Asan dan Liem. “Hei.., kalian disini rupanya.” ujar Henry.
Dan seketika matanya terbelalak ketika melihat ke dalam kamar kost dan melihat tubuh kedua gadis telanjang itu tergeletak tidak bergerak. “Wah elo-elo abis pesta disini ya..?” tanya Henry. Tanpa menjawab, Liem dan Asan dengan tersenyum hanya berlalu meninggalkan Henry dan Acong yang terbengong-bengong.
Saat Liem dan Asan berjalan meninggalkan kamar kost, mereka sempat melirik ke belakang. Rupanya Henry dan Acong sudah tidak terlihat lagi dan kamar kedua gadis itu kembali rapat terkunci. Kini rupanya giliran Henry dan Acong yang berpesta menikmati tubuh kedua gadis malang itu.
Memang rupa-rupanya Henry juga memendam cinta kepada gadis-gadis itu dan kali ini dia dibantu oleh Acong dapat leluasa menikmati tubuh gadis-gadis itu. Kembali tubuh Anis dan Winna yang sudah tidak sadarkan diri menjadi bulan-bulanan. Henry dan Acong pun leluasa berejakulasi di mulut dan rahim gadis-gadis itu sepuas-puasnya.

Cerita Dewasa Enak Nikmati Tubuhmu

Posting Cerita Dewasa Enak Nikmati Tubuhmu ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Foto Bugil Pamer Lubang Memek

$
0
0

Foto Bugil – Melihat wajah cewek satu ini menggemaskan dengan imutnya dia memamerkan bentuk payudara yang menggoda, melihat puting yang diremas remas sendiri dan warna memek yang kemerahan rasanya ingin menjilat bagi kaum laki laki yang gak kuat birahinya, yukkk mari kita tonton bersama foto berikut ini.

Foto Bugil Pamer Lubang Memek Foto Bugil Pamer Lubang Memek Foto Bugil Pamer Lubang Memek Foto Bugil Pamer Lubang Memek Foto Bugil Pamer Lubang Memek Foto Bugil Pamer Lubang Memek

Foto Bugil Pamer Lubang Memek

Posting Foto Bugil Pamer Lubang Memek ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Foto Bugil Meki Tembem Tanpa bulu

Foto Bugil Toket dan Meki Bening

Foto Bugil Crot di Wajah

$
0
0

Foto Bugil – Wanita yang berpasar Chinese terlihat sedang telanjang di sebuah kasur yang mana tergambar sedang beradegan ngentot dengan hasil akhir crot di muka wanita tersebut langsuing chek aja gan dibawah ini.

Foto Bugil Crot di Wajah Foto Bugil Crot di Wajah Foto Bugil Crot di Wajah Foto Bugil Crot di Wajah Foto Bugil Crot di Wajah Foto Bugil Crot di Wajah Foto Bugil Crot di Wajah Foto Bugil Crot di Wajah

Foto Bugil Crot di Wajah

Posting Foto Bugil Crot di Wajah ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Foto Mesum Crot di Dalam Meki Mulus

$
0
0

Foto Mesum – Wanita yang berpasar Chinese terlihat sedang telanjang di sebuah kasur yang mana tergambar sedang beradegan ngentot dengan hasil akhir crot di memek sempitnya tersebut langsuing chek aja gan dibawah ini.

Foto Mesum Crot di Dalam Meki Mulus Foto Mesum Crot di Dalam Meki Mulus Foto Mesum Crot di Dalam Meki Mulus Foto Mesum Crot di Dalam Meki Mulus Foto Mesum Crot di Dalam Meki Mulus Foto Mesum Crot di Dalam Meki Mulus Foto Mesum Crot di Dalam Meki Mulus

Foto Mesum Crot di Dalam Meki Mulus

Posting Foto Mesum Crot di Dalam Meki Mulus ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Foto Bugil Model Susu Kencang

$
0
0

Foto Bugil – dengan body yang seksi sitambah kulit sawo matang model ini memang berani berfose nakal memaki pakaian tidur tanpa penutup susu dan hanya penutup memeknya, terlihat jelas payudara yang terawat dengan kencangnya mari kita  simak bersama sama:

Foto Bugil Model Susu Kencang Foto Bugil Model Susu Kencang Foto Bugil Model Susu Kencang Foto Bugil Model Susu Kencang Foto Bugil Model Susu Kencang Foto Bugil Model Susu Kencang Foto Bugil Model Susu Kencang Foto Bugil Model Susu Kencang Foto Bugil Model Susu Kencang Foto Bugil Model Susu Kencang Foto Bugil Model Susu Kencang

Foto Bugil Model Susu Kencang

Posting Foto Bugil Model Susu Kencang ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.


Foto Mesum ABG Pecah Perawan

$
0
0

Foto Mesum – dengan body yang seksi sitambah kulit sawo matang model ini memang berani berfose nakal memaki pakaian tidur tanpa penutup susu dan hanya penutup memeknya, terlihat jelas payudara yang terawat dengan kencangnya mari kita  simak bersama sama:

Foto Mesum ABG Pecah Perawan Foto-Sex-Wajah-Mengerang-Keenakan-2 Foto Mesum ABG Pecah Perawan Foto-Sex-Wajah-Mengerang-Keenakan-4 Foto-Sex-Wajah-Mengerang-Keenakan-5 Foto Mesum ABG Pecah Perawan

Foto Mesum ABG Pecah Perawan

Posting Foto Mesum ABG Pecah Perawan ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Foto Bugil Memek Gadis SMP

$
0
0

Foto Bugil – memek gadis SMP yang masih perawan dengan warna biru celana dalamnya dibuka yang mana memeknya di mainkan oleh pasangannya dan di ambil gambarnya, chek yuk foto memek gadis SMP.

Foto Bugil Memek Gadis SMP Foto Bugil Memek Gadis SMP Foto Bugil Memek Gadis SMP Foto Bugil Memek Gadis SMP Foto Bugil Memek Gadis SMP

Foto Bugil Memek Gadis SMP

Posting Foto Bugil Memek Gadis SMP ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Cerita Dewasa Gadis Perawan Seksi

$
0
0

Cerita Dewasa – Aku berstatus mahasiswa saat ini sedang liburan semester aku berencana untuk pulang ke kampung hlamanku, seperti hobiku dari SMA bareng teman temanku aku sering berpergian ke luar untuk sekedar refresing, aku masuk ke dalam pusat perbelanjaan, setelah lama aku berputar putar aku bertemu dengan wanita cantik yang jarang di temui di kotaku ini.

Singkat cerita kami berkenalan. Namanya Indah, berumur 16 tahun. Duh, senang sekali aku bisa kenalan dengan gadis seperti dia. Bulan demi bulan telah berlalu, kamipun semakin akrab dan sering berhubungan lewat telepon. Singkat kata, kamipun sepakat untuk menjadi sepasang kekasih.

Pada liburan semester selanjutnya, kami berjanji bertemu di rumahnya. Rumahnya sih sederhana, maklum bapaknya hanya pedagang kecil, tapi bukan itu yang aku lihat. Malam itu kami berdua menonton layar tancap, hal yang sebenarnya cukup simple tapi yah namanya juga lagi kasmaran.

Kami pulang jam sembilan malam atas keinginan Indah. Ternyata sampai di rumah pacarku, kami hanya menerima titipan kunci rumah. Keluarganya sedang pergi menegok teman ayah pacarku yang sedang sakit keras.
Malam itu dingin sekali, Indah permisi untuk ganti pakaian. Saat kulihat Indah dengan pakaiannya yang sederhana itu aku terpaku, betapa cantik dan anggunnya dia walaupun hanya memakai pakaian biasa. Aneh, ada seuatu yang aneh yang menjalar ke perasaanku.
“Lho, ada apa Kang?”, tanya Indah.
“Ah, nggak ada apa-apa!”, jawabku.
“Kok melihat Indah terus?”, tanyanya lagi.
“Ngak kok!”, jawabku.
“Kamu cantik, An”.
“Ah Akang!”, katanya lagi dengan tersipu.
Lama kami berpandangan, dan aku mulai mendekati dirinya. Aku pegang tangannya, lalu kuraba, betapa lembut tangannya. Kami saling berpegangan, meraba dan membelai. Perlahan kubuka pakaiannya satu persatu, kulihat ia dalam keadaan setengah telanjang. Kupandangi dadanya di balik BH putihnya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang.
“Kang, bener Akang cinta ama saya?”, tanyanya lagi.
“Bener, Akang cinta ama kamu!”, jawabku sambil membuka BH dan Celana dalam warna putihnya.
Kini ia polos tanpa satu benangpun menutupi tubuhnya. Kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Indah bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya.

Lalu kubuka selangkangannya dan kumasukkan penisku dengan extra hati-hati. Indah mengerang dengan pasrah, lalu kusuruh ia untuk menggigit bantal agar suaranya tidak kedengaran oleh tetangga. Kugerakkan penisku, maju mundur.

Mata Indah merem melek keenakan. Nafasku mulai memburu, dan Indah mulai tidak bisa mengontrol dirinya, dia memegang bantal dengan eratnya, gerakanku semakin cepat, aku ingin sekali menembus pertahanannya yang rapat itu.

Kupegangi payudaranya, kujilat, kukulum, dan kurasakan penisku mulai menegang dan, “Cret…, cret…, cret”. Spermaku keluar dengan deras, Indah memelukku dengan erat dan kamipun terbaring kelelahan. Dalam hati aku bertekad untuk menikahi gadis itu, karena aku sangat mencintainya.

Cerita Dewasa Gadis Perawan Seksi

Posting Cerita Dewasa Gadis Perawan Seksi ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Cerita Dewasa Amel Pembantu Gemes

$
0
0

Cerita Dewasa – Seperti hari biasanya istriku selalu berangkat pagi jika mau ke kantor, sedangkan aku masih santai di kamar karena pekerjaan tidak diharuskan untuk berangkat pagi yang penting pekerjaan kantor sudah selesai, dengan masih rasa ngantuk aku mendengar ucapan istriku bahwa dia mau pamitan berangkat kerja.

Sementara aku bersiap kembali untuk tidur, kembali kudengar suara orang mendekat ke arah pintu kamar. Tetapi langsung aku teringat pasti pembantu rumah tangga kami, Amel, yang memang mendapat perintah dari istriku untuk bersih-bersih rumah sepagi mungkin, sebelum mengerjakan yang lain. Amel ini baru berumur 17 tahun, dengan tinggi badan yang termasuk pendek namun bentuk tubuhnya sintal. Aku hanya perhatikan hal tersebut selama ini, dan tidak pernah berfikir macam-macam sebelumnya.

Tidak berapa lama dari suara langkah yang kudengar tadi, Amel pun mulai tampak di pintu masuk, setelah mengetuk dan meminta izin sebentar, ia pun masuk sambil membawa sapu tanpa menunggu izin dariku. Baru pagi ini aku perhatikan pembantuku ini, not bad at all. Karena aku selalu tidur hanya dengan bercelana dalam, maka aku pikir akan ganggu dia. Dengan masih pura-pura tidur, aku menggeamelt ke samping hingga selimutku pun tersingkap. Sehingga bagian bawahku sudah tidak tertutup apapun, sementara karena bangun tidur dan belum sempat ke WC, kemaluanku sudah mengeras sejak tadi.

Dengan sedikit mengintip, Amel berkali-kali melirik kearah celana dalamku, yang didalamnya terdapat ‘Mr. Penny’ku yang sudah membesar dan mengeras. Namun aku perhatikan dia masih terus mengerjakan pekerjaannya sambil tidak menunjukkan perasaannya. Setelah itu dia selesai dengan pekerjaannya dan keluar dari kamar tidur. Akupun bangun ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti biasa aku lepas celana dalamku dan kupakai handuk lalu keluar mencari sesuatu untuk minum.

Kulihat Amel masih meneruskan pekerjaannya di ruang lain, aku rebahkan diriku di sofa depan TV ruang keluarga kami. Sejenak terlintas untuk membuat Amel lebih dalam menguasai ‘pelajarannya’. Lalu aku berfikir, kira-kira topik apa yang akan aku pakai, karena selama ini aku jarang sekali bicara dengan dia. Sambil aku perhatikan Amel yang sedang sibuk, aku mengingat-ingat yang pernah istriku katakan soal dia. Akhirnya aku ingat bahwa dia memiliki masalah bau badan. Dengan tersenyum gembira aku panggil dia dan kuminta untuk berhenti melakukan aktivitasnya sebentar. Amel pun mendekat dan mengambil posisi duduk di bawah.

Duduknya sangat sopan, jadi tidak satupun celah untuk melihat ‘perangkatnya’. Aku mulai saja pembicaraanku dengannya, dengan menanyakan apakah benar dia mempunyai masalah BB. Dengan alasan tamu dan relasiku akan banyak yang datang aku memintannya untuk lebih perhatian dengan masalahnya. Dia hanya mengiyakan permintaanku, dan mulai berani mengatakan satu dua hal. Semakin baik pikirku. Masih dengan topik yang sama, akupun mengajaknya ngobrol sejenak, dan mendapat respon yang baik. Sementara dudukku dengan sengaja aku buat seolah tanpa sengaja, sehingga ‘Mr. Penny’ku yang hanya tertutup handuk akan terlihat sepenuhnya oleh Amel.

Aku perhatikan matanya berkali-kali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku, yang secara tidak sengaja mulai bangun. Lalu aku tanyakan apa boleh mencium BB-nya, sebuah pertanyaan yang cukup mengagetkannya, selain karena pertanyaan itu cukup berani, juga karena matanya yang sedang melirik ke ‘anu’ ku. Untuk menutupi rasa malunya, diapun hanya mengangguk membolehkan.

Aku minta dia untuk mendekat, dan dari jarak sekian centimeter, aku mencoba mencium BBnya. Akalku mulai berjalan, aku katakan tidak begitu jelas, maka dengan alasan pasti sumbernya dari ketiaknya, maka aku minta dia untuk menunjukkan ketiaknya. Sejenak dia terdiam, mungkin dipikirnya, apakah ini harus atau tidak. Aku kembali menyadarkannya dengan memintanya kembali memperlihatkan ketiaknya. Melihat tatapannya aku mengerti bahwa dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya untuk memenuhi permintaanku.

Maka aku dengan cepat menuntunnya agar dia tidak bingung akan apa yang harus dilakukan. Dan aku katakan, naikkan saja baju kaosnya sehingga aku dapat memeriksa ketiaknya, dan aku katakan jangan malu, toh tidak ada siapapun di rumah. Perlahan diangkatnya baju kaosnya dan akupun bersorak gembira. Perlahan kulit putih mulusnya mulai terlihat, dan lalu dadanya yang cukup besar tertutup BH sempit pun mulai terlihat. ‘Mr. Penny’ku langsung membesar dan mengeras penuh. Setelah ketiaknya terlihat, akupun memberi perhatian, kudekatkan hidungku terlihat bulu ketiaknya cukup lebat.

Setelah dekat aku hirup udara sekitar ketiak, baunya sangat merangsang, dan akupun semakin mendekatkan hidungku sehingga menyentuh bulu ketiaknya. Sedikit kaget, dia menjauh dan menurunkan bajunya.
Lalu aku katakan bahwa dia harus memotong bulu ketiaknya jika ingin BBnya hilang. Dia mengangguk dan berjanji akan mencukurnya. Sejenak aku perhatikan wajahnya yang tampak beda, merah padam. Aku heran kenapa, setelah aku perhatikan seksama, matanya sesekali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku.

Ya ampun, handukku tersingkap dan ‘Mr. Penny’ku yang membesar dan memanjang, terpampang jelas di depan matanya. Pasti tersingkap sewaktu dia kaget tadi. Lalu kuminta Amel kembali mendekat, dan aku katakan bahwa ini wajar terjadi, karena aku sedang berdekatan dengan perempuan, apalagi sedang melihat yang berada di dalam bajunya. Dengan malu dia tertunduk. Lalu aku lanjutkan, entah pikiran dari mana, tiba-tiba aku memuji badannya, aku katakan bahwa badannya bagus dan putih.

Aku juga mengatakan bahwa bibirnya bagus. Entah keberanian dari mana, aku bangun sambil memegang tangannya, dan memintanya berdiri berhadapan. Sejenak kami berpandangan, dan aku mulai mendekatkan bibirku pada bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan sangat merangsang. Aku perhatikan dia begitu bernafsu, mungkin sudah sejak tadi pagi dia terangsang.

Tanganku yang sudah sejak tadi berada di dadanya, kuarahkan menuju tangannya, dan menariknya menuju sofa. Kutidurkan Amel dan menindihnya dari pinggul ke bawah, sementara tanganku berusaha membuka bajunya.
Beberapa saat nampaknya kesadaran Amel bangkit dan melakukan perlawanan, sehingga kuhentikan sambil membuka bajunya, dan aku kembali mencium bibirnya hingga lama sekali. Begitu Amel sudah kembali mendesah, perlahan tangan yang sejak tadi kugunakan untuk meremas dadanya, kuarahkan ke belakang untuk membuka kaitan BHnya. Hingga terpampanglah buah dadanya yang berukuran cukup besar dengan puting besar coklat muda.
Lumatan mulutku pada buah dadanya membuatnya sudah benar-benar terangsang, sehingga dengan mudah tanganku menuju ke arah ‘Veggy’nya yang masih bercelana dalam, sedang tanganku yang satunya membawa tangannya untuk memegang ‘Mr. Penny’ku.

Secara otomatis tangannya meremas dan mulai naik turun pada ‘Mr. Penny’ku. Sementara aku sibuk menaikkan roknya hingga celana dalamnya terlihat seluruhnya. Dan dengan menyibakkan celana dalamnya, ‘Veggy’nya yang basah dan sempit itupun sudah menjadi mainan bagi jari-jariku. Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak dan tidak meninggalkan ‘Veggy’nya. Kusadari Amel mengalami orgasme yang pertama

Setelah mereda, kupeluk erat badannya dan berusaha tetap merangsangnya, dan benar saja, bebrapa saat kemudian, nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih berani. Amel membuka celana dalamnya sendiri, lalu berusaha mencari dan memegang ‘Mr. Penny’ku. Sementara secara bergantian bibir dan buah dadanya aku kulum. Dan dengan tanganku, ‘Veggy’nya kuelus-elus lagi mulai dari bulu-bulu halusnya, bibir ‘Veggy’nya, hingga ke dalam, dan daerah sekitar lubang pantatnya.

Sensasinya pasti sungguh besar, sehingga tanpa sadar Amel menggelinjang-gelinjang keras. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bibirku pindah menuju bibirnya, sementara ‘Mr. Penny’ku ku dekatkan ke bibir ‘Veggy’nya, ku elus-elus sebentar, lalu aku mulai selipkan pada bibir ‘Veggy’ pembantuku ini. Sudah seperti layaknya suami dan istri, kami seakan lupa dengan segalanya, Amel bahkan mengerang minta ‘Mr. Penny’ku segera masuk. Karena basahnya ‘Veggy’ Amel, dengan mudah ‘Mr. Penny’ku masuk sedikit demi sedikit.

Sebagai wanita yang baru pertama kali berhubungan badan, terasa sekali otot ‘Veggy’ Amel menegang dan mempersulit ‘Mr. Penny’ku untuk masuk. Dengan membuka pahanya lebih lebar dan mendiamkan sejenak ‘Mr. Penny’ku, terasa Amel agak rileks. Ketika itu, aku mulai memaju mundurkan ‘Mr. Penny’ku walau hanya bagian kepalanya saja. Namun sedikit demi sedikit ‘Mr. Penny’ku masuk dan akhirnya seluruh batangku masuk ke dalam ‘Veggy’nya. Setelah aku diamkan sejenak, aku mulai bergerak keluar dan masuk, dan sempat kulihat cairan berwarna merah muda, tanda keperawanannya telah kudapatkan.

Erangan nikmat kami berdua, terdengar sangat romantis saat itu. Amel belajar sangat cepat, dan ‘Veggy’nya terasa meremas-remas ‘Mr. Penny’ku dengan sangat lembut. Hingga belasan menit kami bersetubuh dengan gaya yang sama, karena ku pikir nanti saja mengajarkannya gaya lain. ‘Mr. Penny’ku sudan berdenyut-denyut tanda tak lama lagi aku akan ejakulasi. Aku tanyakan pada Amel, apakah dia juga sudah hampir orgasme. Amel mengangguk pelan sambil terrsenyum. Dengan aba-aba dari ku, aku mengajaknya untuk orgasme bersama. Amel semakin keras mengelinjang, hingga akhinya aku katakan kita keluar sama-sama.

Beberapa saat kemudian aku rasakan air maniku muncrat dengan derasnya didalam ‘Veggy’nya yang juga menegang karena orgasme. Amel memeluk badanku dengan erat, lupa bahwa aku adalah majikannya, dan akupun melupakan bahwa Amel adalah pembantuku, aku memeluk dan menciumnya dengan erat.

Dengan muka sedikit malu, Amel tetap tertidur disampingku di sofa tersebut. Kuperhatikan dengan lega tidak ada penyesalan di wajahnya, tetapi kulihat kepuasan. Aku katakan padanya bahwa permainannya sungguh hebat, dan mengajaknya untuk mengulang jika dia mau, dan dijawab dengan anggukkan kecil dan senyum. Sejak saat itu, kami sering melakukan jika istriku sedang tidak ada. Di kamar tidurku, kamar tidurnya, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, garasi, bahkan dalam mobil.

Amel ikut bersama kami hingga tahunan, sampai suatu saat dia dipanggil oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Ia dan aku saling melepas dengan berat hati. Namun sekali waktu Amel datang kerumahku untuk khusus bertemu denganku, setelah sebelumnya menelponku untuk janjian. Anak satu-satunyapun menurutnya adalah anakku, karena suaminya mandul. Tapi tidak ada yang pernah tahu.

Cerita Dewasa Amel Pembantu Gemes

Posting Cerita Dewasa Amel Pembantu Gemes ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Cerita Dewasa Ciuman Nafsu

$
0
0

Cerita Dewasa – Sekarang aku kelas 3 SMA usiaku mau menginjak ke delapan belas tahun dengan tinggi badanku 169 cm bentuk tubuhku langsing bersih kuning, rambutku yang sebahu dengan ukuran payudara yang lumayan besar, banyak temanku yang menyuruhku untuk menjadi model karena tubuhku sangat proposional , sekarang aku belum punya pacar.

Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara dan semua perempuan. Kakak-kakakku semua sudah mempunyai pacar, kecuali adikku yang paling kecil kelas dua SMP. Pengalaman ini terjadi sekitar awal bulan Februari tahun 2001.
Pengalaman ini tidak kukarang sendiri tapi berdasarkan cerita asli yang kualami di tahun 2015 ini. Ceritanya begini. Bermula saat aku berkenalan dengan seorang cowok, sebut saja namanya Ayip. Orangnya tampan, tinggi sekitar 170 cm, dan tubuhnya atletis.

Pokoknya sesuai dengan pria idamanku. Perbedaan umur kami sekitar 8 tahun, dan dia baru saja lulus dari universitas swasta terkenal di Jakarta. Kami kenalan pada saat aku sedang mempersiapkan acara untuk perpisahan kelas III di SMA-ku.

SMAku di kawasan Jakarta Barat. Dan pada saat itu Ayip sedang menemani adiknya yang kebetulan panitia perpisahan SMA kami. Pada saat itu Ayip hanya melihat-lihat persiapan kami dan duduk di ruangan sebelah.
Akhirnya pada saat istirahat siang, inilah pertama kalinya kami ngobrol-ngobrol. Dan pada saat kenalan tersebut kami sempat menukar nomor telepon rumah. Kira -kira tiga hari kemudian, Ayip menelepon ke rumahku.
“Hallo selamat sore, bisa bicara dengan Maya, ini dari Ayip.”
“Ada apa, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa.”
“Gimana kabar kamu, mana mungkin aku lupa. Hmm, May ada acara nggak malam minggu ini.”
Aku sempat kaget Ayip mengajakku keluar malam minggu ini. Padahal baru beberapa hari ini kenalan tapi dia sudah berani mengajakku keluar.
Ah, biarlah, cowok ini memang idamanku kok. “Hmmm… belum tau, mungkin nggak ada, dan mungkin juga ada,” jawabku.
“Kenapa bisa begitu,” balas Ayip. “Ya, kalaupun ada bisa dibatalin seandainya kamu ngajak keluar, dan kalo batal acaranya aku bakalan akan nggak terima telpon kamu lagi,” balasku lagi.
“Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-jalan aja.
Di mana alamat rumahmu.” Kemudian aku memberikan alamat rumahku di kawasan Maruya. Dan ternyata rumah Ayip tidak begitu jauh dari rumahku. Ya, untuk seukuran Jakarta, segala sesuatunya dihitung dengan waktu bukan jarak.

Tepat hari sabtu sore, Ayip datang dengan kendaraan dan parkir tepat di depan rumahku. Setelah tiga puluh menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan pamitan dengan orang rumah, akhirnya kami meninggalkan rumah dan belum tahu mau menuju ke mana. Di dalam mobil kami berdua, ngobrol sambil ketawa-ketawa dan tiba-tiba Ayip menghentikan mobilnya tepat di lapangan tenis yang ada di kawasan Jakarta Barat.
“May, kamu cantik sekali hari ini, boleh aku mencium kamu,” bisik Ayip mesra.
“Muk, apa kita baru aja kenalan, dan kamu belum tau siapa aku dan aku belum tau siapa kamu sebenarnya, jangan-jangan kamu sudah punya pacar.”
“Kalo aku sudah punya pacar, sudah pasti malam minggu ini aku ke tempat pacarku.”
“Muk, terus terang semenjak pertama kali melihat kamu aku langsung tertarik.” Tiba-tiba tangan Ayip memegang tanganku dan meremasnya kuat -kuat.”
Aku juga May, begitu melihat kamu langsung tertarik.”
Dan Ayip menarik tanganku hingga badanku ikut tertarik, lalu Ayip memelukku erat-erat dan mencium rambutku hingga telingaku.

Aku merinding dan tiba-tiba tanpa kusadari bibir Ayip sudah ada di depan mataku.
Dan pelan-pelan Ayip mencium bibirku. Pertama-tama, sempat kulepaskan. Karena inilah pertama kali aku dicium seorang laki-laki. Dan tanpa pikir panjang lagi, aku yang langsung menarik badan Ayip dan mencium bibirnya.
Ciuman Ayip sepertinya sudah ahli sekali dan membuatku begitu bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh.. betapa nikmatnya malam ini. Dan, lama-kelamaan tangan Ayip mulai meraba sekitar dadaku. “Jangan Muk, aku tidak mau secepat ini, lagi pula kita melakukannya di depan jalan, aku malu Muk,” jawabku.

Sebenarnya aku ingin dadaku diremas oleh Ayip karena aku sudah mengidam-idamkan dan sudah membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya. “May, bagaimana kalau kita nonton aja. Sekarang masih jam setengah delapan dan film masih ada kok.”

Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Ayip sepertinya sudah sangat pengalaman dalam memilih tempat duduk. Dan begitu film diputar, Ayip langsung melumat bibirku yang tipis.
Lidah kami saling beradu dan aku membiarkan tangan Ayip meraba di sekitar dadaku. Walaupun masih ditutupi dengan baju.

Tiba-tiba Ayip membisikkan sesuatu di telingaku, “May, kamu membuat nafsuku naik.”
“Aku juga Muk,” balasku manja. Dan Ayip menarik tanganku dan mengarahkan tanganku ke arah penisnya.
“Astaga,” pikirku. Ternyata diluar dugaanku, penis Ayip sudah sangat tegang sekali. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang pertama kali ini.
“Teruskan may, remas yang kuat dan lebih kuat lagi.” Tak lama kemudian, tangan Ayip sudah berhasil membuka bajuku. Kebetulan saat itu aku memakai kemeja kancing depan. Sehingga tidak terlalu susah untuk membukanya.
Kebetulan aku memakai BH yang dibuka dari depan. Akhirnya tangan Ayip berhasil meremas susuku yang baru pertama kali ini dipegang oleh seseorang yang baru kukenal. Ayip meremasnya dengan lembut sekali dan sekali-kali Ayip memegang puting susuku yang sudah keras.
“Teruskan Muk, aku enak sekali..”

Dan tanpa sengaja aku pun sudah membuka reitsleting celananya, yang pada saat itu memakai celana kain. “Astaga,” pikirku sekali lagi, tanganku dibimbing Ayip untuk memasuki celana dalam yang dipakainya.
Dan sesaat kemudian aku sudah meremas-remas penis Ayip yang sangat besar. Kami saling menikmati keadaan di bioskop waktu itu.
“Teruskan Muk, aku enak sekali..” Tidak terasa film yang kami tonton berlalu dengan cepat. Dan akhirnya kami keluar dengan perasaan kecewa.
“Kita langsung pulang ya May sudah malam,” pinta Ayip. “Muk, sebenarnya aku belum mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam 10:15, kita keliling-keliling dulu ya.
” bisikku mesra. Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali mengulang apa yang sudah kami lakukan tadi di dalam bioskop. Namun rasanya tidak enak bila kukatakan pada Ayip. Mudah-mudahan Ayip mengerti apa yang kuinginkan.
“Ya, sudah kita jalan-jalan ke senayan aja, sambil ngeliat orang-orang yang lagi bingung juga,” balas Ayip dengan nada gembira. Sampai di senayan, Ayip memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon yang jauh dari mobil lainnya. Dan setelah Ayip menghentikan mobilnya, tiba-tiba Ayip langsung menarik wajahku dan mencium bibirku.
Kelihatannya Ayip begitu bernafsu melihat bibirku. Sebenarnya inilah waktu yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir dan permainan lidah yang kami lakukan membuat gairah kami tidak terbendung lagi. Tiba-tiba Ayip melepaskan ciumannya.
“May, aku ingin mencium susumu, bolehkan..” Tanpa berkata sedikit pun aku membuka kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai. Terlihat dua gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang sangat luas di depan mata Ayip.

Dan kulihat Ayip begitu memperhatikan bentuk bulatan yang ada di depan matanya. Memang susuku belum begitu tumbuh secara keseluruhan, tapi aku sudah tidak sabar lagi untuk dicium oleh seorang lelaki.
“May, apa ini baru pertama kali ada yang memegang yang menciumi susumu,” bisik Ayip. “Iya, Muk, baru kamu yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan,” balasku manja.
Tak lama kemudian, Ayip dengan lembutnya menciumi susuku dan memainkan lidahnya di seputar puting susuku yang sedang keras. Aduh enak sekali rasanya. Inilah waktu yang tunggutunggu sejak lama. Nafsuku langsung naik pada saat itu.
“Jangan berhenti Muk, teruskan ya… aku enak sekali..” Dan tanganku pun dibimbing Ayip untuk membuka reitsleting celananya. Dan aku membukanya. Kemudian Ayip mengajak pindah tempat duduk dan kami pun pindah di tempat duduk belakang.

Sepertinya di belakang kami bisa dengan leluasa saling berpelukan. Baju kemejaku sudah dilepas oleh Ayip dan yang tertinggal hanya BH yang masih menggantung di lenganku. Reitsleting celana Ayip sudah terbuka dan tiba-tiba Ayip menurunkan celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana dalam Ayip.
Dan Ayip menurunkan celana dalamnya. Terlihat jelas sekali penis Ayip yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk memegang penisnya. Dan aku tidak melepaskan kesempatan tersebut.

Ayip masih terus menjilati susuku dan sekali-kali Ayip menggigit puting susuku. “Muk, teruskan ya… jilat aja Muk, sesukamu..” desahku tak karuan. Sementara aku masih terus memegang penis Ayip. Dan sepertinya Ayip makin bernafsu dengan permainan seksnya.
Akhirnya Ayip sudah tidak tahan lagi.
“May, kamu isap punyaku ya… mau nggak?” “Isap bagaimana..” “Tolong keluarin punyaku di mulutmu.” Sebenarnya aku masih bingung, tapi karena penasaran apa yang dimaui Ayip, maka aku menurut saja apa permintaannya.
Dan Ayip merubah posisi duduknya, Ayip menurunkan kepalaku hingga aku berhadapan langsung dengan kepunyaan Ayip. “Muk, besar sekali punyamu.” “Langsung aja may, aku sudah tidak tahan..” Aku langsung mengulum pelan-pelan kepunyaan Ayip.

Inilah pertama kali aku melihat, memegang dan mengisap dalam satu waktu. Aku menjilati dan kadang kutarik dalam mulutku kepunyaan Ayip. Sekali-kali kujilati dengan lidahku. Dan sekali-kali juga kujilati dan kuisap buah kepunyaan Ayip. Aku memang menikmati yang namanya penis. Mulai dari atas turun ke bawah. Dan kuulangi lagi seperti itu. Dan kepala penis kepunyaan Ayip aku jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat.

Sekitar lima menit aku menikmati permainan punya Ayip, tiba-tiba, Ayip menahan kepalaku dan menyuruhku mengisap lebih kuat.
“Terus May, jangan berhenti, terus isap yang kuat, aku sudah tidak tahan lagi..” Dan tidak lama setelah itu, Ayip mengerang keenakan dan tanpa sadar, keluar cairan berwarna putih dari penis Ayip. Apakah ini yang namanya sperma, pikirku. Dalam keadaan masih keluar, aku tidak bisa melepaskan penis Ayip dari mulutku, aku terus mengisap dan menyedot sperma yang keluar dari penis Ayip.
Ah… rasa dan aromanya membuatku ingin terus menikmati yang namanya sperma. Aku pun tidak bisa melepaskan kepalaku karena ditahan oleh Ayip. Aku terus melanjutkan isapanku dan aku hanya bisa melebarkan mulutmu dan sebagian cairan yang keluar tertelan di mulutku. Dan Ayip kelihatan sudah enak sekali dan melepaskan tangannya dari kepalaku.
“May, aku sudah keluar, banyak ya..”
“Banyak sekali Muk, aku tidak sanggup untuk menelan semuanya, karena aku belum biasa.”
“Tidak apa-apa May..” Kemudian Ayip mengambil cairan yang terbuang di sekitar penisnya dan menaruh ke susuku.
Aku pun memperhatikan kelakuan Ayip. Dan Ayip mengelus-elus susuku. Akhirnya jam sudah tepat jam 11 malam. Dan aku diantar oleh Ayip tepat jam 11 lewat 35 menit. Karena besoknya kami berjanji akan ketemu lagi.

Malamnya entah mengapa aku sangat sulit sekali tidur. Karena pengalamanku yang pertama membuatku penasaran, entah apa yang akan kulakukan lagi bersama Ayip esoknya.Dan, malam itu aku masih teringat akan penis Ayip yang besar dan aroma sperma serta ingin rasanya aku menelan sekali lagi. Ingin cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa malam itu. Besoknya dengan alasan ada pertemuan panitia perpisahan, aku akhirnya bisa keluar rumah.Akhirnya sesuai jam yang sudah ditentukan, Ayip menjemputku dan Ayip membawaku ke suatu tempat yang masih teramat asing buatku. “Tempat apa ini Muk,” tanyaku.
“May, ini tempat kencan, daripada kita kencan di mobil lebih bagus kita ke sini aja, dan lebih aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau.” “Entahlah Muk, aku masih takut tempat seperti ini.” “Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil.
Kita langsung menuju kamar yang kita pesan.” Dan sampai di garasi mobil, kami keluar, dan di garasi itu hanya ada satu pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke kamar. Benar dugaanku. Pintu itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan nyaman sekali, tidak seperti yang kubayangkan.
Terlihat ada kulkas kecil, kamar mandi dengan shower, dan TV 21, dan tempat tidur untuk kapasitas dua orang.
“Maya, kita santai di sini aja ya… mungkin sampai sore atau kita pulang setelah magrib nanti, kamu mau..” pinta Ayip.
“Aku setuju saja Muk, terserah kamu.” Setelah makan siang, kami ngobrol-ngobrol dan Ayip membaringkan badanku di tempat tidur. “May, kamu mau kan melakukannya sekali lagi untukku.” Aku setuju.
Sebenarnya inilah yang membuatku berpikir malamnya apa yang akan kami lakukan berikutnya. Ayip berdiri di depanku, dan melepaskan kancing kemejanya satu persatu, dan membuka celana panjang yang dipakainya.
Terlihat sekali lagi dan sekarang lebih jelas lagi kepunyaan Ayip daripada malam kemarin. Ternyata kepunyaan Ayip lebih besar dari yang kubayangkan. Dan, dalam sekejap Ayip sudah terlihat bugil di depanku.

Ayip memelukku erat-erat dan membangunkanku dari tempat tidur. Sambil mencium bibirku, Ayip menarik ke atas baju kaos ketat yang kupakai. Dan memelukku sambil melepaskan ikatan BH yang kupakai. Dan pelan-pelan tangan Ayip mengelus susuku yang sudah keras. Dan lama -kelamaan tangan Ayip sudah mencapai reitstleting celanaku dan membuka celanaku. Dan menurunkan celana dalamku. Aku masih posisi berdiri, dan Ayip jongkok tepat di depan vaginaku.

Ayip memandangku dari arah bawah. Sambil tangannya memeluk pahaku. “May, bodi kamu bagus sekali.” Ayip sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku.
“May, seandainya hari ini perawanmu hilang, kamu bagaimana.” “Terserah kamu Muk, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya denganmu..”
Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Ayip. Kemudian Ayip meniduriku yang sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama bugil. Dan tidak ada batasan lagi antara kami. Ayip bebas menciumiku dan aku juga bebas menciumi Ayip. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat besar.

Baru pertama kali ini aku melakukannya seperti hubungan suami istri. Ayip menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas turun ke bawah. Begitu bibir Ayip sampai di vaginaku yang sudah sangat basah, terasa olehku Ayip membuka lebar vaginaku dengan jari-jarinya.
Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan dari dulu.
Ternyata Ayip sudah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar. Dengan permainan lidahnya di vaginaku dan tangan Ayip sambil meremas susuku dan memainkan putingku, aku rasanya sudah sangat enak sekali.
Sepertinya tidak kusia-siakan kenikmatan ini tiap detik. Ayip sekali-kali memasukan jarinya ke vaginaku dan memasukkan lidahnya ke vaginaku. Akhirnya dengan nafsu yang sudah tidak bisa kutahan lagi, kukatakan pada Ayip.
“Muk, masukkan punyamu ke punyaku ya… masukannya pelan -pelan,” pintaku.
Ayip lalu bangkit dari arah bawah. Dan menciumi bibirku.
“May, kamu sudah siap aku masukkan, apa kamu tidak menyesal nantinya.”
“Tidak Muk, aku tidak menyesal. Aku sudah siap melakukannya.”Lalu Ayip melebarkan kakiku dan terlihat jelas sekali punya Ayip yang sangat besar sudah siap-siap untuk masuk ke punyaku. Vaginaku sudah basah sekali.
Dan kubimbing penis Ayip agar tepat masuk di lubang vaginaku. Pertama-tama memang agak sakit, tapi punyaku sepertinya sudah tidak terasa lagi akan sakit yang ada, lebih banyak nikmatnya yang kurasakan. Dengan dorongan pelan dan pelan sekali, akhirnya punya Ayip berhasil masuk ke dalam lorong kenikmatanku.
“Oh… enak sekali,” jeritku. Terasa seluruh lorong dan dinding vaginaku penuh dengan penis besar kepunyaan Ayip. Dengan sekali tekan dan dorongan yang sangat keras dari penis Ayip, membuat hari itu aku sudah tidak perawan lagi.
Ayip membisikkan sesuatu di telingaku, “May, kamu sudah tidak perawan lagi.” “Ngga apa-apa Muk, jangan dilepas dulu ya…”
“Terus Muk, goyang lebih kencang, aku enak sekali..”
Dengan posisi aku di bawah, Ayip di atas, kami melakukannya lama sekali. Ayip terus menciumi susuku yang sudah keras, penis Ayip masih terbenam di vaginaku.
Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga. “Ayip sepertinya aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar.”
“Keluarin terus May, aku tidak akan melepaskan punyaku.” “Muk, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku keluar Muk, aku keluar.. keluar Muk..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada saat orgasme yang pertama, Ayip langsung menciumi bibirku.
Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya. Akhirnya aku menikmati kehangatan punya Ayip dan aku masih memeluk badan Ayip. Walaupun udara di kamar itu sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan udara dingin.
“May, aku masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aku mau posisi enam sembilan. Kamu isap punyaku dan aku isap punyamu.” Kemudian kami berubah posisi ke enam sembilan. Ayip bisa sangat jelas mengisap punyaku.
Dan kelihatan kliotorisku yang sangat besar dan panjang. “May punyamu lebar sekali.” “Isap terus Muk, aku ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali.” Aku terus mengisap punya Ayip sementara Ayip terus menjilati vaginaku dan kami melakukannyasangat lama sekali.
Penis Ayip yang sudah sangat keras sekali membuatku bernafsu untuk melawannya. Dan permainan mulut Ayip di vaginaku juga membuatku benar-benar terangsang dan sepertinya saat-saat seperti ini tidak ingin kuakhiri.
“Muk… aku mau keluar lagi… aku tidak tahan lagi honey…” “Tahan sebentar May, aku juga mau keluar..”
Tiba-tiba Ayip langsung merubah posisi. Aku di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Ayip melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Ayip ingin memasukkan penisnya ke vaginaku. Dan sekali lagi Ayip memasukkan penisnya ke vaginaku.
Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Ayip yang besar.
“Dorong yang keras Muk, lebih keras lagi,” desahku. Ayip menggoyangan badannya lebih cepat lagi.
“Iya Muk, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terusmenerus denganmu..”
“May, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…”
“Aku juga Muk, sedikit lagi, kita keluar sama -sama ya… aaa..”
“May… aku keluar..” “Aku juga Muk… aaa… aa… terasa Muk, terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, May… goyang terus May, punyaku lagi keluar…”
“Aduh Muk… enak sekali…” Bibirku langsung menciumi bibir Ayip yang lagi dipuncak kenikmatan.
Tak lama kemudian kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kenikmatan yang luar biasa. Dan sama-sama mengalami kenikmatan yang tidak bisa diukur.
“May… spermaku sekarang ada di dalam punyamu.” “Ia Muk…” Tidak lama kemudian, Ayip membersihkan cairan spermanya di vaginaku. “May, kalo kamu hamil, aku mau bertanggungjawab.” “Iya Muk..” jawabku singkat.
Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar mandi kami melakukannya sekali lagi, dan aku mengalami kenikmatan sampai dua kali. Sekali keluar pada saat Ayip menjilati vaginaku dan sekali lagi pada saat Ayip memasukkan penisnya ke vaginaku.

Ayip pun mengalami hal yang sama. Sorenya kami melakukannya sekali lagi. Kali melakukannya berulang kali. Dan istirahat kami hanya sebentar, tidak sampai satu jam kami sudah melakukannya lagi. Benar-benar luar biasa. Aku pun tidak tahu kenapa nafsuku begitu bergelora dan tidak mau berhenti. Kalau dihitunghitung dalam melakukan hubungan badan, aku sudah keluar 8 kali orgasme.

Dan kalau hanya sekedar diisap oleh Ayip hanya 3 kali. Jadi sudah 11 kali aku keluar. Sementara Ayip sudah 7 kali. Malamnya tepat jam 8.30 kami keluar dari penginapan. Padahal jika dipikir-pikir, hanya dalam waktu dua hari saja aku sudah melepaskan keperawananku ke seseorang.

Dan sampai sekarang hubunganku dengan Ayip bukan sifatnya pacaran, tapi hanya bersifat untuk memuaskan nafsu saja. Dan, baru kali ini aku bisa merasakan tidur yang sangat pulas sesampainya di rumah. Besoknya aku harus sekolah seperti biasa dan tentunya dengan perasaan senang dan ingin melakukannya berkali-kali.
Seperti biasa setiap tanggal 20, aku datang bulan. Dan kemarin (tanggal 20 Februari 2001) ini aku masih dapat. Aku langsung menelepon Ayip sepulang dari sekolah. “Muk, aku dapat lagi, dan aku tidak hamil.” “Iya May… syukurlah…”
“Muk, aku ingin melakukannya sekali lagi, kamu mau Muk..” Dan, ternyata kami bisa melakukannya di mana saja. Kadang aku mengisap penis Ayip sambil Ayip menyetir mobil yang lagi di jalan tol. Dan setelah cairan sperma Ayip keluar yang tentunya semua kutelan, karena sudah biasa, setelah itu tangan Ayip memainkan vaginaku.
Kadang juga sebelum pulang aku tidak lagi mencium bibir Ayip, tapi aku mengisap kepunyaan Ayip sebelum turun dari mobil, hanya sekitar 2 menit, Ayip sudah keluar. Dan aku masuk rumah masih ada sisa-sisa aroma sperma di mulutku.

Di tiap pertemuan kami berdua selalu saling mengeluarkan. Jika kami ingin melakukan hubungan badan, biasanya kami menyewa penginapan dari siang sampai sore dan hanya dilakukan tiap hari sabtu karena pada saat itu sepulang sekolah Ayip langsung mengajakku ke penginapan.

Cerita Dewasa Ciuman Nafsu

Posting Cerita Dewasa Ciuman Nafsu ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Cerita Dewasa Tarikan Lembut

$
0
0

Cerita Dewasa – Setelah sebulan yang lalu aku memasukkan lamaran baru kemarin aku mendapat panggilan dari perusahaan, dimana aku disuruh berangkat untuk mengikuti tes psikotes aku lupa lupa ingat namanya yang menelponku kalau gak salah namanya Ibu ratna, dengan senang hati aku mengiyakan tawaran tersebut segera aku mempersiapkan apa yang diujikan kepada diriku besok.

Setelah memarkirkan mobil di underground, saya melangkah menuju lobby hotel. Selintas saya melihat pengunjung hotel yang sedang menikmati breakfast (atau lebih tepatnya brunch kali yah ?) di coffee shop dan berkeliaran di sekitar lobby. Yah…dibanding mereka yang berpenampilan santai sih, saya lumayan rapi. Ah cuek aja lah, yang penting pede.
“Maaf Mbak, kalo ruang rekruitmen dimana yah ?”, tanya saya kepada seorang resepsionis yang bertugas di front office sambil menyebutkan nama perusahaan tersebut..
“Oh.., naik aja lewat tangga itu dan belok ke kanan.”, jelasnya sambil menunjukkan tangga yang dimaksud.
Setelah mengucapkan terima kasih, saya pun bergegas menuju ruang recruitment. Hmm… masih sepi nih, maklum jadwalnya jam 10 pagi sedangkan ketika saya melirik jam tangan saya baru menunjukkan pukul 09.22 WIB. Setelah mengisi daftar hadir dan mengambil formulir data diri, saya menghempaskan diri di sebuah sofa empuk di pelataran ruangan tersebut.

Waktu menunjukkan pukul 09.50 WIB ketika seorang wanita mempersilakan para peserta untuk masuk ke ruang tes. Setelah mengambil posisi, saya melihat peserta lainnya. Hmm.. ada beberapa wajah yang saya kenal karena memang teman sekuliah, but now they are my competitor. Di depan ruangan telah berdiri 2 orang wanita yang kemudian memperkenalkan diri sebagai mbak Rini dan mbak Tia. Saya menyebut mbak karena saya kira mereka tidak terlalu jauh tua dibanding saya, walaupun mereka memperkenalkan diri dengan sebutan “Ibu”.

Keduanya cantik, walaupun dalam perspektif yang berbeda. Mbak Rini berwajah tegas cenderung judes, sangat pede dan terkesan senang mendikte orang lain, sedangkan mbak Tia terkesan lembut, berhati-hati dan komunikatif.
Kalau saya menilainya sebagai wanita yang seharusnya dipacari (mbak Rini) dan wanita yang seharusnya dinikahi (mbak Tia). Hahaha…mungkin agak aneh penilaian saya ini. Setelah acara basa-basi formal, tepat jam 10 tes dimulai.

1 jam 45 menit yang dibutuhkan mbak Tia untuk memandu dan mengawasi jalannya psikotest ini, sedangkan mbak Rini entah menghilang kemana. Tepat jam 11.45 WIB kita “diusir” ke luar ruangan menikmati coffee break untuk 30 menit kemudian diumumkan orang-orang yang lulus psikotest dan menghadapi interview. Dari 200-an pelamar, hanya 40 yang dipanggil psikotest dan hanya 20 yang dipanggil interview, untuk selanjutnya terserah berapa orang yang akan diterima.

Ternyata nama saya tercantum dalam daftar peserta yang lulus psikotest, so I have to stay longer to join an interview. Interview will be done in english, so I have to prepare myself. But it’s only my first experience, so what the hell…!! Saya berusaha cuek dan rileks aja menghadapinya, sa’bodo teuing lah kata orang sini.
Sekitar jam 14.45 WIB nama saya disebutkan untuk memasuki ruangan interview. Hhmm…ternyata yang nginterview (eh ini bahasa mana yah ?) saya adalah mbak Tia. Setelah memperkenalkan diri, kita terlibat dalam obrolan yang serius namun akrab.

Berkali-kali dia membujuk saya untuk mau bergabung pada perusahaan ini pada divisi produksi di pabrik. Saya sih sebenarnya lebih senang bekerja pada shop floor di pabrik daripada harus bekerja di kantor manajemen di belakang meja dan di depan komputer. Tapi permasalahannya adalah bahwa pabrik yang bersangkutan terletak di sebuah kota di pesisir utara pulau Jawa, sebuah kota yang menjadi pintu gerbang Jawa Barat terhadap tetangganya di sebelah timur. Away from home means extra cost for living, am I right ?Nggak terasa kita ngobrol semakin akrab.

Mbak Tia ternyata benar-benar smart, komunikatif dan mampu membawa suasana bersahabat dalam sebuah perbincangan. Nggak heran ternyata dia adalah alumni fakultas psikologi tahun 1992 pada sebuah perguruan tinggi di selatan Jakarta yang terkenal dengan jaket kuningnya.
“That’s all Ryo, thank you for joining this recruitment. We will contact you in two weeks from now by mail or phone”, kata mbak Tia mengakhiri pembicaraan. “The pleasure is mine.”, jawab saya pendek sambil berbalik menuju pintu.
“Ryo, why do you look so confident today ? The others don’t look like you.”, tiba-tiba mbak Tia berbicara lagi kepada saya.
“I just try to be myself, no need to pretend being someone else.”, jawab saya sambil bingung, sebenarnya apa yang telah saya lakukan sih
sampai dia menilai saya seperti itu ?
“Cool, I like your style”, sambung mbak Tia lagi
“I like your style too.”, jawab saya (pura-pura) cuek, “Tia, I like to talk with you, maybe some other day we can talk more. May I have your number ?”, sambung saya lagi. Asli udah cuek banget, nggak ada malu-malunya lagi. Baru beberapa saat ngobrol bareng dia, tapi kenapa rasanya saya udah kenal lama yah ?
Mbak Tia cuman tersenyum dan memberikan kartu namanya sambil meminta nomor telepon saya juga. Karena saya masih pengangguran dan nggak punya kartu nama, akhirnya dia hanya dapat mencatatnya di kertas note miliknya saja. Dan saya akhirnya langsung pulang.

Saya lagi termenung di kamar kost di depan komputer menyesali kekalahan kesebelasan saya dalam game Championship Manager 4. Sialan…, menyerang habis-habisan kok malah kalah yah, pikir saya sambil menatap statistik permainan.
Tiba-tiba… .krrriiinngg. ., teleponku berbunyi mengagetkanku karena memang dipasang pada volume penuh. Di LCD terpampang nomor telepon asing (maksudnya belum ada di memori). Langsung saya jawab, “Hallo…”.
“Hallo…ini Ryo ?”, terdengar sebuah suara wanita di seberang telepon.
“Iya, ini Ryo”, jawab saya. Sejenak saya terganggu koneksi telepon yang kresek-kresek, payah juga nih jaringan 0816 prabayar wilayah sini.
Ternyata itu telepon dari mbak Tia. Dia sih ngakunya cuman iseng aja nge-check nomor saya. Setelah ngobrol sebentar, saya nanya, “Mbak, banyak kerjaan nggak ?”.
“Kenapa nanya, mau ngajak jalan-jalan yah ?”, jawab mbak Tia disusul suara tertawanya yang ramah.
“Boleh.., siapa takutt..?”, balas saya sambil senyum iseng (untung dia nggak bisa lihat senyum saya).
“Nggak kok udah selesai semua, free as a bird.”, katanya lagi sambil mengutip sebuah judul lagu The Beatles (atau John Lennon ? ah sa’bodo teuing lah).
Akhirnya kita sepakat untuk jalan-jalan (but no business talks allowed, kata mbak Tia). Waktu menunjukkan pukul 19.15 WIB ketika saya memarkirkan pantat saya di sofa di lobby hotel yang sama. Ah…masak dalam sehari ke hotel ini sampai 2 kali, pikirku. Baru beberapa saat saya duduk, terlihat sosok mbak Tia berjalan ke arah resepsionis untuk menitipkan kuncinya dan melihat sekeliling lobby untuk mencariku. Saya cukup melambaikan tangan untuk memberitahukan posisi saya duduk untuk kemudian bangkit berdiri dan berlahan menghampirinya.

Kemeja putih berbunga-bunga kecil berwarna ungu terlihat serasi dengan pilihan celana panjangnya yang juga berwarna ungu. Wah…aliran “matching”-isme nih, pikirku. “Hi mbak, look so nice”, kata saya sambil sedikit memuji penampilannya yang memang “out of mind” itu.
“Thanks, you too”, jawabnya lagi sambil tersenyum. Tapi kali ini kesan senyumnya jauh dari resmi, seperti senyum kepada seorang teman lama.
Kita langsung berangkat. Karena mbak Tia meminta untuk tidak “makan berat”, akhirnya saya membawanya ke LV kafe, sebuah resto dengan city view yang bagus banget di bilangan dago pakar. Kalo udah malem, kelihatan indahnya warna-warni lampu kota Bandung dari situ. Many times I’ve been there, but still never get bored.

Temaramnya cahaya lampu resto, jilatan lidah api dari lilin di meja dan kerlap-kerlipnya lampu kota Bandung di bawah sana tidak mampu menutupi kecantikan yang terpancar dari seorang Tia, wanita yang baru saya kenal dalam beberapa jam saja. Kalo dilihat dari face-nya sih nggak cantik-cantik banget, tapi gayanya yang ramah, wawasannya yang luas dan obrolannya yang menguasai banyak hal, membuat penampilannya begitu chic dan smart.

Daripada dengan cewek cakep dan seksi serta mampu mengeksploitasi penampilannya semaksimal mungkin, tapi kalo diajak ngomong nggak pernah nyambung dan otaknya isinya cuman kosmetik sama sale baju atau factory outlet doank sih jauh banget bagusan Tia kemana-mana. Pokoknya smart-lah, saya jadi teringat Ira Koesno, seorang presenter TV favorit saya, yang walaupun tidak terlalu cantik tapi mampu memikat karena gayanya yang smart itu.
Mbak Tia (dan pada kesempatan ini dia minta saya cukup memanggilnya dengan hanya menyebut namanya saja, tanpa embel-embel mbak di depannya) memesan lasagna, biar nggak terlalu kenyang katanya.

Ternyata city view Bandung masih kalah dengan view yang ada di depan saya sekarang. Asik banget melihat Tia menikmati sedikit demi sedikit makanannya. Ada suatu momen yang bagus banget saat tiba-tiba dia mendongak, mengibaskan rambut sebahunya dan menatap saya sambil berkata, ” Lho kok malah nggak makan ?”.
Hhhmmm…..asli sumpah bagus banget angle-nya. Saya pernah ikut kegiatan fotografi saat di bangku sekolah dulu, so mungkin inilah yang disebut dengan angle terbaik. Ada beberapa saat (mungkin sepersekian detik) dimana seseorang dapat terlihat sangat tampan atau sangat cantik dan saya baru menikmatinya beberapa detik yang lalu. “Heh..kok malah bengong ?”, Tia membuyarkan lamunan saya seketika.
“Ah nggak kok, cuman lagi inget-inget aja tadi taruh kunci kost dimana ?”, jawab saya sambil mencoba berbohong. Kalo dia sampai tahu saya mengagumi pemandangan tentang dia, wah bisa jadi nggak enak suasananya.
“Ooohhh….” , sahutnya pendek, entah tahu saya berbohong atau tidak. Terus terang saya selalu rada takut menghadapi alumni-alumni fakultas psikologi, takut-takut pikiran saya bisa dibaca mereka, hahahaha…. .
Lalu kita terlibat perbincangan yang hangat sambil menikmati makanan. Ada beberapa sisi baru yang saya kenal dari seorang Tia malam itu. Desember nanti usianya 26, termasuk muda untuk seorang angkatan 1992.
Anak kedua dari 3 bersaudara, kakak perempuannya sudah menikah dan tinggal di Jakarta, sedangkan adik laki-lakinya sedang kuliah di sebuah PTS yang ternama di bilangan Grogol, Jakarta dan terkenal saat-saat perjuangan reformasi mahasiswa medio 1998 lalu.

Dia pernah hampir saja menikah pada awal tahun ini, namun sesuatu terjadi (Tia mengistilahkan dengan something happened in the way to heaven, mirip sama judul lagunya Led Zeppelin 20-an tahun yang lalu), kekasihnya ternyata menikahi wanita lain yang terlanjur dihamilinya. Tia menyebutkan itulah resikonya pacaran jarak jauh, ternyata seseorang mampu menggantikan tempatnya di hati kekasihnya yang bekerja di kota tersebut. Ah…manusia, cerita tentang kehidupan mereka memang sangat beragam.
“That’s why Ryo, ’till now I still can’t trust men”, Tia berkata dengan tatapan kosong ke arah kerlap- kerlip lampu kota Bandung. Dia bilang pria itu seperti kucing, udah disayang-sayang tetap aja nyolong, hahahaha…. lucu juga istilahnya. Saya cuman bisa membela kaum saya sebisanya. Biar bagaimana pun kayaknya nggak semua cowok itu kayak kucing deh, beberapa diantaranya malah lebih mirip serigala,hahahahaha.. …

Makin lama kita ngobrol, makin banyak sisi-sisi lain yang saya kenal dari seorang Tia. Bahkan sampai sekarang dia masih belum mengerti apa sebenarnya yang ada di otak kekasihnya dahulu saat meninggalkannya, padahal we had a perfect life, katanya. Saya kira anak psikologi tahu semua jawaban tentang problem pikiran dan perasaan manusia, ternyata nggak juga tuh. Dia bilang sih nggak semua dokter bisa nyembuhin sakitnya sendiri dan nggak semua pilot bisa terbang. Untuk yang terakhir ini dia bisa bikin saya ngakak banget.
“So Ryo, why are you still alone ’till now ?”, tiba-tiba Tia mengubah topik pembicaraan. Lho kok… malah ngomongin saya sekarang ?
“Ah nggak ada yang mau sama saya, hehehe…”, jawab saya sekenanya sambil becanda.
“Boong banget, mau tinggi-in mutu yah ?”, todong Tia.
“Hahaha ketahuan deh saya”, jawab saya lagi sambil cengar-cengir.
“Boleh Tia ngomong tentang penilaian Tia ke kamu ?”, katanya tiba-tiba.
“Sok, silakan, mangga….”.

Dan mulailah Tia mengutarakan penilaiannya tentang saya. Yang bikin saya kaget ternyata dia bisa tahu pikiran-pikiran saya yang cuman ada di hati, bahkan tidak ada di otak sekalipun. Dia bilang kalo dibalik penampilan saya yang selalu tertawa dan becanda melulu, pernah ada sesuatu yang sangat melukai saya di masa lalu, dan itu sangat mungkin berkaitan dengan wanita, mengingat hingga sekarang saya masih sendiri.

Ah….saya jadi teringat masa lalu saya yang berhasil ditebak dengan jitu oleh Tia (katanya semudah membaca buku yang terbuka, sialan…..! !!). Dimana sekarang beradanya si “love of my life” itu, beberapa wanita memang sempat menggantikannya, tapi tidak ada yang benar-benar dapat “menggantikannya” , hehehe….kok jadi sentimentil gini, ini kan CCS. Hahahaha….
Untuk beberapa saat saya terdiam, nggak tahu sebenarnya apa yang saya pikirkan. Apakah pikiran saya lagi ada di masa lalu atau tengah mengagumi sesosok wanita yang duduk tepat dihadapanku. Akhirnya saya hanya melemparkan pandangan menatap gemerlapnya kota Bandung di bawah sana.
…..and baby I…, I’ve tried to forget you
but the light on your eyes still….
shine…., you shine like an angel
spirit that won’t let me go….
Lagu Angel yang dinyanyikan Jon Secada makin menghanyutkan saya dalam lamunan. Sampai akhirnya…, “Bagus yah Ryo, pemandangannya. ..”, tegur Tia membuyarkan pikiran kosongku.
“Yup, saya selalu suka city wiew seperti ini”, jawab saya sekenanya, biar nggak dikira ngelamun.
Malam semakin larut ketika kita memutuskan untuk kembali ke hotel. Kita makin dekat satu sama lain, saling curhat selama perjalanan di mobil. Becanda, ketawa-an bareng. Why do I feel that everything seems so right when we’re together? Ah mungkin saya aja yang terlalu terbawa suasana.
Waktu menunjukkan sekitar pukul 11 malam ketika kita kembali menginjakkan kaki di lobby hotel. “Ryo, mau nemenin ngobrol sebentar nggak ?”, tanya Tia tiba-tiba.
“Boleh aja, emang belum ngantuk?”, tanyaku balik.
“Nggak, lagipula kalau di tempat yang asing Tia jadi susah tidur.”, katanya memberi reasoning.
Akhirnya saya ikut melangkahkan kaki ke kamar Tia yang terletak di lantai 4. Sebuah kamar standar dengan 2 single bed, TV, kulkas dan peralatan standar layaknya sebuah kamar hotel berbintang. Good enough, daripada kamar kostku, hehehehe….
“Lha kamu sendiri di sini ?”, tanya saya begitu melihat tidak seorang pun di kamarnya.
“Sebenernya kamar ini untuk berdua, dengan Rini, itu lho yang tadi pagi ikut tes juga”, jelasnya, “Tapi dia langsung pulang Jakarta pake kereta terakhir tadi sore, katanya besok mau ada acara apa gitu di keluarganya” .
Kita memasak air dengan menggunakan ketel elektrik yang disediakan hotel untuk kemudian masing-masing menikmati secangkir coffemix panas. Kursi sengaja kita balikkan menghadap ke jendela, untuk memandang Jalan Tamblong yang telah temaram dan senyap.

Sesekali terlihat mobil melintas dengan kecepatan di atas rata-rata, mungkin karena sudah malam. Begitupun suasana di kamar ini, hanya suara MTV Asia dari TV yang dihidupkan yang menemani perbincangan kita, menggantikan cahaya lampu yang memang kami padamkan. Entah mengapa, saya merasa begitu dekat dengan Tia, padahal baru beberapa jam kita berkenalan. Ah sekali lagi, mungkin saya terlalu terbawa suasana….
Namun kali ini ternyata Tia yang duduk di sebelah saya bukanlah seperti Tia yang saya kenal dalam jam-jam terdahulu. Dalam curhatnya, ia terlihat sangat rapuh. Entah memang nasib saya untuk selalu menjadi tempat curhat orang lain. Dari dulu semasa di bangku sekolah hingga kini setelah menamatkan pendidikan tinggi, saya selalu dijadikan tempat curhat orang-orang dalam lingkaran terdekat saya. Dan kini saya harus menghadapi Tia yang sesekali sesunggukkan, meremas-remas sapu tangannya dan menghapus air matanya yang mulai jatuh satu persatu. Love…, look what you have done to her, bastard…!!

Saya bangkit dari duduk dan berjalan perlahan menghampirinya. Saya hanya bisa termangu berdiri di sampingnya dan melihat ke luar untuk menunggunya menyelesaikan kisah-kisah yang menyesakkannya selama berbulan-bulan.
Saya mencoba menenangkannya sebisa saya dengan menganalisis kehidupannya dari berbagai perspektif. Saya hanya bisa mengatakan bahwa ia masih beruntung karena ditunjukkan ketidaksetiaan kekasihnya pada saat mereka belum menikah, karena akan lebih sangat menyakitkan jika semua itu dihadapi justru ketika mereka telah menikah.
Setelah beberapa waktu kita membahasnya, Tia terlihat sudah agak tenang. “Thanks Ryo, kamu mau jadi tempat sampah Tia”, katanya sambil sedikit tersenyum.
“That what friends are for”, jawab saya singkat sambil menepuk-nepuk kepalanya seperti kepada seorang anak kecil, padahal dia 3 tahun lebih tua daripada saya, hehehe..pamali tau…!!
Saya duduk lesehan di karpet bersandarkan pada tepi ranjang sambil meluruskan kaki. Hhmmm..enak juga duduk posisi kayak gini.

Tidak berapa lama kemudian Tia menyusul turun dari kursi dan bergabung duduk dengan posisi lesehan di sampingku. Kayaknya enak banget lihat gaya kamu, katanya sebelum dia menyusulku duduk di karpet. “Ryo, kamu itu aneh yah ?”, tiba-tiba suara Tia menyentakku.
“Aneh selanjutnya bagaimana maksud loe?”, tanya saya asal sambil menirukan sebuah dialog sinetron Si Doel beberapa waktu yang lalu. Hihihihi…. terdengar Tia cekikikan mendengarnya.
“Ya aneh aja, Tia baru kenal kamu hari ini, tapi rasanya Tia udah kenal sama kamu lama banget”, katanya lagi, “Sampai Tia mau curhat sama kamu, padahal Tia paling jarang curhat, apalagi sama orang yang baru kenal”.
“Sama, Aku juga gitu kok Ya, jangan-jangan kita pernah ketemu di kehidupan sebelumnya yah ?”, jawab saya sambil nyengir.
“Ada-ada aja kamu….”, katanya sambil tiba-tiba merebahkan kepalanya di bahu kananku. Jujur aja saya cukup terkejut menerima perlakuannya, but santai aja, lagipula apalah yang mungkin terjadi dari sebuah bahu untuk menyandarkan kepala sejenak ?

Cukup lama kita masing-masing terdiam dalam posisi ini sambil memandang sebagian horizon langit yang dipenuhi kerlap-kerlip bintang dari jendela kamarnya. Sayup-sayup terdengar dari TV rintihan Sinnead O’Connor yang tengah menyanyikan lagu legendarisnya : …I can eat my dinner in the fancy restaurant but nothing, I said nothing can take away this blue cos nothing compares, nothing compares to you…..
Perlahan saya usap rambutnya dan memberanikan diri untuk mengecup keningnya. Tia mendongakkan kepalanya untuk memandangku. Beberapa saat kita saling berpandangan, ah oase kedamaian dari pancaran matanya inikah yang selama ini saya cari ?

Mungkinkah saya menemukannya hanya dalam beberapa jam saja setelah sekian lama saya mencarinya entah kemana ? How can I be so sure about that ? dan sekian banyak pertanyaan lainnya berkecamuk dalam pikiranku melewati detik demi detik kami berpandangan. Yang saya tahu beberapa saat kemudian wajah kita semakin mendekat dan sekilas saya melihat Tia menutup matanya dan pada akhirnya saya kecup lembut bibirnya.
Kami berciuman seakan-akan kami sepasang kekasih yang telah lama tidak berjumpa.

Menumpahkan segala kerinduan dalam kehangatan sebuah ciuman. Perlahan saya raih pinggang Tia dan mendudukkannya dalam pangkuan. Kini kami semakin dekat karena Tia saya rengkuh dalam pangkuan saya. Saya usap lembut rambutnya, sedangkan dia memegang lembut pipiku. Ciuman bibirnya semakin dalam, seakan tidak pernah dia lepaskan.
Cukup lama kami berciuman, sesekali terdengar tarikan nafas Tia yang terdengar begitu lembut. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mulai menurunkan bibir ke arah lehernya.
“Ugh…”, hanya terdengar lenguhan lembut seorang Tia ketika ia mulai merasakan hangatnya bibir saya menjelajahi lehernya.

Tidak ada perlawanan dari aksi yang saya lakukan. Tia justru makin mendongakkan kepalanya, semakin memamerkan lehernya yang putih dan jenjang. Kedua tanggannya meremas seprai tempat tidur sebagai tumpuan. Saya pun semakin terhanyut terbawa suasana. Saya perlakukan Tia selembut mungkin, menjelajahi milimeter demi milimeter lehernya, mengusap rambutnya dan makin menekankan punggungnya ke arah tubuhku.
“Ryo…oohh. ..”, lenguh Tia saat dia menyadari terlepasnya satu per satu kancing kemejanya. Ya…saya memang melepaskannya untuk melanjutkan cumbuan saya kepadanya. Jilatan-jilatan lembut mulai menjalari dada Tia, seiring meningkatnya hasrat manusiawi dalam diri kami.

Dengan sekali gerakan, saya dapat menggendongnya. Kami lanjutkan percumbuan dalam posisi berdiri dengan Tia dalam gendongan. Tangannya mulai meremasi rambutku. Perlahan-lahan kemejanya terjatuh terhempas ke karpet, menyisakan bagian atas tubuh Tia yang tinggal berbalutkan sehelai bra putih. Beberapa saat kami bercumbu dalam posisi ini, sampai akhirnya saya merebahkannya di ranjang. Terdengar suara Donita, presenter MTV Asia, terakhir kali sebelum saya meraih tombol off TV yang terletak di buffet samping ranjang.

Kali ini suasana benar-benar senyap, hanya tarikan nafas kami berdua yang masih sibuk bercumbu. Tia mencoba untuk melepaskan satu per satu kancing kemejaku hingga akhirnya ia berhasil melepaskannya, hampir bersamaan saat saya berhasil melepaskan bra-nya. Kami meneruskan pergumulan, namun sebuah perasaan aneh menyusup ke dalam hatiku. She’s different, pikirku. Jujur saja, saya sudah beberapa kali mengalami sexual intercouse, pun dengan orang-orang yang baru saja saya kenal.

Namun kali ini terasa berbeda. Ada perasaan lain yang mengiringi nafsu yang bergejolak, sebegitu dahsyatnya sehingga nafsu itu sendiri menjadi tidak berarti lagi keberadaannya. Sayang…., yah mungkin inilah yang disebut dengan perasaan sayang itu, sesuatu yang sudah lama tidak saya rasakan keberadaannya. Ini membuatku ingin memperlakukannya seindah dan selembut mungkin. Tia bukan hanya seseorang yang mengisi sebuah babak pelampiasan nafsu manusiawi dalam hidupku. Dia berbeda, she deserves the best…!!

Terdengar lagi lenguhan Tia saat saya mulai mengulum buah dadanya. Kali ini terdengar lebih keras dari sebelumnya. Mungkin hasrat itu telah memenuhi kepalanya. Jilatan-jilatan diselingi gigitan-gigitan kecil mendarat di sekitar putingnya, berkali-kali membuatnya berjingkat terkejut.
Saya meneruskan cumbuan saya ke arah perutnya, hingga pada akhirnya berhasil membebaskan celana panjangnya ke karpet. Sekarang terpampang pemandangan yang tidak mungkin saya lupakan, seorang Tia yang baru saya kenal hari ini, rebah dengan hanya berbalutkan celana dalam. Untuk pertama kalinya saya memandang seorang wanita dalam kondisi seperti ini tidak dengan nafsu yang menguasai. Begitu terasa bagaimana saya memang menyayangi dan menginginkannya. Matanya yang memandang lembut ke arahku, menghadirkan begitu banyak kedamaian, sesuatu yang terus saya cari selama ini dari diri seorang wanita.

Kini saya mengulum pusarnya, seiring lenguhan-lenguhan kecil yang terdengar dari bibirnya. Perlahan saya mulai menurunkan kain terakhir yang menempel pada tubuh Tia. Terdengar sedikit nada terkejut Tia saat saya mulai menurunkan centi demi centi celana dalamnya menyusuri kedua kakinya hingga terlepas entah kemana. Seiring itupun, saya mulai menurunkan jilatan ke arah selangkangannya.
“Ryo…mau ngapain…, uugghh…”, pertanyaan yang coba diajukan Tia tidak dapat diselesaikannya begitu dirasakannya sebuah jilatan mendarat di organ kewanitaannya. Permainan lidahku pada liang kewanitaannya memang saya usahakan selembut mungkin, hingga terkadang hanya sedikit saja ujung lidahku menyentuhnya. Namun hal ini malah justru memicu reaksi Tia semakin terbakar.
“Ohhh….Ryooo. ..”, lenguhnya panjang diiringi nafasnya yang semakin tidak beraturan.
Hisapan dan jilatan silih berganti saya lakukan dengan penuh kelembutan padanya, hingga pada akhirnya terdengar Tia seperti mendekati puncaknya. “Aaahhh….. .”, jeritnya panjang sambil menghentakkan tubuhnya ke atas saat puncak itu datang melandanya, menggulungnya dalam suatu sensasi keindahan yang sangat melenakan dan menghempaskannya ke dalam jurang kenikmatan yang begitu dalam.

Kini saya memandang wajahnya. Matanya yang terpejam sambil menggigiti bibirnya sendiri dan tangannya yang mencengkram seprai di tepian ranjang dengan kencang serta nafasnya yang tidak beraturan cukup untuk mengekspresikan betapa tingginya Tia terbuai dalam gelombang orgasme yang baru saja dilaluinya.
Saya biarkan Tia meregang dirinya dalam detik demi detik puncak kenikmatan yang baru saja didapatnya untuk menyibukkan diri mencari sebuah benda yang “lubricated with nonoxynol 9, for greater protection” (If you were a great CCS fan, you should know this thing) yang selalu disisipkan di dompetku (my friend said that only bastards always bring this thing around. Yeah…maybe I’m the one of them).

Tia baru membuka matanya ketika dirasakannya sebuah benda menempel lembut pada bibir organ kewanitaannya. Dibukanya matanya memandang lembut ke arah wajahku yang tepat berada di depan wajahnya. “Tia, may I….?”, bisikku sambil mengecup keningnya. Tia hanya mengedipkan kedua matanya sekali sambil tetap memandangku. That’s enough for me to know the answer of this question. Perlahan-lahan saya tekan kejantananku menerobos liang kewanitaannya. So gentle and smooth. Terdengar nafas Tia tertahan di tenggorokannya, menikmati sensasi mili demi mili penetrasi yang dilakukanku terhadapnya, hingga akhirnya keseluruhannya terbenam utuh.

Kami terdiam dan saling berpandangan sejenak, menikmati bersatunya raga (dan hati) kami berdua. Saya kecup bibirnya lembut sebelum mulai melenakannya dalam sebuah persetubuhan yang sangat indah. Saya masih ingat persis, bagaimana kedua tangan kami saling bergenggaman erat di sisi tepi ranjang saat kami terus bergumul menyatukan hasrat dan raga kami. Betapa lembut buah dadanya menekan dadaku, dan betapa hangat melingkupi kejantananku yang terus memompanya, membawa kami semakin tinggi terbuai kenikmatan duniawi.

Entah berapa lama keadaan ini berlangsung, ketika pada saatnya terdengar Tia mulai mendekati orgasme keduanya. Tangannya merangkul pundakku, mendekap tubuhku erat seakan ingin mengajakku ikut dalam gelombang orgasmenya. Nafasnya makin memburu, terdengar jelas di telinga kananku. Saya pun meningkatkan kecepatan penetrasi untuk membantunya mendapatkan puncak kedua kalinya.
“Eeegghhh… .Ryooo… …aahhh. .”, jerit Tia tertahan mencoba menyebut namaku saat gelombang orgasme keduanya benar-benar datang menggulungnya, menelannya kembali ke dalam jurang kenikmatan yang sangat dalam.
Saya menghentikan pergumulan kami sejenak, memberinya kesempatan untuk kembali mengatur nafasnya seusai melewati puncaknya yang kedua. Saya hanya memberikan senyuman dan kecupan lembut di keningnya saat pada akhirnya Tia mulai membuka matanya.
“You’re so lovely tonight”, bisikku padanya.
“Ryoo…eh.. !!”, teriaknya sedikit terkejut saat tiba-tiba saya menarik kedua tangannya untuk kemudian mendudukkannya dalam pangkuanku. Punggungku bersandar di kepala ranjang, dan wajah kami saling memandang. Kami kembali berciuman. Perlahan kuangkat tubuhnya, untuk kembali menekankan kejantananku pada liang kewanitaannya. Walaupun kami tengah berciuman, masih sempat kudengar erangan lirihnya saat Tia merasakan bagaimana kejantananku perlahan menikam tubuhnya.

Kali ini kubiarkan Tia memegang kendali. Kubiarkan bagaimana dengan bebasnya Tia memompa diriku. Pundakku dijadikan tumpuan olehnya untuk terus menaik-turunkan tubuhnya di atasku. Saya hanya membantunya dengan meremas buah pinggulnya dan sedikit menaikkan posisi selangkanganku, hingga batangku terasa makin dalam menghujamnya.
Ahh….sungguh suatu pemandangan yang tidak akan terlupakan bagaimana melihat dirinya terus menyatukan raga kami ke dalam suatu persetubuhan yang sangat intim. Matanya yang terpejam, rambut sebahunya yang sudah mulai dibasahi keringat terurai bebas, bibirnya yang digigitnya sendiri dan tubuhnya yang berguncang-guncang. ….Ughh. .., It’s really a loveable thing to see.

Pemandangan yang sangat melenakan ditambah dengan kehangatan yang makin erat menghimpit kejantananku, menit demi menit mulai membuaiku ke dalam sensasi kenikmatan sebuah persetubuhan. Terasa sesuatu mendesak, menghimpitku untuk keluar dari dalam tubuhku. Oh My God, I think I’m gonna cum.., pikirku.
“Ryooo….I’ m almost there…”, bisik Tia lirih sambil mempercepat gerakan tubuhnya memompaku.
“Yes…babe, me too…”, jawabku sambil mengecup erat bibirnya.
Selanjutnya terasa bagaimana gelombang menuju puncaknya seakan berpacu dengan gelombang menuju puncakku. Goncangan tubuhnya makin terasa mendesak cairan kejantananku untuk keluar, sementara tikaman batangku semakin menghadirkan sensasi kenikmatan suatu orgasme yang hanya tinggal sejengkal dari raihannya.
“Aaahhhh…Ryooo. …”, jeritnya lirih memanggil namaku saat ternyatagelombang orgasme lebih dahulu menyapanya. Saya masih sempat meneruskan tikaman kejantananku beberapa kali lagi hingga pada akhirnya…
“Tiaaaa…., I’m cummiiinngg. …!!”, teriakku sambil mendekap erat tubuhnya. Terasa bagaimana derasnya cairanku menyembur keluar.
Fortunately I use condom, masih sempat diriku berpikir di sela-sela gulungan ombak ejakulasi yang menenggelamkanku dalam suatu sensasi kenikmatan yang sangat dahsyat.
Dalam beberapa saat ke depan kami hanya mampu berpelukkan erat, untuk kemudian bersisian rebah di ranjang. “Thanks honey, you’re so great…”, bisikku sambil mengecup lembut bibirnya.
“Ahh…Ryo.. .”, lirih suaranya terdengar, seakan ingin mengatakan hal yang sama kepadaku.
Terlihat bagaimana lengangnya perempatan jalan Tamblong yang memotong Jalan Asia Afrika di bawah sana. Hanya traffic light yang mengerjapkan cahaya kuningnya yang menandakan adanya kehidupan di sana. Sesekali melintas mobil angkutan kota yang beroperasi selama 24 jam menuju terminal Kebon Kelapa.

Kami hanya duduk menatapnya tanpa banyak berkata-kata. Kugenggam erat Tia dalam pangkuanku, menatap kesunyian tanpa sehelai benangpun yang melekat di tubuh kami. Terkadang kudengus lembut telinga Tia, yang selalu saja diiringi desahan manjanya.
Ah..betapa romantisnya, memandang cahaya lampu lewat tengah malam tanpa selembar busanapun yang melekat. Tak terasa sudah lebih dari setengah jam kita berdua tertegun memandang jalanan sejak gelombang orgasme tersebut menelan kami berdua dan menenggelamkan hingga ke dasarnya.
“Ryo, Tia pengen mandi rasanya”, tiba-tiba suara Tia mengejutkanku.
“Ya udah sana mandi”, jawabku, “Eh pintunya jangan dikunci yah, siapa tau ntar saya mau nyusul”, godaku lagi.
“Huuh…maunya” , sahut Tia manja sambil menjentikkan telunjuknya di hidungku dan kemudian berlalu menghilang di balik pintu kamar mandi.
Selanjutnya saya hanya terdiam, melanjutkan lamunanku sendiri. Mengingat betapa beberapa menit yang lalu saya telah melalui sebuah sexual intercouse yang sangat indah. Kali ini sungguh berbeda rasanya, lembut dan melenakan. Sungguh jauh lebih indah dibandingkan dengan pengalaman- pengalaman terdahulu, dengan beberapa wanita yang sempat hadir dalam malam-malamku. Entah mengapa tiba-tiba timbul keinginanku untuk selalu berdekatan dengan Tia. Hanya beberapa menit ia tinggalkan (dan itupun hanya untuk mandi), rasa kehilangan itu sudah hadir dalam benakku.

Tanpa kusadar telah kulangkahkan kakiku ke arah kamar mandi untuk menyusul Tia. Krek…terdengar pelan suara handle pintu kamar mandi yang kuputar. Hmm…ternyata memang Tia tidak menguncinya, wah bandel juga nih anak, pikirku. Perlahan kubuka pintu untuk kemudian mendapatkan suatu pemandangan yang sangat memukau. Terlihat samar-samar dari belakang bagaimana Tia tengah menikmati pancuran air dari shower yang membilas lembut tubuhnya.

Kaca penutup shower menghalangi pandanganku karena telah tertutup uap dari air hangat yang Tia gunakan. Entah mengapa pemandangan yang tersamar ini membangkitkan kembali gairahku. Terasa bagaimana kejantananku mulai menunjukkan reaksinya.
Perlahan kubuka pintu kaca shower untuk kemudian mendekap tubuh Tia dari belakang. “Hei….!!”, seru Tia terkejut sesaat menyadari ada
orang lain yang berada dalam kotak showernya.
“It’s me honey…”, kataku menenangkan sambil mendaratkan ciuman bertubi-tubi ke arah leher belakangnya.
“Ughh…Ryo. ..”, lenguh Tia pendek. Terus kudaratkan ciuman bertubi-tubi ke tubuhnya. Kadang di leher belakangnya, kadang di punggungnya, terkadang pula kulumat bibirnya. Kami berciuman di tengah derasnya pancuran shower yang membasahi tubuh kami. Ingin sekali rasanya kutikamkan kembali kejantananku dari belakang ke dalam liang kewanitaannya, menikmati sensasi bercinta di sebuah shower yang deras menghujani tubuh kami dengan butiran-butiran air.

Setelah kurasa percumbuan kami cukup untuk kembali membuatnya bergairah, perlahan kutuntun batangku ke dalam vaginanya. Sejenak terasa lembut dan hangat tatkala kejantananku menempel pada bibir liang kewanitaannya, sebelum kuhentakkannya menerobos hingga ke pangkal batangku.
“Arrggghh… …”, jerit Tia tertahan ketika ia mulai merasakan dirinya sesak dipenuhi oleh desakan kejantananku.
Saya mulai memompanya perlahan, keluar dan masuk. Tia membuka kedua kakinya lebar sambil kedua tangannya bertumpu pada kedua keran panas-dingin pada shower. Kami kembali bercinta, bergumul dalam desakan arus birahi yang memenuhi kepala dan tubuh kita.

Kami bersetubuh di bawah siraman kehangatan shower yang terus menghujani tubuh kami tiada henti. Terdengar sayup-sayup deru nafas Tia diantara derasnya suara air yang tumpah keluar dari shower. Kulingkarkan tangan kananku di leher Tia ketika kudaratkan tangan kiriku untuk mempermainkan puting kanannya, sambil tentunya terus memompanya dari belakang.

Terus kutikamkan batangku ke dalam liang vaginanya tiada henti. Menit demi menit berlalu, mengiringi persetubuhan kami yang sangat indah. Terasa bagaimana semakin ketatnya lubang kewanitaan Tia kian menghimpit kejantananku. Tiba-tiba kedua tangan Tia menjangkau tangkai shower yang terpaku pada dinding bagian atas kepalanya, mendongakkan kepalanya seraya melenguhkan erangan yang begitu menggairahkan perasaan, “Ryooo…. aahhhhh….. “.

Ternyata Tia kembali meraih orgasmenya yang menariknya kembali ke dalam kenikmatan yang bergulung-gulung mendera bathinnya. Kudekap erat tubuhnya, menjaganya dari kelimbungan yang mungkin dapat saja menghempaskannya ke lantai marmer yang kami injak. Beberapa saat tetap kudekap erat tubuhnya, sampai pada saat akhirnya Tia mulai dapat menggerakkan dirinya sendiri. Kami sejenak bertatapan, perlahan kucium lembut bibirnya. “You’re wonderful, Babe”, pujiku saat dia mulai membuka matanya dan memandang ke arahku.

Tia membalikkan tubuhnya dan memelukku erat. Kucium kembali bibir Tia sambil kuangkat tubuhnya meninggalkan kotak shower tempat kami memadu nafsu. Kurebahkan tubuhnya di lantai marmer kamar mandi dengan perlahan. Kembali kuletakkan kejantananku di bibir kewanitaannya seraya perlahan mendorongnya masuk ke dalam.

Sejenak kulihat Tia mengigit bibirnya sendiri, seakan tengah menikmati sensasi penetrasi batangku ke dalam liang vaginanya. Kembali kupompakan kejantananku ke dalam tubuh Tia, membiarkan tungkainya bersandar di pundakku untuk kemudian membuat kami terbang meraih kenikmatan duniawi dengan lembut dan perlahan. Terus kusetubuhi tubuh Tia yang tergolek di lantai, mencoba mengimbangi gerakan pinggulnya yang makin menjepit batangku.
“Tia, Ryo mau keluar…”, bisikku lirih saat mulai kurasakan sesuatu mendesak keluar dari batang kejantananku, setelah beberapa waktu
berlalu.
“Yes Ryo, cum to my breast”, sahut Tia sambil mengecup perlahan bibirku sejenak.
Terus kupompakan batang kejantananku untuk mencapai puncak ejakulasiku yang kedua dalam hari ini. Saya mencoba untuk menahannya selama mungkin, namun usahaku tidaklah banyak membawa hasil karena tidak berapa lama kemudian kupastikan bahwa benteng pertahananku tidak akan bertahan lama lagi. Sempat kuhujamkan beberapa kali lagi kemaluanku dalam liang vaginanya sebelum berteriak keras seraya menarik keluar batangku dan memuntahkan isinya, membajiri seluruh permukaan dada Tia.
“Ahh…I’m cummiiiinggg. ..”, teriakku parau.
“Yes….ehhhmmm. ..”, erang Tia tidak dapat menyelesaikan kalimatnya, karena dirasakannya cairan kejantananku ternyata juga mendarat di wajah dan rambutnya.Cukup lama kuregang diriku dalam orgasme yang sangat dahsyat, dimana Tia ikut membantunya dengan mengurut-urut batang kemaluanku, menghabisi cairan yang mungkin masih tersisa di dalamnya. Kucium bibirnya dalam sambil mengucapkan terima kasih atas klimaks yang baru saja saya dapatkan, sebelum akhirnya merebahkan diriku di sampingnya.

Saya tersadar dari tidur dengan mendadak. Di sampingku tergolek tubuh Tia yang tidur memunggungiku sambil kupeluk dari belakang. Sejenak kucoba mengingat-ingat apa yang baru saja saya alami. Samar-samar saya mulai mengingat bagaimana sekitar satu setengah jam yang lalu kulalui sebuah klimaks yang dahsyat dalam dekapan Tia di lantai kamar mandi. Yah kuingat bagaimana kemudian kami saling membersihkan diri, mengeringkannya untuk kemudian menikmati tidur dalam posisi saling berpelukan.

Terasa dinginnya udara AC kamar menjalari tubuhku yang tidak ditutupi selembar kainpun saat kusingkapkan selimut untuk kemudian mencari pakaianku yang berserakan di lantai kamar yang ditutupi karpet bernuansa maroon. Kukecup lembut kening Tia saat telah lengkap saya berpakaian. Terdengar lirih suara Tia saat dia mulai tersadar sedikit demi sedikit dari tidurnya. Kukecup bibirnya saat dia benar-benar telah membuka matanya, memandangku dengan suatu tatapan yang sangat sulit ditebak artinya. Tatapan sayangkah itu…?

Jam mobilku menunjukkan pukul 05.21 WIB ketika dengan santai kukendarai mini jeep-ku membelah jalan Asia Afrika yang masih lengang sambil mendengarkan musik yang mulai dimainkan radio-radio swasta yang mulai mengudara. Saya memang harus segera pergi dari sisi Tia, setidaknya untuk hari ini, karena dia akan kembali ke Jakarta dengan rombongannya setelah breakfast nanti. Pasti suatu pemandangan yang tidak lucu jika teman-teman yang menyusul ke kamarnya, menemukan kami sedang tidur berpelukkan tanpa busana sama sekali.

But no business talks allowed, masih terngiang di telingaku perkataan Tia saat kuajak dirinya melewatkan malamnya menikmati suasana Bandung semalam. Yah…semoga memang begitu keadaan selanjutnya. Terus terang saya paling tidak mau mencampurkan urusan pekerjaan dengan pribadi. Jika saya ditolak untuk pekerjaan, biarkanlah itu karena memang saya tidak cukup qualified untuk diterima, bukan karena saya telah berani “kurang ajar” kepada salah seorang pengujinya (itu pun kalau dia anggap bahwa saya kurang ajar, hehehehe…. ). Di lain pihak jika saya diterima bekerja, biarlah itu karena memang skill dan capability saya memang dibutuhkan oleh perusahaan, bukan karena saya berhasil menjalin suatu hubungan khusus dengan seorang Tia. Meminjam istilah mbak Sari, mendaki corporate lewat ranjang, hahahaha…. .

Dalam hati saya masih sedikit terbersit harapan untuk tetap melanjutkan hubungan ini. Masih terasa bagaimana Tia mengecup lembut bibirku saat dia melepasku di pintu kamarnya. As I said before, everything seems so right when we’re together. Is she the Miss. Right for me after I’ve been looking for all over places ? Why do I feel that she’s the one, eventhough I have known her only by day. Biarlah waktu yang menjawabnya, karena orang bijak berkata hanya waktulah yang dapat secara pasti menentukan apa yang akan kita jalani di masa depan, sepasti sinar matahari yang selalu menyapa penduduk bumi setiap pagi.

Seperti saat ini, dimana sinar matahari yang pertama jatuh menemani perjalananku menembus lengangnya jalanan kota ini.

Cerita Dewasa Tarikan Lembut

Posting Cerita Dewasa Tarikan Lembut ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Cerita Dewasa Karena Minta Cukur

$
0
0

Cerita Dewasa – Untuk membentuk agar bulu kemaluanku tumbuh dengan rapih, suatu hari timbul niat isengku untuk mencukur total. Kusiapkan alat-alat dahulu sebelum kumulai aksinya. Mulai dari gunting, kaca cermin, lampu duduk, dan koran bekas untuk alas agar bekas cukuran tidak berantakan kemana-mana. Kupasang cermin seukuran buku tulis tepat di depan kemaluanku untuk melihat bagian bawah yg tdk terlihat secara langsung.

Tidak lupa pula kunyalakan lampu duduk di antara selangkanganku. Kumulai pelan-pelan, kugerakkan pisau cukur dari atas ke bawah. Baru mulai aku menggoreskan pisau cukur itu, aku dengar suara langkah masuk ke kamarku, segera aku lihat baygan di kaca buffet, tdk jelas benar, tapi aku bisa menebaknya bahwa dia adalah si Ida, kemenakan dari ibu kost. Aku bingung juga, mau membereskan perangkat ini terlalu repot, tdk sempat. Memang aku melakukan kesalahan fatal, aku lupa mengunci pintu depan ketika kumulai kegiatan ini. Akhirnya dalam hitungan detik muncul juga wajah si Ida ke dalam kamarku. Dalam waktu yg singkat itu, aku sempat meraih celana dalamku untuk menutupi kemaluanku. Sambil meringis berbasa-basi sekenanya.
“He… he… ada apa Da..?” sapaku gelagapan.
“Eh, Mas Adi lagi ngapain..?” kata Ida yg nampaknya juga sedang menyembunyikan kegugupannya.
Si Ida memang akrab dengan saya, dia sering minta bimbingan dalam hal pelajaran di sekolahnya. Khususnya pada mata pelajaran matematika yg memang menjadi kegemaranku. Ida sendiri masih sekolah di SMU. Berkata jorok memang sering kami saling lakukan tetapi hanya sebatas bicara saja. Apalagi Ida juga menanggapinya, dengan perkataan yg tdk kalah joroknya. Tapi hanya sebatas itulah.
Kembali pada adegan tadi, dimana aku tengah kehabisan akal menanggapi kehadirannya yg memergokiku sedang mencukur bulu kemaluan. Akhirnya kubuka juga kekakuan ini.
“Enggak apa-apa Da, biasa… kegiatan rutin.”
“Apaan sih..?”
“Ida sudah berusia 17 tahun belum..?”
“Emangnya kenapa kalau udah..?” kata Ida masih berdiri dengan canggung sambil terus menatapku dengan serius.
“Gini Da, aku khan lagi nyukur ini nih, aku minta tolong kamu bantuin aku. Soalnya di bagian ini susah nyukur sendiri…” kataku sambil kuulurkan pisau cukur padanya.
“Mas Adi, ih..!” tapi ia terima juga pisau cukurnya, sambil duduk di dekatku.
Aku angkat celana yg tadi hanya kututupkan di atas kemaluanku.
“Ida tutup dulu pintunya yach Mas..?”
Dia menutup pintu depan dan pintu kamar. Sebenarnya masih ada pintu belakang yg langsung menuju ke dapur rumah induk. Namun pada jam segini aku yakin bahwa tdk ada orang di dalam. Selesai Ida menutup pintu, dia agak kaget melihat kemaluanku terbuka, sambil menutup mulutnya ia meminta agar aku menutupnya.
“Tutup itunya dong..!” katanya dengan manja.
Aku katupkan kedua pahaku, batang kemaluanku aku selipkan di antaranya, sehingga tdk terlihat dari atas, sedangkan bulunya terlihat dengan jelas.
“Nah begini khan nggak terlihat…” kataku, dan Ida nampaknya setuju juga.
Ida ragu-ragu untuk melakukannya, namun segera aku yakinkan.
“Nggak apa-apa Da, kamu khan sudah 17 tahun, berarti sudah bukan anak-anak lagi, lagian khan cuman bulu, kamu juga punya khan, udah nggak apa-apa. Nanti kalau aku sakit, aku bilang deh..”
“Bukannya apa-apa, aku geli hi.. hi..” sambil cekikikan.
Dengan super hati-hati dia gerakkan juga pisau cukur mulai menghabisi bulu-bulu kemaluanku. Karena terlalu hati-hatinya maka ia harus melakukannya dengan berulang-ulang untuk satu bagian saja.

Sentuhan-sentuhan kecil tangannya di pahaku mulai mIdambulkan getaran yg tdk bisa kusembunyikan. Dan ini membuat kemaluanku semakin tegang, tdk hanya itu, hal ini juga menyebabkan siksaan tersendiri. Dengan posisi tegang dan tercepit di antara pahaku menjadikan kemaluanku semakin pegal. Sampai akhirnya tdk bisa kutahan, kukendorkan jepitan kedua pahaku, sehingga dengan cepat meluncurlah sebuah tongkat panjang dan keras mengacung ke atas menyentuh tangan Ida yg masih sibuk mempermainkan pisau cukurnya.
Begitu tersentuh tangannya oleh benda kenyal panas kemaluanku, dia kaget dan hampir berteriak.
“Oh, apa ini Mas..? Kok dilepas..?” katanya gugup ketika menyadari bahwa batang kemaluanku lepas dari jepitan dan mengarah ke atas.
“Iya Da. Habis nggak tahan. Nggak apa-apa deh, dihadapan cewek harus kelihatan lebih gagah gitu..”
“Mas Adi sengaja ya..?”
“Suer.., ini cuma normal.”
Ida masih memperhatikan kemaluanku yg sudah besar dan kencang dengan wajah yg sulit digambarkan. Antara takut dan ingin tahu. Lalu dia raih kain yg ada di dekatku untuk menutupinya.
“Kenapa ditutup Da..?”
“Aku takut, abis punya Mas Adi besar banget.”
“Emangnya Ida belum pernah melihat kemaluan laki-laki..?” tanya saya.
Ida diam saja, tapi digelengkan kepalanya dengan lemah.
“Ayo deh diteruskan,” bisikku.
Kali ini Ida menjadi super hati-hati mencukurnya. Mungkin takut tersentuh kemaluanku. Sedangkan aku sangat ingin tersentuh olehnya. Tapi aku khawatir dia semakin takut saja. Akhirnya kubiarkan saja dia menyelesaikan tugasnya dengan caranya sendiri.
Akhirnya harapanku sebagian terkabul juga. Ketika Ida mulai mencukur bulu bagian samping kemaluanku, mau tdk mau dia harus menyingkirkan kemaluanku.
“Maaf ya Mas..!” dengan tangan kirinya ia mendorong kemaluanku yg masih tertutup kain bagian atasnya ke arah kiri, sehingga bagian kanannya agak leluasa.
Untuk lebih membuka areal ini, aku rebahkan tubuhku dan kubentangkan sebelah kakiku.
Ida dengan sabar memainkan pisau cukurnya membersihkan bulu-bulu yg menempel disekitar kemaluanku, nafasnya mulai memburu, dan kutebak saja bahwa dia juga sedang horny.

Walaupun masih dengan ragu-ragu dia tetap memegang kemaluanku. Didorong ke kiri, ke kanan, ke atas dan ke bawah. Aku hanya merasakan kIdakmatan yg luar biasa. Tanpa kusadari kain penutup kepala kemaluanku sudah tersingkap, dan ini nampaknya dibiarkan saja oleh Ida, yg sekali-kali melirik juga ke arah kepala kemaluanku yg mulus dan besar itu.

Lama-kalamaan, Ida semakin terbiasa dengan benda menakjubkan itu. Dengan berani, akhirnya dia singkapkan kain yg menutup sebagian kemaluanku itu. Dengan terbuka begitu, maka dengan lebih leluasa dia dapat menyantap pemandangan yg jarang terjadi ini. Aku diam saja, karena aku sangat menyukainya serta bangga mendapat kesempatkan untuk mempertontonkan batang kemaluanku yg lumayan besar.
“Udah bersih Mas…”
Kulihat kamaluanku sudah pelontos, gundul. Wah, jelek juga tanpa bulu, pikirku.
“Di bawah bijinya udah belum Da..?” aku pura-pura tdk tahu bahwa di daerah itu jarang ada bulu.
Lalu dengan hati-hati ia sigkapkan kedua bijiku ke atas. Uh, rasanya enak sekali.
“Udah bersih juga Mas…” ia mengulanginya.
Katanya datar saja. Menandakan bahwa hatinya sedang ada kecamuk. Aku tarik lengannya, dan dengan sengaja kusenggol payudaranya, dan kukecup kIdangnya.
“Terima kasih ya Da..!”
Tanpa kusadari, sejak dia memberanikan diri mencukur bulu kemaluanku tadi, buah dadanya yg berukuran sedang terus menempel pada dengkulku. Begitu kukecup kIdangnya, dia diam saja, mematung sambil menundukkan mukanya. Lalu kuangkat dagunya dan kucium bibirnya, kupeluk sepuas-puasnya. Keremas paudaranya dan nafasnya makin memburu.

Aku raih kemaluannya tapi dia diam saja, kuselipnkan satu jarinya dari sela-sela celana dalamnya. Wah, ternyata sudah basah bukan main. Namun Ida segera terkejut, dan melepaskan diri dariku. Disun pipiku, dan dia segera lari ke rumah induk lewat pintu belakang.
Aku benar-benar puas, kupandangi tampang kemaluan gundulku yg masih tegak.
“Suatu saat nanti engkau akan mendapat bagiannya…” kataku dalam hati.

Sejak peristiwa itu, kami memang tdk pernah bertemu dua mata dalam suasana yg sepi. Selalu saja ada orang lain yg hilir mudik di kamarku. Sampai akhirnya liburan datang dan kami semua masing-masing pulang kampung untuk beberapa waktu. Liburan sekolah sudah selesai, Ida sudah datang lagi setelah berlibur ke rumah orang tuanya di Tabanan, Bali. Begitu juga aku yg datang sebelum masa kuliahku dimulai.
Waktu itu hujan deras. Ida masih berada di kamarku (suasananya sepi karena tdk ada orang sama sekali, termasuk di rumah induk) untuk minta bimbingan atas pelajarannya. Begitu selesai, Ida menyandarkan tubuhnya ke dadaku sambil berkata.
“Mas, itunya sudah tumbuh lagi belum..? Hi… hi…” sambilnya ketawa cekikikan.
“Oh, itu..? Lihat aja sendiri.” sambil kupelorotkan celana pendekku sampai lepas, dan kemaluanku yg masih lunglai menggantung.
“Mas Adi ih, ngawur…” katanya.
Tapi walaupun demikian, ia santap juga pemandangan itu sambil menyibakkan sebagian T-Shirt-ku yg menutupi daerah itu. Bulu-bulu yg sudah rapih memenuhi lagi sekitar kemaluanku, segera terlihat dengan jelas.
“Nah, begitu khan lebih oke…” katanya.
“Aku kapok Da, nggak mau nyukur plontos lagi.”
“Kenapa Mas..?”
“Waktu mau numbuh. Bulunya tajam-tajam dan itu menusuk batangku.”
“Habis Mas Adi sukanya macem-macem sih..!” sambil terus memandang kemaluanku yg masih tergantung lunglai,
“Mas, kok itunya lemes sih..?”
“Iya Da, sebentar juga gede, asal diusap-usap biar seneng.”
“Ah Mas Adi sih senengnya enak terus.”
Walaupun berkata seperti itu, mau juga Ida mulai memegang kemaluanku dan digerak-gerakkan ke kanan dan ke kiri. Membuat batang kemaluanku semakin besar, keras dan mengacung ke atas. Ida makin menyandarkan kepalanya ke dadaku. Dan langsung saja saya peluk dia, sedemikian rupa hingga payudaranya tesentuh tangan kiriku. Rupanya Ida tdk pakai BH, sehingga kekenyalan payudaranya langsung terasa olehku. Kupermainkan payudaranya, aku pencet, menjadikan Ida terdiam seribu bahasa tetapi nafasnya semakin cepat.

Demikian pula Ida dengan hati-hati memainkan kemaluanku, masih terus dibolak-balik, ke kanan dan ke kiri.
Aku cium bibir Ida, dan dia menanggapinya dengan tdk kalah agresifnya. Barangkali inilah suatu yg ditungu-tunggu. Aku lepas blouse-nya, dan payudaranya yg masih kencang dan mulus dengan putingnya yg kecil berwarna coklat muda segera terpampang dengan jelas. Karena tdk tahan, aku langsung menciuminya. Hal ini menjadikan Ida semakin menggeliatkan tubuhnya, tandanya dia merasa nikmat. Aku ikuti dia ketika dia mambaringkan tubuhnya di tempat tidur. Aku hisap-hisap putting payudaranya, sementara rok dan celananya kupelorotkan. Ida setuju saja, hal ini ditunjukkan dengan diangkatnya pantat untuk memudahkanku melepaskan pakaian yg tersisa.

Begitu pakaian bagian bawah terlepas, segera tersembul bukit mungil di antara selangkangannya, rambutnya masih jarang, nyaris tdk kelihatan. Sekilas hanya terlihat lipatan kecil di bagian bawahnya. Pemandangan ini sungguh membuat nafsuku semakin memuncak. Begitu kuraba bagian itu, terasa lembut. Makin dalam lagi barulah terasa bahwa dia sudah banyak berair. Ida masih merem-melek, tangannya tdk mau lepas dari kemaluanku. Begitu pula ketika kulepas pakaianku. Tangan Ida tdk mau lepas dari alat vitalku yg semakin keras saja.

Begitu aku sudah dalam keadaan bugil, aku kembali mempermainkan kemaluannya, ketika jari tengahku mau memasuki memeknya yg sudah banjir itu. Pinggulnya digoygkannya tanda mengelak, aku hampir putus asa.
Tetapi kudengar suara manjanya,
“Jangan pakai tangan Mas. Pakai itu saja.” sambil menarik-narik alat vitalku ke arah memeknya.
Aku segera mengambil posisi. Tangan lembutnya membimbingnya untuk memasuki arah yg tepat. Kugosok-gosokkan sebentar di bibir memeknya yg berlendir itu. Rasanya nikmat sekali. Setelah kurasa tepat berada di ambang lubangnya, aku dorong sedikit, agar bisa memasukinya. Tapi nampaknya tdk mau masuk. Aku coba sekali lagi, tdk mau masuk juga.
“Kamu masih perawan Da..?” akhirnya aku tanya dia.
Diantara jelita dan wajahnya yg sudah seperti tdk sadar itu, aku lihat kepalanya menggeleng dan itu adalah suatu jawaban.
Usaha menembus lubang kenikmatan itu aku tunda dulu. Operasiku berpindah dengan memagut-magut seluruh tubuhnya. Ida semakin terengah-engah menerima perlakuanku. Erangan-erangan yg terkesan liar semakin membuatku bernafsu.

Aku kecup putingnya, perutnya, dan pahanya. Ketika aku mengecup pahanya, sepintas aku lihat memeknya menganga, semburat warna merah tua yg licin sungguh menarik perhatianku. Jilatanku makin dekat ke arah memeknya. Begitu lidahku menyentuh bibir kemaluannya, Ida berteriak kelojotan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku semakin bersemangat menjilatinya. Setelah kurasa jenuh, dan kehabisan variasi menjilati memeknya. Kembali kuarahkan kemaluanku ke arah barang yg paling dilindungi wanita ini. Kembali tangan Ida membimbing kemaluanku. Setelah tepat di depan gerbang kIdakmatan, aku dorong sedikit.
“Bless…”

Kepala kemaluanku bisa masuk sedikit, Ida meringis, tapi terus menekan bokongku. Maksudnya, jelas agar aku masuk lebih banyak lagi. Aku dorong lagi, tetapi lubangya terlalu sempit. Walaupun hanya kepala saja yg masuk, tetapi aku berusaha memaju-mundurkan, agar gesekan yg nekmat itu terasa. Setelah beberapa kali aku memaju-mundurkan, sekali lagi aku dorong lebih dalam lagi. Berhasil..! Kini kemaluanku sudah sepertiga berada di dalamnya. Aku berusaha sabar, aku gerakkan maju mundur lagi.

Setelah beberapa kali, aku mendorong lagi. Begitulah kulakukan berulang-ulang sampai semua kemaluanku tertelan dalam remasan memeknya. Kudiamkan untuk sesaat di dalam, kurasakan denyutan-denyutan yg sangat nikmat yg membuat seluruh tubuhku mengejang. Kugerakkan lagi bokongku dengan arah maju-mundur. Tanpa kusangka, Ida menjerit sambil mengejang.
“Terus Mas… terus Mas… aku sampaaiii… ouh… ouh…” jeritan itu lumayan keras.

Aku segera tutup mulutnya dengan bibirku. Bersamaan dengan itu, kemaluanku terasa diremas-remas. Ujung kemaluanku seakan menyentuh dinding yg membuatku merasa geli bukan main. Akhirnya aku tdk tahan juga untuk mengeluarkan spermaku ke dalam liang kewanitaannya. Beberapa semprotan agaknya semakin menjadikan Ida semakin liar dan semakin meregangkan tubuhnya.
Kami orgasme bersama-sama, dan itu sangat meletihkan. Dan aku tdk ingin cepat-cepat melupakan fantasi yg hebat itu. Kami tertidur untuk beberapa waktu.
Begitu aku bangun, rupanya Ida sudah tdk ada. Yg ada hanyalah secarik kertas menutupi kemaluanku dengan tulisan,
“YOU ARE THE GREAT”.
Sejak saat itu, kami selalu melakukannya secara rutin dua minggu sekali, paling lama sebulan sekali. Namun tdk melakukan di rumah tetapi kubawa ke hotel di luar kota secara berganti-ganti yg kemungkinan kecil untuk diketahui oleh orang yg kami kenal. Sampai akhirnya, kami berpisah. Aku lulus dan diterima kerja di luar kota.

Cerita Dewasa Karena Minta Cukur

Posting Cerita Dewasa Karena Minta Cukur ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.


Cerita Dewasa Pengalaman Pahit

$
0
0

Cerita Dewasa – Keluarga merupakan hal terpenting dalam kehidupan, selalu ada masalah yang dihadapi, namun pasti akan selalu ada Jalan keluarnya. Sandra dan Husni yang sudah menikah selama 2 tahun itu kini baru saja diberkahi seorang bayi. Sandra sangat gembira, diusianya yang ke 28, kini ia sudah mempunyai anak.

Husni Yang usianya lebih tua 2 tahun dari istrinya itu sebagai kepala keluarga harus bekerja lebih keras, untuk menghidupi keluarganya, juga membahagiakan istrinya yang cantik nan mempesona, dan anaknya yang penuh harapan. Husni kini bekerja diperusahaan ternama, dari pagi hari hingga sore.
“Pa, kerja dari pagi sampai sore apa gak capek?”,
“Ini kan buat kamu dan sikecil, Hari minggu kan libur, Kamu tenang aja sayang”,
“Kamu memang terbaik Pa, terima kasih” Sandra kini sudah percaya kerja keras suaminya pasti akan mampu menghidupi dirinya dan juga bayinya.
Cerita Sex Selingkuh | Suatu pagi yang Cerah, Sandra dan Husni sedang ada diruang makan,
“Enak ya masakan mama hari ini”,
“Masak pa? hehe”,
“Iyaaa, sikecil kita masih tidur ya ma?”,
“Iya tuh dikamarnya”. Sedang asyik makan bersama, tiba tiba ada suara bel berbunyi,
“Ma, ada tamu” Sandra lalu pergi dan membuka pintu depan rumahnya. Ternyata itu adalah tetangganya, si Kirman,
“Pagi mbak Sandra”,Pak Kirman memang lebih tua dari Sandra dan Husni, ia memanggil pasangan itu dengan mas dan mbak agar lebih akrab.
“Pagi pak Kirman, ada apa ya?” Kirman masih sibuk melihat tubuh Sandra yang hanya ditutupi Daster saja itu,
“Eh, anu mbak, mau pinjam Setrika, dirumah Setrikanya rusak”,
“Oh, sebentar pak ya, silahkan masuk” Kirman dipersilahkan masuk, dan Sandra pergi kedalam.
“Siapa ma?”,
“Pak Kirman pinjam Setrika” Tampak Husni sudah menenteng tasnya untuk segera berangkat kerja.
“Ya sudah ma, saya berangkat dulu yaa” Sandra Mencium suaminya itu,
“Iya pa, hati hati” Sandra segera mengambil Sentrika, dan Husni segera kedepan.
“Mas Husni, wah, berangkat kerja ya?”,
“Iya pak, hehe”, “Rapi sekali mas, pulang jam brapa biasanya?”,
“Iya pak, pulang sore biasanya, permisi pak ya”,
“Iya mas, hati hati” Segera Husni meninggalkan rumahnya.
Sandra sudah membawa Setrika dan memberikannnya pada pak Kirman.
“Ini pak”, Kirman membiarkan beberapa detik Sandra menunduk mengarahkan Setrika padanya, karena pria 40 tahun itu melihat buah dada Ibu muda itu bergelantungan, terlihat dari lubang Dasternya.
“eeh, iya mbak, terima kasih” Kirman segera berdiri sambil sempat kelagepan.
“Iya pak, itu nanti siang saya mau pakai setrikanya tapi”,
“Ooh, ya nanti saya kembalikan segera kok mbak, permisi..”,
“Iya pak…” Kirman meninggalkan rumah Sandra dengan wajah datar, dimana dipikirannya masih diisi buah dada montok milik tetangganya itu.
Siang Harinya, Kirman yang biasa bekerja serabutan itu sudah kembali dari tempat kerjanya, ia ingin kembali kerumah Sandra, untuk mengunjungi tetangganya yang baru memomong anak itu.
“Udah belum setrikanya?”,
“Sabar pak, dikit lagi”,
“Lama ah, ditunggu mbak Sandra, katanya mau dipakai” Istri pak Kirman mungkin tidak mencurigai suaminya.

Beberapa menit kemudian Istri pak Kirman sudah selesai, dan Setrika itu segera diambil pak Kirman dan dibawa kerumah Sandra. Setiba dirumah Sandra, setelah memencet bel, ibu muda itu sudah muncul dan kembali Kirman harus terperanga melihat kearah dada Sandra.
“Eh, ini mbak Setrikanya, sudah selesai”,
“Wah, pas banget pak Kirman, saya mau nyetrika”,
“Iya, terima kasih mbak” belum setrika itu berpindah tangan, tiba tiba terdengar tangisan bayi didalam rumah Sandra. “Aduh, napa sayang?” Sandra sudah berjalan kedalam, tanpa sempat berkata pada Pak Kirman.
Pak Kirman kemudian masuk dan menutup pintu, lalu menyusul Sandra kedalam.
Baca juga cerita sex lainya di www.orisex.com
Pak Kirman Hampir menjatuhkan Setrika ditangannya, saat melihat Buah dada Kanan Sandra yang montok itu dikeluarkan dari kaos dan terlihat jelas Sandra memangku bayinya yang menghisap puting kanan ibu muda itu. Pria itu tenggorokannya tiba tiba terasa kering,
“m…mbak Sandra, setrikanya saya taruh sini yaa…”, Pak Kirman menaruh Setrika itu didekat Sandra.
“Iya pak, maaf ya, tiba tiba si kecil minta nyusu”,
“gak papa mbak, namanya juga bayi, pasti…. minta nyusu terus”, Kirman berbicara, namun matanya tetap melihat kearah buah dada menggiurkan milik Sandra.
“Iya pak, biar cepat besar, hehe”,
“B..besar mbak?”,
“Iya, kan kalau minum susuku terus nanti dia akan tumbuh besar dengan baik” Kirman malah memikirkan buah dada yang berisi itu akan lebih besar dan menampung susu lebih banyak.
“Oooh, hehe, mm…mbak Sandra, saya tinggal dulu..” Kirman benar benar memaksakan dirinya untuk pergi, dalam hatinya sangat ingin dirumah itu saja, sambil ikut menghisap air susu Ibu muda itu.
“iya pak..” Kirman meninggalkan Sandra, dan keluar dari rumah itu.
Dalam Fikiran Kirman, ia berencana datang sering sering kerumah tetangganya itu, untuk bersilahturahmi, kalau bisa ikut andil menikmati air susu ibu muda itu.

Beberapa hari selanjutnya, sekali dua kali dalam seminggu pasti Kirman datang kerumah Sandra untuk bercakap cakap atau bersilahturahmi, juga untuk memandangi Sandra dan tidak lupa buah dada montoknya itu. Beberapa kali Pak Kirman bisa menyaksikan buah dada montok milik Sandra, namun tak berani mengambil kesempatan. Lekuk tubuh indah ibu muda itu sering ia perhatikan, diruang tamu, dikamar, bahkan didapur, pernah ia melihat Sandra begitu indahnya menggunakan pakaian serba kuning sambil memasak, Kirman sudah hampir memuncak hasrat seksnya.
Suatu hari, Pak Kirman sudah pergi kerumah Sandra pagi pagi sekali, segera ia mengetuk pintu rumah itu. Kembali ia disambut tetangga kesayangannya itu.
“Pagi pak Kirman”,
“Pagi mbak, misi mbak Sandra, kalau saya ijin kekamar mandi boleh? dirumah istri saya lagi cuci baju, gak bisa diganggu gugat, padahal saya udah kebelet”,
“Kasian pak Kirman, silahkan pak” Kirman lalu masuk kedalam, dan menuju kamar mandi dirumah itu.
“Pak Kirman, tumben”,
“Eh mas Husni, misi mas, numpang kekamar mandi”,
“ooh, iya pak” Segera Kirman pergi kekamar mandi, lalu buang air kecil saja.
Setelah itu ia keluar dan melihat didapur tampak Husni sedang makan, dan Sandra sedang Memasak. Husni duduk dikursi yang menghadap ketempat masak dan tempat mencuci piring, meski ditutupi tembok setinggi perut. Husni melihat pak Kirman dan mengajaknya makan,
“Pak Kirman, mari pak ikut makan sama saya”,
“Wah, ndak usah pak” tak sesuai ucapannya, kirman malah mendekat ke Husni.
“Loh gak papa pak, silahkan” Kirman masih berdiri, sambil sekali melirik kearah Sandra yang sedang memasak, meski terlihat tubuh bagian atasnya saja.
Kirman lalu duduk disebelah Husni,
“Saya duduk aja pak, nemenin pak Husni bentar, hehe, Pak Husni lahap sekali makannya?”,
“Iya, masakan Istri saya enak banget loh pak”,
“Wah, benar itu mbak Sandra?”,
“Papa, Jangan gitu, istrinya pak Kirman kan lebih handal masaknya, gak kok pak Kirman, masakan saya biasa aja, hehe” Kirman senang pagi itu ia melihat senyum diwajah cantik ibu muda itu saat menoleh kearahnya.

Husni sudah selesai makan, ia segera berdiri, dan pergi kekamar mandi sebentar. Tiba tiba Sandra menyadari Kompornya tiba tiba mati, ternyata gasnya habis.
“Pa, gasnya habis, tolong gantiin dong” Memang dirumah itu sudah ada cadangan tabung gas lain.
“Lagi di kamar mandi ma!!!, pak Kirman mungkin bisa bantu” Tanpa disuruh pak Kirman berdiri dari kursi dan mendekati Sandra.
Kirman kembali terpesona, melihat Sandra sedang jongkok dan mengecek tabung gas. Pria 40 tahun itu melihat paha mulus ibu muda itu, dasternya tersingkap karena Sandra sedang jongkok.
“Sini mbak, biar saya pasangin” Kirman mendekati Sandra, lalu mengganti tabung gas yang terpasang itu dengan tabung gas lain disebelahnya.
Kirman melihat Sandra lagi lagi menunduk, dan melihat kearahnya, sekali lirik, ia bisa kembali melihat buah dada indah dan berisi milik Ibu muda itu dalam dasternya.
“Gimana pak?”,
“Eh, ini, tinggal dikit kok mbak” Kirman memilih memperlambat kerjanya memasang tabung gas itu.
Husni sudah keluar dari kamar mandi, namun ia langsung mengambil tas dan segera berangkat.
“ma, saya tinggal ya, pak Kirman makasih udah bantuin”,
“Iya pak, dengan senang hati” Husni tanpa lama segera meninggalkan rumah.
Kirman jadi berfikir tidak tidak, ia kemudian menemukan ide nakal. Setelah selesai memasang tabung gas baru, Kirman langsung menoleh kearah Sandra yang ada disebelahnya, namun ia menggerakkan kepalanya dengan sengaja kearah tubuh ibu muda itu. Seketika saat itu Kirman mendapati kepalanya menubruk buah dada kenyal milik Sandra, meski masih dibatasi oleh baju daster.
“Eeh, aduh” Sandra sempat kaget, namun Kirman bukan kaget, malah mendiamkan kepalanya agar tetap menyentuh benda kenyal didada Sandra itu.
Sandra lalu berdiri,
“Eh, maaf pak”,
“g…gak papa mbak, salah saya juga, noleh gak liat, jadi nabrak deh”,
“Gak kok pak, pak Kirman gak salah”,
“Salah saya mbak, kan memang buah dadanya mbak Sandra besar, jadi nabrak, Itu sudah mbak”, Sandra lalu mencoba menyalakan kompornya, dan ternyata sudah bisa.
“Oke pak, terima kasih ya..” Kirman sangat senang, Sandra tidak memarahinya.
“Yang kosong ini ditaruh mana mbak?”,
“Taruh sana aja pak” Sandra mengarahkan telunjuknya kesebelah kanannya.

Segera kirman memindah Tabung gas kosong kesana. Pria 40 tahun itu melihat Sandra sedang sibuk memasak, kirman kembali berulah, tanpa bersuara ia menunduk, dan memasukkan kepalanya diantara kedua kaki Sandra, tentu ia langsung menengok isi daster itu, dan tampak jelas celana dalam si ibu muda itu, Kirman melihat ada tonjolan tepat di antara selangkangan Sandra, juga tampak garis lurus ditengah, Kirman langsung terangsang, penis pria 40 tahun itu sudah tegak dicelana.
Sebelum ketahuan, Kirman pelan pelan berpindah, lalu berdiri.
“Sudah mbak”,
“Terima kasih ya pak” Sedang sibuk masak, TIba tiba bayinya terbangun, dan menangis lagi.
Kirman yang tepat berdiri dibelakang Sandra itu jadi kembali senang, karena Sandra yang sudah mematikan kompor itu berbalik dan buah dadanya montok itu menyentuh pria 40 tahun itu, juga Sandra merasa ada sesuatu sempat menyentuh perutnya.
“Eh, maaf pak, misi” Sandra segera meninggalkan Kirman yang masih berdiri itu dan menuju kamar.
Kirman pergi kedepan, lalu mengunci pintu rumah Sandra, kemudian Pria mesum itu menyusul Sandra kekamarnya. Lagi lagi ia melihat Sandra sedang menyusui bayinya, kini buah dada kiri si ibu muda cantik itu sedang dihisap oleh anaknya.
“Pak Kirman, ada apa?” Sandra masih biasa saja, namun terilhat kirman sudah kehilangan kendali.
Pria 40 tahun itu sudah ingin ikut melumat buah dada Montok itu. Kirman lalu mendekati Sandra, dan tanpa ragu mengeluarkan buah dada Kanan milik Sandra dari dasternya.
“Loh, pak Kirman, aduh!” Kirman yang sudah diluar kendali itu meremas dengan hebat buah dada besar berisi itu, membuat Sandra shock, Tangan kanan Sandra menopang anaknya, dan tangan kirinya ditangkap oleh Kirman.
“Saya ikut nyusu dong mbak Sandra, kan tadi udah bantuin, hehe…mm” Puting kanan Sandra segera dilahap mulut Kirman itu, dijilat dan disedot sedot, membuat Sandra makin bingung.
“pak, jangan, itu kan…aaahn” Kirman Meremas dan menarik buah dada kanan milik Sandra itu, puting ibu muda itu dihisap dengan hebat, segera saja air susu mengalir masuk kemulut Pak Kirman.
“mmm…Slruuup…slruup..mmm” Sandra Benar benar bingung, Kini ia menyadari bayinya itu sudah kalah dengan pak Kirman, karena daya hisap mulutnya berbeda.
“P..pak, nanti pak Kirman bisa di…”,
“ndak kok mbak, istri saya mana tahu, saya rahasiakan, suami mbak Sandra juga gak bakal tahu…slruup…slruup…mmm…aaah…slruup”, “Tapi pak, aduh”,
“Pasti suami mbak Sandra gak pernah kayak gini kan? makanya saya bantu mbak Sandra…slruupp…slruup…mm…slruup..”.
Sandra mulai lemas, karena tetangganya itu ternyata sangat buas, Buah dadanya terus diremas remas, Kirman terus meminum susu ibu muda itu sampai puas. Tampak Anaknya sandra sudah selesai minum susu, dan tertidur lagi. Kirman menghentikan aksi minumnya, ia mengangkat bayi itu lalu ditidurkan dikasur bayi didekat kasur dikamar itu. Sandra tampak Berdiri sambil berusaha memasukkan buah dadanya kedalam daster.
Kirman berlari dan menangkap kedua tangan Sandra dari belakang.
“Hayoo, mau ngapain?”,
“Aduh, lepasin pak, saya mau berpakaian!”,
“Gak usah, lepas semua aja mbak!” Kirman menarik Daster itu kebawah, sampai lepas dan kini Sandra hanya memakai celana dalam saja.
Ibu muda itu lalu menutup buah dadanya dengan tangannya.
“Kyaaammf!” Sebelum selesai berteriak mulut Sandra ditutup oleh tangan Kirman itu, lalu si cantik itu dirobohkan kekasur.
Kirman kemudian menahan tangan Sandra itu dengan kuat, sehingga Ibu muda itu tak bisa berdiri.
“Pak Kirman! lepasin, kan pak Kirman…mmf!” Kirman langsung melahap mulut Sandra yang cantik itu, Pria 40 tahun itu membungkam ibu muda itu dengan cumbuan hebat, serta lidah tetangga bejat itu sudah berputar dan beraksi dimulut Sandra.
Sandra bingung untuk bernafas, karena Kirman menyedot terus isi mulutnya itu, sambil terus menahan tangannya.
“slruup..mm..slruup..mmmf…” Tak lama, Sandra makin lemas tubuhnya, ia tak kuasa menahan kebejatan tetangganya itu.
Kirman melepaskan tangan lemas milik Sandra, dan tangan tangan nakalnya malah meremas buah dada montok milik ibu muda itu. Karena tadi baru saja menyusui, karena remasan gila Pria 40 tahun itu, Buah dada itu menyemburkan air susu yang keluar dari puting indah milik Sandra.Kirman berhenti mencium Sandra, lalu langsung melahap puting kiri milik ibu muda itu.
“Aaahn…pak Kirman…auuuh”,
“Slruuup…mmmf…aaah…slruup..cup…slruup” Dengan hebat Kirman menghisap puting kiri Sandra, sambil tangan kanannya meremas buah dada kanan milik Sandra.
Kirman kemudian memasukkan dua jari kirinya kedalam mulut Sandra itu, lalu diputar putar sambil digerakkan maju mundur. Sandra jadi tak mampu berteriak, ia mulai terangsang juga.
“Slruup…slruup…aaah..slruup…mmf…ooh segarnya” Kirman benar benar puas menikmati air susu ibu muda itu. Kirman lalu berdiri dan melepas pakaiannya.
Sandra sempat bergerak berusaha meninggalkan Kirman, namun karena cepatnya pria 40 tahun itu sudah telanjang, segera ibu muda itu kembali ditahan. Sandra sempat melihat penis tetangganya itu begitu besar sudah tegak tanpa ditutupi apapaun. Kini Sandra tubuhnya diputar, Kirman memegang leher ibu muda itu, dan ditahan kekasur.
“Aaah, pak Kirman, jangan…aaduh” tangan kiri Kirman tidak diam saja, tangan kirinya menarik celana dalam Sandra, dan setelah terlepas, terlihatlah lubang basah ditengah selangkangan ibu muda itu.
“Naaah, ini dia”,
“pak Kirman, jangan, nanti Istrinya pak Kirman bisa marah kalau tau…”,
“Sudah, kalau kamu kasih tau istri saya, bakal saya katakan kalau kamu yang minta, biar suami kamu kecewa!”,
“Tapi pak, Aaahn!” Sandra merasakan ada sesuatu masuk kelubang vaginanya, ternyata jari kiri Kirman sudah masuk kedalamnya dan bergerak gerak dengan nakal.
Kirman tak mau menunggu lama, ia mencabut jari tangan kirinya dari lubang itu, dan langsung memasukkan penisnya kelubang vagina tetangganya itu.
“Aah, jangan pak, jangan dimasukan, aduuh, aaah” Tangan Sandra tak sampai untuk menggapai penis Kirman itu, karena kepalanya terus ditahan dikasur.
Pak Kirman segera menenggelamkan penisnya dilubang vagina Sandra, Blees, Penis besarnya mengisi penuh memek basah itu.
“Hnnggh! Oooh! Aaahn!”,
“Uuuh, masih Enak, udah lama gak ngeseks, Pasti mbak Sandra juga jarang ngeseks, karena Mas Husni kerja terus, nih aku gantikan dia, haha” Sandra melotot sambil merasakan lubang vaginanya terisi penuh dan terus berdenyut dengan hebat.
Ibu muda itu makin tak kuasa menahan rasa yang dibuat oleh penis besar milik tetangganya itu, saat penis Pak Kirman itu mulai bergerak maju mundur.
“Oh oh, hngf…keluarin pak…aahn…sakit pak..oooh”,
“Sakit? enak kok sakit? haha” Kini kirman dengan senang menggerakkan penisnya maju mundur menghantam lubang vagina milik tetangganya itu.
“henngn…ooh ooh ooh…aaahn, stop pak, auuuh” plop plop plop plop, penis pria 40 tahun itu malah makin cepat keluar masuk meski Sandra terus menolak, suara tabrakan diselangkangan Sandra membuat suasana Kamar makin panas.

Sandra yang terus disetubuhi itu mulai bingung, ia merasa tubuhnya itu begitu ringan digrayangi dan diperkosa oleh Pak Kirman. Ibu muda itu sudah lama tidak bersetubuh sejak sebelum ia hamil. Pak Kirman melepas tangannya yang menahan leher Sandra itu. Sandra berusaha berdiri, namun ia tak kuat. Buah dadanya terus bergoyang karena tubuhnya terus ditabrak oleh pak Kirman. Penis pria 40 tahun itu tak mau keluar dari lubang vagina ibu muda itu, Kirman senang ia kini bisa menikmati tubuh indah milik tetangganya itu.
“oooh, nikmatnya..oooh, Mbak Sandra pasti puas”,
“hnghnghngnf..ohohoh,ssh…pak Kirman…ahhhn” Kirman kemudian memilih memegang kedua buah dada kenyal milik Sandra, lalu ditarik kebawah.
Sandra mau tak mau harus menunduk lagi, sambil melihat kearah selangkangannya, ibu muda itu melihat penis pak Kirman tak henti menolah memeknya itu, dan buah dadanya itu menetes kan air susu karena diremas kebawah seperti diperah layaknya sapi. Sandra kini memilih pasrah, ia kini diperkosa tetangganya yang bejat, Dikamarnya sendiri ia kini disodok dan diisi penuh vaginanya dengan penis besar pak Kirman, buah dadanya juga diremas terus juga diperas terus.

Beberapa puluh menit disetubuhi, Pak Kirman sudah puas. ia merobohkan tubuh Sandra dikasur, lalu pria 40 tahun itu pergi keluar dan berlari kekamar mandi. Croot crooot croot, pria 40 tahun itu membuang spermanya dikamar mandi, setelah disiram, kamar mandi itu sudah seperti dibersihkan saja. Kirman lalu kembali kekamar, dan memakai pakaian. Ia melihat si ibu muda itu sedang kelelahan, sambil tubuhnya menggelinjang.
Setelah selesai berpakaian, beberapa menit kemudian Sandra sudah tenang.
“Maaf mbak Sandra, saya sudah gak tahan tadi, benar benar ingin menikmati tubuh mbak Sandra”,
“Pak Kirman ini gimana? nanti kalau suami saya tau gimana?”,
“Kalau kamu kasih tau suami kamu, saya bilang saja kamu yang minta, karena kamu sudah lama gak bersetubuh” Sandra sepertinya percaya ucapan Kirman itu.
“Tapi pak, tolong jangan bilang siapa siapa juga”,
“Tenang saja mbak, rahasia kita berdua, saya tinggal dulu mbak, segera berpakaian lagi saja, nanti ketahuan suamimu bisa bahaya.
Kirman meninggalkan Sandra yang lemas dikasur itu. Pria 40 tahun itu segera keluar, dan pergi ketempat kerja serabutannya. Sandra yang masih lemas tadi mulai berpakaian, meski ia sempat menyesal, namun ia tak bisa menghindar kenyataan yang sudah berlalu itu.

Beberapa hari selanjutnya, Pak Kirman tampak dicurigai istrinya, pria itu jadi tidak berani mendekati rumah Sandra. Meski tidak ketahuan menyetubuhi istri tetangganya, Pak Kirman tak mau ambil resiko. Sandra juga tetap merahasiakan pengalaman pahitnya. Ia tetap hidup seperti biasa dengan Husni dan anaknya, meski ia sempat merindukan saat ia bisa bercinta dengan suaminya. Husni tidak pernah bersetubuh dengan Sandra karena kesibukannya, Sandra baru sekali bersetubuh dengan Pak Kirman saja setelah memiliki anak.

Cerita Dewasa Pengalaman Pahit

Posting Cerita Dewasa Pengalaman Pahit ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Cerita Dewasa Ibu Guru Berjilbab

$
0
0

Cerita Dewasa – Keluarga merupakan hal terpenting dalam kehidupan, selalu ada masalah yang dihadapi, namun pasti akan selalu ada Jalan keluarnya. Sandra dan Husni yang sudah menikah selama 2 tahun itu kini baru saja diberkahi seorang bayi. Sandra sangat gembira, diusianya yang ke 28, kini ia sudah mempunyai anak.

Husni Yang usianya lebih tua 2 tahun dari istrinya itu sebagai kepala keluarga harus bekerja lebih keras, untuk menghidupi keluarganya, juga membahagiakan istrinya yang cantik nan mempesona, dan anaknya yang penuh harapan. Husni kini bekerja diperusahaan ternama, dari pagi hari hingga sore.
“Pa, kerja dari pagi sampai sore apa gak capek?”,
“Ini kan buat kamu dan sikecil, Hari minggu kan libur, Kamu tenang aja sayang”,
“Kamu memang terbaik Pa, terima kasih” Sandra kini sudah percaya kerja keras suaminya pasti akan mampu menghidupi dirinya dan juga bayinya.
Cerita Sex Selingkuh | Suatu pagi yang Cerah, Sandra dan Husni sedang ada diruang makan,
“Enak ya masakan mama hari ini”,
“Masak pa? hehe”,
“Iyaaa, sikecil kita masih tidur ya ma?”,
“Iya tuh dikamarnya”. Sedang asyik makan bersama, tiba tiba ada suara bel berbunyi,
“Ma, ada tamu” Sandra lalu pergi dan membuka pintu depan rumahnya. Ternyata itu adalah tetangganya, si Kirman,
“Pagi mbak Sandra”,Pak Kirman memang lebih tua dari Sandra dan Husni, ia memanggil pasangan itu dengan mas dan mbak agar lebih akrab.
“Pagi pak Kirman, ada apa ya?” Kirman masih sibuk melihat tubuh Sandra yang hanya ditutupi Daster saja itu,
“Eh, anu mbak, mau pinjam Setrika, dirumah Setrikanya rusak”,
“Oh, sebentar pak ya, silahkan masuk” Kirman dipersilahkan masuk, dan Sandra pergi kedalam.
“Siapa ma?”,
“Pak Kirman pinjam Setrika” Tampak Husni sudah menenteng tasnya untuk segera berangkat kerja.
“Ya sudah ma, saya berangkat dulu yaa” Sandra Mencium suaminya itu,
“Iya pa, hati hati” Sandra segera mengambil Sentrika, dan Husni segera kedepan.
“Mas Husni, wah, berangkat kerja ya?”,
“Iya pak, hehe”, “Rapi sekali mas, pulang jam brapa biasanya?”,
“Iya pak, pulang sore biasanya, permisi pak ya”,
“Iya mas, hati hati” Segera Husni meninggalkan rumahnya.
Sandra sudah membawa Setrika dan memberikannnya pada pak Kirman.
“Ini pak”, Kirman membiarkan beberapa detik Sandra menunduk mengarahkan Setrika padanya, karena pria 40 tahun itu melihat buah dada Ibu muda itu bergelantungan, terlihat dari lubang Dasternya.
“eeh, iya mbak, terima kasih” Kirman segera berdiri sambil sempat kelagepan.
“Iya pak, itu nanti siang saya mau pakai setrikanya tapi”,
“Ooh, ya nanti saya kembalikan segera kok mbak, permisi..”,
“Iya pak…” Kirman meninggalkan rumah Sandra dengan wajah datar, dimana dipikirannya masih diisi buah dada montok milik tetangganya itu.
Siang Harinya, Kirman yang biasa bekerja serabutan itu sudah kembali dari tempat kerjanya, ia ingin kembali kerumah Sandra, untuk mengunjungi tetangganya yang baru memomong anak itu.
“Udah belum setrikanya?”,
“Sabar pak, dikit lagi”,
“Lama ah, ditunggu mbak Sandra, katanya mau dipakai” Istri pak Kirman mungkin tidak mencurigai suaminya.
Beberapa menit kemudian Istri pak Kirman sudah selesai, dan Setrika itu segera diambil pak Kirman dan dibawa kerumah Sandra. Setiba dirumah Sandra, setelah memencet bel, ibu muda itu sudah muncul dan kembali Kirman harus terperanga melihat kearah dada Sandra.
“Eh, ini mbak Setrikanya, sudah selesai”,
“Wah, pas banget pak Kirman, saya mau nyetrika”,
“Iya, terima kasih mbak” belum setrika itu berpindah tangan, tiba tiba terdengar tangisan bayi didalam rumah Sandra. “Aduh, napa sayang?” Sandra sudah berjalan kedalam, tanpa sempat berkata pada Pak Kirman.
Pak Kirman kemudian masuk dan menutup pintu, lalu menyusul Sandra kedalam.
Baca juga cerita sex lainya di www.orisex.com
Pak Kirman Hampir menjatuhkan Setrika ditangannya, saat melihat Buah dada Kanan Sandra yang montok itu dikeluarkan dari kaos dan terlihat jelas Sandra memangku bayinya yang menghisap puting kanan ibu muda itu. Pria itu tenggorokannya tiba tiba terasa kering,
“m…mbak Sandra, setrikanya saya taruh sini yaa…”, Pak Kirman menaruh Setrika itu didekat Sandra.
“Iya pak, maaf ya, tiba tiba si kecil minta nyusu”,
“gak papa mbak, namanya juga bayi, pasti…. minta nyusu terus”, Kirman berbicara, namun matanya tetap melihat kearah buah dada menggiurkan milik Sandra.
“Iya pak, biar cepat besar, hehe”,
“B..besar mbak?”,
“Iya, kan kalau minum susuku terus nanti dia akan tumbuh besar dengan baik” Kirman malah memikirkan buah dada yang berisi itu akan lebih besar dan menampung susu lebih banyak.
“Oooh, hehe, mm…mbak Sandra, saya tinggal dulu..” Kirman benar benar memaksakan dirinya untuk pergi, dalam hatinya sangat ingin dirumah itu saja, sambil ikut menghisap air susu Ibu muda itu.
“iya pak..” Kirman meninggalkan Sandra, dan keluar dari rumah itu.
Dalam Fikiran Kirman, ia berencana datang sering sering kerumah tetangganya itu, untuk bersilahturahmi, kalau bisa ikut andil menikmati air susu ibu muda itu.

Beberapa hari selanjutnya, sekali dua kali dalam seminggu pasti Kirman datang kerumah Sandra untuk bercakap cakap atau bersilahturahmi, juga untuk memandangi Sandra dan tidak lupa buah dada montoknya itu. Beberapa kali Pak Kirman bisa menyaksikan buah dada montok milik Sandra, namun tak berani mengambil kesempatan. Lekuk tubuh indah ibu muda itu sering ia perhatikan, diruang tamu, dikamar, bahkan didapur, pernah ia melihat Sandra begitu indahnya menggunakan pakaian serba kuning sambil memasak, Kirman sudah hampir memuncak hasrat seksnya.
Suatu hari, Pak Kirman sudah pergi kerumah Sandra pagi pagi sekali, segera ia mengetuk pintu rumah itu. Kembali ia disambut tetangga kesayangannya itu.
“Pagi pak Kirman”,
“Pagi mbak, misi mbak Sandra, kalau saya ijin kekamar mandi boleh? dirumah istri saya lagi cuci baju, gak bisa diganggu gugat, padahal saya udah kebelet”,
“Kasian pak Kirman, silahkan pak” Kirman lalu masuk kedalam, dan menuju kamar mandi dirumah itu.
“Pak Kirman, tumben”,
“Eh mas Husni, misi mas, numpang kekamar mandi”,
“ooh, iya pak” Segera Kirman pergi kekamar mandi, lalu buang air kecil saja.
Setelah itu ia keluar dan melihat didapur tampak Husni sedang makan, dan Sandra sedang Memasak. Husni duduk dikursi yang menghadap ketempat masak dan tempat mencuci piring, meski ditutupi tembok setinggi perut. Husni melihat pak Kirman dan mengajaknya makan,
“Pak Kirman, mari pak ikut makan sama saya”,
“Wah, ndak usah pak” tak sesuai ucapannya, kirman malah mendekat ke Husni.
“Loh gak papa pak, silahkan” Kirman masih berdiri, sambil sekali melirik kearah Sandra yang sedang memasak, meski terlihat tubuh bagian atasnya saja.
Kirman lalu duduk disebelah Husni,
“Saya duduk aja pak, nemenin pak Husni bentar, hehe, Pak Husni lahap sekali makannya?”,
“Iya, masakan Istri saya enak banget loh pak”,
“Wah, benar itu mbak Sandra?”,
“Papa, Jangan gitu, istrinya pak Kirman kan lebih handal masaknya, gak kok pak Kirman, masakan saya biasa aja, hehe” Kirman senang pagi itu ia melihat senyum diwajah cantik ibu muda itu saat menoleh kearahnya.
Husni sudah selesai makan, ia segera berdiri, dan pergi kekamar mandi sebentar. Tiba tiba Sandra menyadari Kompornya tiba tiba mati, ternyata gasnya habis.
“Pa, gasnya habis, tolong gantiin dong” Memang dirumah itu sudah ada cadangan tabung gas lain.
“Lagi di kamar mandi ma!!!, pak Kirman mungkin bisa bantu” Tanpa disuruh pak Kirman berdiri dari kursi dan mendekati Sandra.
Kirman kembali terpesona, melihat Sandra sedang jongkok dan mengecek tabung gas. Pria 40 tahun itu melihat paha mulus ibu muda itu, dasternya tersingkap karena Sandra sedang jongkok.
“Sini mbak, biar saya pasangin” Kirman mendekati Sandra, lalu mengganti tabung gas yang terpasang itu dengan tabung gas lain disebelahnya.
Kirman melihat Sandra lagi lagi menunduk, dan melihat kearahnya, sekali lirik, ia bisa kembali melihat buah dada indah dan berisi milik Ibu muda itu dalam dasternya.
“Gimana pak?”,
“Eh, ini, tinggal dikit kok mbak” Kirman memilih memperlambat kerjanya memasang tabung gas itu.
Husni sudah keluar dari kamar mandi, namun ia langsung mengambil tas dan segera berangkat.
“ma, saya tinggal ya, pak Kirman makasih udah bantuin”,
“Iya pak, dengan senang hati” Husni tanpa lama segera meninggalkan rumah.
Kirman jadi berfikir tidak tidak, ia kemudian menemukan ide nakal. Setelah selesai memasang tabung gas baru, Kirman langsung menoleh kearah Sandra yang ada disebelahnya, namun ia menggerakkan kepalanya dengan sengaja kearah tubuh ibu muda itu. Seketika saat itu Kirman mendapati kepalanya menubruk buah dada kenyal milik Sandra, meski masih dibatasi oleh baju daster.
“Eeh, aduh” Sandra sempat kaget, namun Kirman bukan kaget, malah mendiamkan kepalanya agar tetap menyentuh benda kenyal didada Sandra itu.
Sandra lalu berdiri,
“Eh, maaf pak”,
“g…gak papa mbak, salah saya juga, noleh gak liat, jadi nabrak deh”,
“Gak kok pak, pak Kirman gak salah”,
“Salah saya mbak, kan memang buah dadanya mbak Sandra besar, jadi nabrak, Itu sudah mbak”, Sandra lalu mencoba menyalakan kompornya, dan ternyata sudah bisa.
“Oke pak, terima kasih ya..” Kirman sangat senang, Sandra tidak memarahinya.
“Yang kosong ini ditaruh mana mbak?”,
“Taruh sana aja pak” Sandra mengarahkan telunjuknya kesebelah kanannya.
Segera kirman memindah Tabung gas kosong kesana. Pria 40 tahun itu melihat Sandra sedang sibuk memasak, kirman kembali berulah, tanpa bersuara ia menunduk, dan memasukkan kepalanya diantara kedua kaki Sandra, tentu ia langsung menengok isi daster itu, dan tampak jelas celana dalam si ibu muda itu, Kirman melihat ada tonjolan tepat di antara selangkangan Sandra, juga tampak garis lurus ditengah, Kirman langsung terangsang, penis pria 40 tahun itu sudah tegak dicelana.
Sebelum ketahuan, Kirman pelan pelan berpindah, lalu berdiri.
“Sudah mbak”,
“Terima kasih ya pak” Sedang sibuk masak, TIba tiba bayinya terbangun, dan menangis lagi.
Kirman yang tepat berdiri dibelakang Sandra itu jadi kembali senang, karena Sandra yang sudah mematikan kompor itu berbalik dan buah dadanya montok itu menyentuh pria 40 tahun itu, juga Sandra merasa ada sesuatu sempat menyentuh perutnya.
“Eh, maaf pak, misi” Sandra segera meninggalkan Kirman yang masih berdiri itu dan menuju kamar. Kirman pergi kedepan, lalu mengunci pintu rumah Sandra, kemudian Pria mesum itu menyusul Sandra kekamarnya. Lagi lagi ia melihat Sandra sedang menyusui bayinya, kini buah dada kiri si ibu muda cantik itu sedang dihisap oleh anaknya.
“Pak Kirman, ada apa?” Sandra masih biasa saja, namun terilhat kirman sudah kehilangan kendali.
Pria 40 tahun itu sudah ingin ikut melumat buah dada Montok itu. Kirman lalu mendekati Sandra, dan tanpa ragu mengeluarkan buah dada Kanan milik Sandra dari dasternya.
“Loh, pak Kirman, aduh!” Kirman yang sudah diluar kendali itu meremas dengan hebat buah dada besar berisi itu, membuat Sandra shock, Tangan kanan Sandra menopang anaknya, dan tangan kirinya ditangkap oleh Kirman.
“Saya ikut nyusu dong mbak Sandra, kan tadi udah bantuin, hehe…mm” Puting kanan Sandra segera dilahap mulut Kirman itu, dijilat dan disedot sedot, membuat Sandra makin bingung.
“pak, jangan, itu kan…aaahn” Kirman Meremas dan menarik buah dada kanan milik Sandra itu, puting ibu muda itu dihisap dengan hebat, segera saja air susu mengalir masuk kemulut Pak Kirman.
“mmm…Slruuup…slruup..mmm” Sandra Benar benar bingung, Kini ia menyadari bayinya itu sudah kalah dengan pak Kirman, karena daya hisap mulutnya berbeda.
“P..pak, nanti pak Kirman bisa di…”,
“ndak kok mbak, istri saya mana tahu, saya rahasiakan, suami mbak Sandra juga gak bakal tahu…slruup…slruup…mmm…aaah…slruup”, “Tapi pak, aduh”,
“Pasti suami mbak Sandra gak pernah kayak gini kan? makanya saya bantu mbak Sandra…slruupp…slruup…mm…slruup..”.
Sandra mulai lemas, karena tetangganya itu ternyata sangat buas, Buah dadanya terus diremas remas, Kirman terus meminum susu ibu muda itu sampai puas. Tampak Anaknya sandra sudah selesai minum susu, dan tertidur lagi. Kirman menghentikan aksi minumnya, ia mengangkat bayi itu lalu ditidurkan dikasur bayi didekat kasur dikamar itu. Sandra tampak Berdiri sambil berusaha memasukkan buah dadanya kedalam daster.
Kirman berlari dan menangkap kedua tangan Sandra dari belakang.
“Hayoo, mau ngapain?”,
“Aduh, lepasin pak, saya mau berpakaian!”,
“Gak usah, lepas semua aja mbak!” Kirman menarik Daster itu kebawah, sampai lepas dan kini Sandra hanya memakai celana dalam saja.
Ibu muda itu lalu menutup buah dadanya dengan tangannya.
“Kyaaammf!” Sebelum selesai berteriak mulut Sandra ditutup oleh tangan Kirman itu, lalu si cantik itu dirobohkan kekasur.
Kirman kemudian menahan tangan Sandra itu dengan kuat, sehingga Ibu muda itu tak bisa berdiri.
“Pak Kirman! lepasin, kan pak Kirman…mmf!” Kirman langsung melahap mulut Sandra yang cantik itu, Pria 40 tahun itu membungkam ibu muda itu dengan cumbuan hebat, serta lidah tetangga bejat itu sudah berputar dan beraksi dimulut Sandra.
Sandra bingung untuk bernafas, karena Kirman menyedot terus isi mulutnya itu, sambil terus menahan tangannya.
“slruup..mm..slruup..mmmf…” Tak lama, Sandra makin lemas tubuhnya, ia tak kuasa menahan kebejatan tetangganya itu.
Kirman melepaskan tangan lemas milik Sandra, dan tangan tangan nakalnya malah meremas buah dada montok milik ibu muda itu. Karena tadi baru saja menyusui, karena remasan gila Pria 40 tahun itu, Buah dada itu menyemburkan air susu yang keluar dari puting indah milik Sandra.Kirman berhenti mencium Sandra, lalu langsung melahap puting kiri milik ibu muda itu.
“Aaahn…pak Kirman…auuuh”,
“Slruuup…mmmf…aaah…slruup..cup…slruup” Dengan hebat Kirman menghisap puting kiri Sandra, sambil tangan kanannya meremas buah dada kanan milik Sandra.
Kirman kemudian memasukkan dua jari kirinya kedalam mulut Sandra itu, lalu diputar putar sambil digerakkan maju mundur. Sandra jadi tak mampu berteriak, ia mulai terangsang juga.
“Slruup…slruup…aaah..slruup…mmf…ooh segarnya” Kirman benar benar puas menikmati air susu ibu muda itu. Kirman lalu berdiri dan melepas pakaiannya.
Sandra sempat bergerak berusaha meninggalkan Kirman, namun karena cepatnya pria 40 tahun itu sudah telanjang, segera ibu muda itu kembali ditahan. Sandra sempat melihat penis tetangganya itu begitu besar sudah tegak tanpa ditutupi apapaun. Kini Sandra tubuhnya diputar, Kirman memegang leher ibu muda itu, dan ditahan kekasur.
“Aaah, pak Kirman, jangan…aaduh” tangan kiri Kirman tidak diam saja, tangan kirinya menarik celana dalam Sandra, dan setelah terlepas, terlihatlah lubang basah ditengah selangkangan ibu muda itu.
“Naaah, ini dia”,
“pak Kirman, jangan, nanti Istrinya pak Kirman bisa marah kalau tau…”,
“Sudah, kalau kamu kasih tau istri saya, bakal saya katakan kalau kamu yang minta, biar suami kamu kecewa!”,
“Tapi pak, Aaahn!” Sandra merasakan ada sesuatu masuk kelubang vaginanya, ternyata jari kiri Kirman sudah masuk kedalamnya dan bergerak gerak dengan nakal.
Kirman tak mau menunggu lama, ia mencabut jari tangan kirinya dari lubang itu, dan langsung memasukkan penisnya kelubang vagina tetangganya itu.
“Aah, jangan pak, jangan dimasukan, aduuh, aaah” Tangan Sandra tak sampai untuk menggapai penis Kirman itu, karena kepalanya terus ditahan dikasur.
Pak Kirman segera menenggelamkan penisnya dilubang vagina Sandra, Blees, Penis besarnya mengisi penuh memek basah itu.
“Hnnggh! Oooh! Aaahn!”,
“Uuuh, masih Enak, udah lama gak ngeseks, Pasti mbak Sandra juga jarang ngeseks, karena Mas Husni kerja terus, nih aku gantikan dia, haha” Sandra melotot sambil merasakan lubang vaginanya terisi penuh dan terus berdenyut dengan hebat.
Ibu muda itu makin tak kuasa menahan rasa yang dibuat oleh penis besar milik tetangganya itu, saat penis Pak Kirman itu mulai bergerak maju mundur.
“Oh oh, hngf…keluarin pak…aahn…sakit pak..oooh”,
“Sakit? enak kok sakit? haha” Kini kirman dengan senang menggerakkan penisnya maju mundur menghantam lubang vagina milik tetangganya itu.
“henngn…ooh ooh ooh…aaahn, stop pak, auuuh” plop plop plop plop, penis pria 40 tahun itu malah makin cepat keluar masuk meski Sandra terus menolak, suara tabrakan diselangkangan Sandra membuat suasana Kamar makin panas.

Sandra yang terus disetubuhi itu mulai bingung, ia merasa tubuhnya itu begitu ringan digrayangi dan diperkosa oleh Pak Kirman. Ibu muda itu sudah lama tidak bersetubuh sejak sebelum ia hamil. Pak Kirman melepas tangannya yang menahan leher Sandra itu. Sandra berusaha berdiri, namun ia tak kuat. Buah dadanya terus bergoyang karena tubuhnya terus ditabrak oleh pak Kirman.
Penis pria 40 tahun itu tak mau keluar dari lubang vagina ibu muda itu, Kirman senang ia kini bisa menikmati tubuh indah milik tetangganya itu.
“oooh, nikmatnya..oooh, Mbak Sandra pasti puas”,
“hnghnghngnf..ohohoh,ssh…pak Kirman…ahhhn” Kirman kemudian memilih memegang kedua buah dada kenyal milik Sandra, lalu ditarik kebawah.
Sandra mau tak mau harus menunduk lagi, sambil melihat kearah selangkangannya, ibu muda itu melihat penis pak Kirman tak henti menolah memeknya itu, dan buah dadanya itu menetes kan air susu karena diremas kebawah seperti diperah layaknya sapi. Sandra kini memilih pasrah, ia kini diperkosa tetangganya yang bejat, Dikamarnya sendiri ia kini disodok dan diisi penuh vaginanya dengan penis besar pak Kirman, buah dadanya juga diremas terus juga diperas terus.

Beberapa puluh menit disetubuhi, Pak Kirman sudah puas. ia merobohkan tubuh Sandra dikasur, lalu pria 40 tahun itu pergi keluar dan berlari kekamar mandi. Croot crooot croot, pria 40 tahun itu membuang spermanya dikamar mandi, setelah disiram, kamar mandi itu sudah seperti dibersihkan saja. Kirman lalu kembali kekamar, dan memakai pakaian. Ia melihat si ibu muda itu sedang kelelahan, sambil tubuhnya menggelinjang.
Setelah selesai berpakaian, beberapa menit kemudian Sandra sudah tenang.
“Maaf mbak Sandra, saya sudah gak tahan tadi, benar benar ingin menikmati tubuh mbak Sandra”,
“Pak Kirman ini gimana? nanti kalau suami saya tau gimana?”,
“Kalau kamu kasih tau suami kamu, saya bilang saja kamu yang minta, karena kamu sudah lama gak bersetubuh” Sandra sepertinya percaya ucapan Kirman itu.
“Tapi pak, tolong jangan bilang siapa siapa juga”,
“Tenang saja mbak, rahasia kita berdua, saya tinggal dulu mbak, segera berpakaian lagi saja, nanti ketahuan suamimu bisa bahaya.
Kirman meninggalkan Sandra yang lemas dikasur itu. Pria 40 tahun itu segera keluar, dan pergi ketempat kerja serabutannya. Sandra yang masih lemas tadi mulai berpakaian, meski ia sempat menyesal, namun ia tak bisa menghindar kenyataan yang sudah berlalu itu.

Beberapa hari selanjutnya, Pak Kirman tampak dicurigai istrinya, pria itu jadi tidak berani mendekati rumah Sandra. Meski tidak ketahuan menyetubuhi istri tetangganya, Pak Kirman tak mau ambil resiko. Sandra juga tetap merahasiakan pengalaman pahitnya. Ia tetap hidup seperti biasa dengan Husni dan anaknya, meski ia sempat merindukan saat ia bisa bercinta dengan suaminya. Husni tidak pernah bersetubuh dengan Sandra karena kesibukannya, Sandra baru sekali bersetubuh dengan Pak Kirman saja setelah memiliki anak.

Cerita Dewasa Ibu Guru Berjilbab

Posting Cerita Dewasa Ibu Guru Berjilbab ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Cerita Dewasa Teman Suamiku

$
0
0

Cerita Dewasa – Karena suamiku sangat hobi bermain domino alias gaple, akhirnya perselingkuhanku dengan teman suamiku pun terjadi. Awalnya iseng lalu menjadi sungguhan. Permainan domino itu tdk menggunakan uang. Hanya saja yg kalah kuliat berdiri dan telinganya digantungi batu baterai. Kadang juga berdiri sambil menggunakan helm. Aneh-aneh saja. Terkadang suamiku main gaple di teras rumah sampai jam 1 dini hari, sehingga pengeluaran rutinitas kami bertambah dengan menyediakan kopi dan makanan ringan untuk teman-teman suamiku yg menemaninya bermain gaple.

Suamiku wiraswasta. Ia hanya makelar mobil, tapi penghasilannya lumayan. Jadi hidup kami ya mencukupi bahkan masih ada yg bisa kami tabung. Kami belum memiliki anak walau perkawinan kami sudah berjalan 3 tahun. Umur suamiku 32 tahun sedang aku 24 tahun. Suamiku lahir di Malang dan aku asli Surabaya.

Tawa dan canda mereka yg saling mengejek apabila ada yg berdiri tdk putus-putusnya sepanjang malam. Hobi suamiku itu sudah berlangsung hampir setahun. Rumah kami memang dijadikan tempat ngumpul teman teman suamiku, juga tetangga sebelah menyebelah kami. Ada salah satu teman suamiku yg kemudian kuketahui bernama Mas Pandu. Dia tinggal tdk begitu jauh dari rumah kami. Pekerjaannya kalau tdk salah adalah Satpam. orangnya lebih tinggi sedikit dari suamiku. Badannya atletis dan kelihatan rahangnya begitu kokoh dan kuat. Mas Pandu paling sering memperhatikan aku kalau aku mengantarkan minuman atau makanan ke meja mereka.

Ia paling sering menatapku. Aneh. Tdk henti-hentinya menatap ke payudaraku. Kadang aku jadi malu dibuatnya. Caranya berbicara kadang aneh terdengar. Tutur katanya lain dari kebanyakan. Rupanya dia memang bukan dari Jawa, tapi dari Makassar. Kalau tdk salah MasPandu suku Bugis. Orangnya selalu ceriah dan kadang membuat banyolan-banyolan yg membuat suamiku dan temannya yg lain tertawa terpingkal- pingkal.
Suatu hari suamiku berangkat ke Ngawi. Kalau gak salah ke Mantingan untuk mengambil mobil yg katanya mau dijual murah. Suamiku berangkat sore. Ia berkata padaku,
“Ma, mungkin saya balik besok pagi, soalnya agak jauh juga nih. Gak kuat nyupir malam.”
“Iyaa. Hati-hati Pa,” kataku mengiringi kepergiannya.
Pada malamnya bergantian temannya datang ke rumahku menannyakan suamiku. Kujawab mungkin malam ini gak ada gaple-gaplean. Soalnya suamiku kembalinya besok.
“Ooooooo, ya sudah kalau gitu.” Mereka pun pulang.
Sekitar jam 22.00 WIB datanglah Mas Pandu. Dia juga menanyakan suamiku. Kujawab yg sama tapi dia tetap gak pulang seperti teman suamiku yg lainnya. Ia malah duduk di teras,
“Wahh, sayg ya,” gumamnya.
Aku hanya tersenyum. Ia menatapku. Ya, tatapan matanya itu membuat jantungku selalu berdebar-debar. Aku hanya tersenyum dan matanya kembali melihat kepayudaraku. Aku kembali salah tingkah.
“Sudah tau ya, sekarang ada siaran tivi baru. Siaran khusus Jawa Timuran. Namanya JTV?”
“Apa iya?” kataku menimpali.
“Di tiviku kok belum ada ya. Gak tau cara nyari siarannya.”
“Ayo, Mas yg nyarikan.” Ia langsung berdiri dan masuk kerumah ku.
Aku malah yg mengekorinya dari belakang. Ia menuju ke TV dan dicarinya siarannya. Aku hanya duduk dikursi tamu melihat aktivitasnya.Setelah ketemu, ia pun ikutan duduk di kursi tamu pas di depanku.
“Tuh, sudah bagus kan siarannya?”
Aku mengangguk, tapi kok aku gelisah ya berduaan dengannya. Lantas ia pun berkata “Ongkosnya mana?”
Aku tertawa,
“Ooo pake ongkos toh?”
“Ya iyalah. Mau tau ongkosnya?” tanyanya lagi.
“Berapa sih?” tanyaku.
Mas Pandu mendekatiku. Ia lansung memelukku. mencium pipiku, dan mengecup bibirku. Aku terpana. Mulutku diam. Aku bingung tak tau harus berbuat apa dengan kejadian yg begitu cepat dan tak kuduga duga itu. Aku melepaskan diri.
“Mas, nanti diliat orang,” kataku.
Ia melepaskan pelukannya dan menuju ke pintu. Kukira ia mau pulang. Tau-taunya ia menutup pintu dan tdk lupa mengambil sandalnya memasukkannya ke dalam rumah, lalu mengunci pintu. Ia pun menuju ke arahku.
“Nah, sekarang nggak diliat orang kan?” ia kembali memelukku dan menciumiku habis-habisan.
Aku tak mampu menolaknya. Saat itu aku memang tdk dengan sengaja sudah merangsangnya dengan gaun tidurku ini. Soalnya aku memang sudah pengen istirahat . Maklum suami sedang pergi. Mungkin saja Mas Pandu terangsang ngeliat tubuhku sehingga ia begitu berani memeluk dan menciumku.

Aku hanya menurut saja ketika ia mengajakku kekamar dan merebahkanku ke tempat tidur. Tangannya melingkar di bawah leherku menjadi bantal bagi kepalaku. Kemudian dengan tangan yg satunya dia sibakkan gaun tidurku sehingga payudaraku yg tdk memakai bra terbuka tanpa terhalang apa pun. Matanya melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudaraku yg memang menantang dengan puting kemerahan serta kulitnya yg putih mulus. Memang bentuk dan ukuran payudaraku bisa membuat laki laki menitikkan air liur bila menatapnya.
Begitulah sehingga Mas Pandu tdk henti-hentinya mempermainkan payudaraku sehingga, “Nnngghh… Mas,” desahku dengan mendongak ke belakang merasakan mulutnya memagut payudaraku yg membuatnya terpesona.

Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan ketika kumis pendeknya menggesek putingku yg sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yg sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yg bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yg sedang menyusu. Puas menyusu dariku, mulutnya perlahan-lahan turun mencium dan menjilati perutku yg rata dan terus berlanjut makin ke bawah sambil tangannya menurunkan celana dalamku. Sambil memeloroti dia mengelusi paha mulusku. Celana dalamku akhirnya lepas melalui kaki kananku yg dia angkat, setelah itu dia mengulum sejenak jempol kakiku dan juga menjilati kakiku.

Darahku semakin bergolak oleh permainannya yg erotis itu. Selanjutnya dia mengangkat kedua kakiku ke bahunya. Badanku setengah terangkat dengan selangkangan menghadap ke atas. Aku pasrah saja mengikuti posisi yg dia inginkan. Pokoknya aku ingin menuntaskan birahiku. Tanpa membuang waktu lagi dia melumat kemaluanku dengan rakusnya. Lidahnya menyapu seluruh pelosok vaginaku dari bibirnya hingga ke dinding di dalamnya. Anusku pun tdk luput dari jilatannya. Lidahnya disentil-sentilkan pada lubang vaginaku memberikan sensasi yg luar biasa pada daerah itu. Aku benar-benar tak terkontrol dibuatnya. Mataku merem-melek dan berkunang-kunang. Syaraf-syaraf vaginaku mengirimkan rangsangan ke seluruh tubuh yg membuatku serasa menggigil dan ngilu di bagian selangkangan.

“Ah… aahh, Mas… nngghh… terus!” erangku lebih panjang di puncak kenikmatan. Aku meremasi payudaraku sendiri sebagai ekspresi rasa nikmat.
Mas Pandu terus menyedot cairan yg keluar dari celah vaginaku dengan lahapnya. Tubuhku jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah pahaku semakin erat mengapit kepalanya. Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cintaku, barulah dia turunkan kakiku.
Aku sempat beristirahat dengan menunggunya membuka baju, tapi itu tdk lama. Setelah dia membuka baju, dia buka juga dasterku yg sudah tersingkap. Kami berdua kini telanjang bulat.

Dia membentangkan kedua pahaku dan mengambil posisi berlutut di antaranya. Bibir vaginaku jadi ikut terbuka memancarkan warna merah merekah di antara bulu-bulu lebat hitamnya. Liang vaginaku siap menyambut batang kontol Mas Pandu yg akan memasukinya. Namun Mas Pandu tdk langsung mencoblosnya. Ia terlebih dulu menggesek-gesekkan k0ntolnya yg besar itu pada bibir vaginaku untuk memancing birahiku agar naik lagi. Karena sudah tdk sabar ingin segera dicoblos, aku menangkap batang kontol itu. Keras sekali benda itu waktu kugenggam. Panjang dan berurat.
“Aaakkhh..!” erangku lirih sambil mengepalkan tangan erat-erat saat k0ntolnya melesak memasuki vaginaku.
“Aauuhh..!” aku menjerit lebih keras dengan tubuh berkelejotan karena hentakan kerasnya, hingga k0ntol itu tertancap seluruhnya pada lubang vaginaku.
Untung saja rumah kami agak terpisah jauh dengan rumah tetangga karena rumahku memiliki halaman samping yg lumayan luas. Kalau tdk tentu suara-suara aneh di kamarku pasti terdengar oleh mereka. Bagaimanapun Mas Pandu termasuk nekad berani melakukannya. Meggelutiku isteri temannya sendiri. Disinilah sensasinya ngeseks kalo nyuri-yuri. Sensasinya sangat luarrr biasa. Daya semprot saat klimaks dan daya pompa orgasme jauh lebih kerassss.

Dengan gerakan perlahan dia menarik k0ntolnya lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yg bergerinjal-gerinjal itu. Aku ikut menggoygkan pinggul dan memainkan otot vaginaku mengimbangi sodokannya. Responku membuatnya semakin menggila. K0ntolnya semakin lama menyodok semakin kasar saja. Kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.
Kuperhatikan selama menggenjotku otot-otot tubuhnya mengeras. Tubuhnya yg kekar bercucuran keringat. Sungguh sangat perkasa. Pria sejati yg memberiku kenikmatan sejati. Suara desahanku bercampur baur dengan erangan jantannya dan derit ranjang. Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuhku seperti embun, walaupun ruangan ini ber-AC tapi aku merasa panas sekali.
“Uugghh Lies, sayg… kamu emang uenak. Oohh, punya isteriku tdk seperti ini. Punyamu legit dan bisa menggigit-gigit kontolkuuuuu,” katanya sambil gemetar.
Ucapnya tak karuan di tengah aktivitasnya.

Dia menurunkan tubuhnya hingga menindihku. Kusambut dengan pelukan erat. Kedua tungkaiku kulingkarkan di pinggangnya. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku dan memagutnya. Sementara di bawah sana k0ntolnya makin gencar mengaduk-aduk vaginaku diselingi gerakan berputar yg membuatku serasa diaduk-aduk. Tubuh kami sudah berlumuran keringat yg saling bercampur. Aku semakin erat memeluknya. Bau masam-masam segar khas alami ketiakku bercampur dengan bau masam-masam segar khas alami ketiaknya. Bau khas ngentot yg membuat aku dan Mas Pandu semakin bergairah. Aku merintih makin tak karuan menyambut klimaks yg sudah mendekat bagaikan ombak besar yg akan menghantam pesisir pantai.

Teman suamiku ini betul betul hebat dan perkasa. Aku dibuatnya melayg laying seakan-akan terbang ke atas awan.Ketika Bang Pandu sudah di ambang klimaks, dia menurunkan frekuensi genjotannya. Tanpa melepaskan k0ntolnya, dia bangkit mendudukkan dirinya, maka otomatis aku sekarang diatas pangkuannya. Dengan posisi itu k0ntolnya menancap lebih dalam pada vaginaku. Semakin terasa pula otot dan uratnya yg seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluanku. Kugoygkan pantatku dengan gerakan naik-turun. Dia merem-melek keenakan dengan aksi yg kulakukan. Mulutnya sibuk melumat payudaraku yg kiri dan kanan secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur. Tangannya terus menjelajahi lekuk-lekuk boyokku sambil mengelus ngelusnya.

Tak lama kemudian aku kembali mendekati orgasme, maka kupercepat goyganku dan mempererat pelukanku. Hingga akhirnya mencapai titik dimana tubuhku mengejang,
“Ssshhhhhhhhhh…” Detak jantung mengencang dan pandangan agak kabur dan nanar, lalu disusul erangan panjang serta terasa ada cairan hangat dari dalam lubang vaginaku.
Saat itu dia gigit putingku dengan cukup keras sehingga gelinjangku makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyganku pun makin mereda. Tubuhku seperti mati rasa dan kurobohkan ke belakang. Kuhentakkan badanku ke atas ranjang sambil menengadah. Ketiakku terbuka lebar ditumbuhi bulu yg lebat menyerbuk. Ahhhhhh, aku betul-betul puas.

AKU menyambar Aqua botol di samping tempat tidur. Aku meminumnya habis. Aku betul-betul dikuras. Mas Pandu membiarkanku istirahat sejenak. Setelah minum membuatku lebih enakan dan tenagaku mulai pulih kembali.
“Sudah segar lagi kan? Kita terusin lagi yuk!” sahut Bang Pandu. Ia tersenyum sambil mulai kembali menggeraygi tubuhku.
Gila betul nih orang, pikirku. Tenaganya tdk ada habisnya seperti kuda. Kali ini tubuhku dibalikkan dalam posisi menungging. Kemudian dia mulai menciumi pantatku. Lidahnya menelusuri punggungku ke bawah. Tangannya menjangkau buah dadaku ke bawah. Dipilin-pilinnya kembali putingku dan, “Aaacccchhhhhh….” Aku pun menggelinjang l lagi. Nafsuku bangkit lagi.

Betul-betul hebat teman suamiku ini. Ia juga pandai membangkitkan gairah pasangannya. Walaupun aku sudah berapa kali orgasme aku masih mau dan mau lagi.Telunjuknya meraba-raba anusku membuatku geli dan menggelinjang. Kemudian aku merasakan kontolnya sudah menempel dipantatku. Terasa hangat. Kontolnya pun ditusukkannya pelan dan sleeebbbb masuklah lagi kontolnya yg besar itu ke vaginaku. Dari arah belakang ia menggenjotnya tiada habis-habisnya sambil kedua tangannya memegangi pinggangku.
Oooohhhhh… aku tak tahan… aku tak kuat menahan nikmat ini. Mati aku… aduh…. Ampun… Aku tak kuasa menahan dera birahi ini. Teramat sangat nikmat… Aku pun kelojotan bagai orang kesetanan.
Setelah sekitar 20 menit menggenjotku dari belakang akhirnya aku sampai lagi.
“Aku keluarrrrrr Mas….” Jeritku.
Aku betul-betul mengalami orgasme yg sangat dahsyat.Aku merintih. Mataku merem-melek sambil menggigit guling menahan rasa nikmat ini. Air mataku saja sampai meleleh keluar bersamaan melelehnya lagi air vaginaku.
“Sudahin Mas. Lies… nggak tahan,” rintihku yg tdk dihiraukannya.
“Uuhh… uuuhh sssshhhh aaacchhhhhh…” Dia memperlancar sodokannya dan beberapa detik kemudian dia pun klimaks.
Mas Pandu mengerang,
“Aaaacchhhhhhhhh….”

Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuhku yg kuekspresikan dengan mengikuti erangan panjang Mas Pandu. Kami sama sama mengerang. Orgasmeku dan ejakulasinya yg sangat panjang sampai ke ubun-ubun. Tak ada lagi nikmat di atas kenikmatan yg kami peroleh saat itu. Rupanya sensasi selingkuh sangat luar biasa. Aku tak mampu ngomong apa lagi untuk nulis enaknya. Kami pun menghempaskan kembali badan kami ke atas ranjang sesaat kami diam dan sama-sama mengatur nafas. Badanku lemas seperti tak bertulang.

Tubuh kami tergolek lemas bersebelahan. Aku memejamkan mata dan mengatur nafas sambil merenungkan dalam-dalam kegilaan yg baru saja kami lakukan. Hubungan terlarang. Aku berpacu dalam birahi dengan sahabat suamiku sendiri. Kami terus menikmati perselingkuhan. Kami berjanji untuk merahasiakan sebaik-baiknya perselingkuhan kami pada pasangan kami masing-masing.

Cerita Dewasa Teman Suamiku

Posting Cerita Dewasa Teman Suamiku ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Cerita Dewasa Indahnya Kebersamaan

$
0
0

Cerita Dewasa – Sebelum bercerita,aku ingin memperkenalkan diri. Namaku Anaya,tp banyak teman-temanku yg memanggil Naya’. Setatus ku mahasiswi di salah satu PTN di kota ku.Mungkin orang-orang berpikir aku gadis yg aneh atau gila. Gak terduga. Semenit yg lalu aku bisa diam,kalem,manis dan apalah itu namanya,semenit kemudian aku bisa menjadi liar,norak,rame penuh sensasi. Saat ini umurku baru 19 tahun. Aku gadis yg biasa saja,dibilang cantik aku gak begitu cantik. Dibilang jelek aku jauh dari jelek.

Body ku juga tidak begitu bagus. Malah terkesan gendut,aku gadis dengan tinggi 160cm dengan berat badan 62kg. Gendut kan? Tapi entah kenapa sembilan dari sepuluh laki-laki,yg hidung belang atau pun yg hidungnya kembang-kembang melihat aku seperti mau makan. Kata salah satu mantan ku mengatakan, biarpun body ku gendut but its ok. ’’perfect’’ itu yg terucap dari mulutnya. Ya,mungkin itu kata mantan ku. Sepasang gunung kembar berukuran 36A yg padat dan kenyal. Dan pantat yg membukit sempurna. Semua dibalut oleh kulit putih.

Aku kehilangan keperawananku saat aku dibangku kelas 3 SMA. Memang se masih terlalu muda untuk umur ku. Toh itu sudah terjadi,dan aku tidak menyesali itu. Mungkin aku bangga akan hilangnya virgin ku. Jangan berpikir atau nuduh aku cewek rusak,hanya gara-gara aku kehilangan keperawananku saat usia 17 tahun,atau gara-gara aku suka minum tequila. Itu salah. Aku gak pernah melacurkan diri. Aku gak pernah jual diri. Aku kadang memang meminta dibelikan sepatu atau tas yg agak mahal sedikit sama pacar ku. Tapi hanya sekali-kali dan itu hanya sama pacar ku saja. Itu pun harus tanpa pamrih,gak ada imbalan. Dia gak boleh minta aku ngapa-ngapain setelahnya. Klo aku pacaran Cuma ciuman ya dia hanya dapat ciuman. Nggak lebih! Klo pacarannya udah sampe jilat cupang leher sampai sedikit kebawah, ya dia gak akan bisa lebih kebawah lagi.

Itu prinsip ku. Dan gak bisa ditawar! Tadi aku bilang jangan nuduh aku cewek rusak gara-gara aku gak virgin, karena aku gak tau rusak dimata orang. Dan mereka gak mengenal aku. Jangan bilang aku cewek rusak karena aku suka minum tequila,kan? Ini juga karna prinsip. Minum tequila adalah urusan pribadi ku. Mabok selama gak mengganggu orang juga sah-sah saja buat aku. Mabok selama dia punya alasan itu gak masalah. Mabok yg gak jelas juntrungannya itu yg gak bagus. Mabok yg buat senang-senang juga gak bagus,dan itu bukan mabok yg aku hormati. Aku mabok juga sebagai mekanisme pertahanan ku untuk menghadapi stress yg udah cukup kacau.

Saat ini aku tinggal disebuah rumah kontrakan tipe 27 di perumahan yg letaknya dekat dengan kampus ku. Aku memilih kontrak daripada tinggal di rumah sendiri,dengan alasan ingin lebih konsentrasi dengan kuliah ku. Lingkungan tempatku tinggal sepi,tetangganya juga tidak begitu cerewet. Disini aku terkenal anak yg manis. Depan rumah ku tinggal 2 orang pemuda. Mas Doni dan Ebe,mereka bedua bersaudara. Mas Doni kira-kira berumur sekitar 26an lah,saat ini telah berkerja di salah satu perusahaan asuransi swasta di kota ku. Dia berbadan tegap,atletis dan lumayan. Ebe usia kita tidak berbeda jauh dengan ku,dia satu kampus dengan ku. Mereka berdua cukup ramah dan baik. Terkadang kami bercanda sampai larut malam. Dan bercanda kami cukup menjurus lah. Aku senang membuat mereka salah tingkah. Atau melihat hidung pinokio mereka.

Boleh dibilang aku dekat sekali dengan mereka. Terkadang aku tidak sungkan menceritakan hal-hal pribadiku kepada mereka berdua. Aku lebih dekat dengan mas Doni,mungkin karena dia lebih dewasa dan mengerti aku.Aku suka sekali memancing perhatian mereka berdua,dengan aku memakai pakaian yg sedikit terbuka. Memang aku suka sekali mamakai pakaian yg terbuka,karena lebih nyaman. Dan aku juga suka sekali memakai hotspans karena kulit paha ku juga butuh sinar matahari.
Setiap sore mas Doni dan Ebe datang kerumah ku,sekedar ngobrol atau nonton TV atau DVD.
”Nay,km mo nonton gak?”suara mas Doni menggetkan ku yg sedang tiduran di sofa dengan posisi ya boleh dibilang hot dengan pakaian daster mini.
”wih,,,blom nonton ni filem dah teggang duluan ne”mata mas doni tidak jauh-jauh dari belahan dada ku yg terlihat jelas dari atas dan menatapnya dengan tatapan nakal.
”ya amplop mas,kayak gak pernah liat dada aja!”kata ku dengan memeggang payudara ku.
”gak ah mas,bentar lagi danil mo kesini”
”iya tau deh yg mo kencan,tapi boleh kan aku nonton disini.” aku hanya menjawab dengan anggukan.
”thx ratu ku yg manis”
”ratu semut kali?”
Mas Doni duduk disebelah ku dan nonton filem prancis yg gak jelas judulnya apa. Tangan mas Doni merangkul pinggang ku,dan aku tidak keberatan. Selama gak macem-macem its OK. Dengan sengaja aku mendekatkan diri ku,karena aku ingin tahu apa reaksi selanjutnya. Atau mungkin saat itu aku sedang horny.

Aku mendekatkan wajah ku ke telinganya,mas Doni pun melihat ku. Aku merasakan nafas yg hangat dan begitu memburu. Dan tatapan mas Doni yg mengisaratkan ’boleh ya aku cium kamu’. Aku semakin tertantang dengan tatapan yg seperti itu. Aku yakin sekali pasti cewek-cewek yg melihat dia mengatakan “ayo mas cepet cium aku,ini lo bibir ku,jangan diliat aja lo,ayo cium’ dasar cowok! Jujur saat itu aku menginginkan nya.
“gila Nay’,aku tu liat kamu gemes banget”
”terus napa klo gemes?mang mo diapain se?”jawab ku,sambil medekatkan bibir ku kepada bibirnya.
Mas Doni langsung melumat-melumat bibir ku,dan aku tidak membalas ciuman itu. Aku hanya terdiam melihat dan membiarkan mas Doni melumat bibir ku.Suara sepeda Danil menghentikan ciuman yg kurang lebih 5menit terjadi,dan terlihat jelas muka kecewa di wajah mas Doni.aku tersenyum melihat itu. Senyuman yg mengisaratkan ’sabar yah,ntr kan masih bisa’
”hai babe”sapa ku kepada Danil sambil memeluk dan mencium bibirnya,danil membalas ciuman ku dan meremas pantatku.
”hai mas,Ebe mana?”sapa Danil kepada mas Doni.
“biasa”jawab mas Doni,dan Danil cuma mengangguk.
Danil gak pernah pikiran aku selingkuh dengan kedua tetangga ku. Dia terlalu percaya pada mereka.
“sayank aku kangen banget ma kamu”aku duduk di pangkuan Danil.
Tangan Danil dengan cepat meraba paha ku,matanya tak lepas dari dada ku. Dia mulai mencium ku,aku pun membalas ciumannya. Lidahnya bermain-main dengan lidah ku. Dia mencium leherku. Dan aku mulai terbawa suasana,tanpa memperdulikan mas Doni di sebelah ku.
Danil mulai membuka tali daster ku,sehingga dada ku terlihat. Dia mulai asik meremas dada ku. Dan menciumnya, aku yg telah terbawa suasana pasrah saja saat danil menggit-gigit dada ku. Puting ku mulai mengeras.
“au,,,sakit a’!jangan digigit dunk!”kata ku saat danil mengigit puting ku.
”sorry sayank,abis aku gemes banget!”
“wah gimana se nil,kq sampe ke gigit?kan sakit ntar!”kata mas doni menyindir.
”abis mas,,enak banget!”
Danil mencium bibir ku kembali sambil meremas-remas dada ku. Cukup puas memain kan dada ku tangannya pindah ke paha ku,dia meraba paha bagian dalam ku. Dan tangan terus meraba ke daerah sensitif ku. Membuat aku serasa melayg. Dia memain kan tangannya di bibir miss V ku.
Aku meliahat muka mas Doni mupeng melihat kami bermesraan.Ringtones HP Danil mengaggetkan ku,terutama Danil. Dan menghilangkan rasa yg tadi sudah melayg.
”halo,apa Rid…….”
Ternyata Danil harus meeting bersama anggota bandnya. Saat ini memang dia sedang sibuk-sibuknya membuat album indie. Ya itulah resiko punya pacar seorang pemain drum dari band yg sudah mulai dilirik.
”Its oke babe,aku ngerti kok. Bandmu juga penting” kata ku serasa mengerti posisinya sekarang.
Sebenarnya dalam hati ku ’sialan tu Farid bikin mood ku ilang’”nanti klo sudah selesai aku datang kesini lagi ya!”aku mengangguk dan membetulkan tali daster ku. Danil mencium ku, tangannya pun mengusap-ngusap paha ku. Dan dia pun pergi meninggalkan aku.
”Yah kok ditutup se Nay’,kan lebih sexy klo gak diikat.”kata mas Doni
”Yeee…itu mah mau mas Doni”jawab ku sambil meremas payudara ku dan itu membuat mas Doni menatap ku semakin nakal.
“Gimana klo yg tadi diterusin,senut-senut ne liat kalian berdua. Mana tu teti nonjol manggil-manggil adek ku yg mulai mancung”
“Idih mas Doni,,,,,”jawab ku sambil berjalan menuju dapur. Aku ingin sekali mas Doni mengikutiku, memeluk ku, mencium ku dari belakang. Tapi sayang apa yg ada diangan ku tidak terjadi.
Aku pura-pura membuat minum”mas mau minum gak?” tanya ku.
“Boleh,haus banget ne!”
“Mo minum apa ne?”tanya ku sedikit menggoda
”Susu”jawabnya. Aku sedikit kaget karena mas doni sudah ada di belakang ku.
”Susu apa?”tanya aku kembali,dengan tatapan nakal.
Mas Doni tanpa sungkan meremas payudara ku.”Idih mas Doni,,aku tanya serius kok malah bikin aku pengen”
”Ya ampun Nay’ kucing kalo dah liat ikan seger didepan matanya gak mungkin di anggurin. Apa lagi ikannya seger banget dan menantang kayak kamu gitu.”kata mas Doni yg semakin mendekat kearah ku. Dan memeluk ku. Tangannya meremas-remas pantat ku dan kakinya mas Doni masuk keantara pahaku.

Ya amplop ni dah menyimpang jauh dari prinsip ku. Jangan sampe kejadian dech. ’Jangan…!!!pliss jangan Naya ,sadar Met! Sama aja lo ngobral tubuh lo! Naya jangan!’ Akal sehat ku berperang melawan hawa nafsu ku,,,saat ini setan dalam diri ku memenangkan pertarungan.
Aku pun membalas ciuman mas Doni. Lidah mas Doni mulai masuk dalam rongga mulut ku. Lidah kami masing-masing bermain dengan lincah dalalm rongga mulut. Saling menggit dan menyedot. Puas ciuman dan bermain lidah,lidah mas Doni mulai turun ke leher ku. Disana aku merasakan nikmat. Mas Doni mencium dan mengigit kecil di leher ku. Lidahnya pun dengan lincah menari di telinga ku. Dan itu membuat aku mengelijang. Tangan kanan mas Doni pun tak lupa memainkan perannya di payudara ku. Tangan kirinya meremas pantat ku.

Aku pun tak ingin kalah. Aku memeluk badan mas Doni yg atletis. Dan menjilat-jilat lehernya juga saat mas Doni mencium bagian dada ku. Kulihat mas Doni semakin rakus seakan-akan dadaku akan habis atau dicuri orang. Mas Doni mengigit puting ku yg mulai mengeras pelan,serasa dia mengerti jika aku tidak begitu suka klo puting ku digigit. Tangan mas Doni yg kiri pun mulai menjelajah bagian sensitif ku. Dan aku yakin semua cewek gak betah jika di sentuh seperti itu. Aku mulai hanyut dalam permainan ini.
”aahh,,,uhhh,,,mas geli ah,,,udah ah mas,geli banget” tetapi mas Doni tidak menghiraukan perkataan aku.
Aku pun mulai memasukan tangan ku ke dalam celana. Didalam celana sudah terasa ada yg sangat tegang dan mengeras. Mungin ukuran 15-17cm dengan diameter 3cm. Wow cool. Gila gede!
Aku mulai penasaran dan menurunkan celana pendek mas Doni. Bener yg aku bayg kan. Aku pun berjongkok dan memegang pangkal adek mas Doni,dan menjilat batangnya yg sudah mulai mengeras. Aku mulai memain kan lidah ku di kepala adek kecil.
”ahh,,,auuhfffff”erang mas Doni keenakkan. Aku pun memasukan semua adeknya kedalam mulut ku sampai ke tenggorokan ku.
Pengen muntah se dikit,tapi aku bisa mengkontrol itu.
”aaahgrrr,,,gila Nay’,,,enak banget serasa bibir bawah,,,blowjob kamu enak banget” aku pun semakin senang mendengar itu.
Mantan-mantan ku yg pernah aku oral semua mengatakan blowjob ku gak ada duanya. Mas doni menjambak rambut ku dan mendorong kepalaku dengan irama.
”aaah,,,ahh,auu,,,aku mo keluar Nay’”aku pun mempercepat memain kan adek kecil.
Setelah 15 menit aku memain kan adek kecil serasa ada yg menyemprot dalam mulut ku. Aku pun menelannya walaupun rasanya enek,asin campur baur bikin aku mau muntah, but its Ok
”sorry ya Nay,aku ngeluarin di mulut kamu. Ini bener-bener nikmat banget. Gak ada yg bisa ngoral aku sampe keluar gitu”
Aku hanya tersenyum,sebenarnya mulut ku juga capek melakukan itu.
Tapi aku puas karna bisa membuat mas Doni puas.

Mas doni pun mencium bibir ku. Tangan mas Doni kembali bermain di daerah Miss V ku. Tapi kali ini CD ku di turun kan.
Aku pun duduk dan membuka kaki ku sehingga memudah kan mas Doni bermain-main. Mas Doni jongkok dan mulai mengusap-ngusap Miss V dan memainkan benda yg mirip kacang yg ada di dalam Miss V ku dengan tangannya.
”aaargggggghh” racau ku.
Mulut mas Doni mencium-cium daerah paha dalam ku. Aku mulai mengelijang. Dan menjambak rambutnya karena gak kuat menahan rasa yg membuat aku terbang,lebih enak ini dari pada ganja yg sering aku hisap. Lidah mas Doni ku rasakan mulai mendekat kebibir Miss V ku yg dari tadi sudah becek. Dan mulai menari lincah disitu. Aku merasakan rasa yg amat dahsyat mengaliri tubuh ku, seperti di setrum voltase tinggi.
”ahh,,,aaahhh,mas,,,,,,”aku mulai meracau karena ke enakan.
Aku belom pernah seperti ini dengan mantan atau pun pacar ku. Karna aku gak mau di oral. Ternyata rasanya nikmat banget. Tak lama aku merasakan lidah mas Doni menusuk-nusuk dan membuat ku seperti di ubun-ubun
”aaahhhhh” serasa ada yg mengalir di dalam dinding Miss V ku.
Semakin becek Miss V ku,semakin gila mas Doni memainkannya.
”udah mas,Naya gak betah ne,,,udah ah mas,,,Serius ne!
”Nay’,,,,,ups Sorry!” Suara Ebe membuat aku kaget begitupun mas Doni.
Ebe pun memutar badan kembali,seakan dia mengerti. Seakan dia malu melihat aku sedang bermain dengan kakaknya. Begitu pun aku! Aku sangat malu!

Tetapi mas Doni tidak merasa malu,malah dia meneruskan kegiatannya membuat aku melayg jauh terbang. Mas Doni menusuk-nusuk Miss V ku. Aku tidak kuat menahan rasa yg aku rasakan. Aku mengajak mas Doni kekamar ku. Aku melihat Ebe sedang duduk di sofa. Dia hanya mengatakan gerak bibir yg berkata ’sorry,i dunno’ aku hanya tersenyum genit.Pikiran ku pun mulai gila. Gimana ya wajah ku saat bermain. Aku berpikiran gimana kalo permainan ku ini direkam. Gak mungkin kan kalo aku melakukan ini dengan cowok ku. Kan kalo ma cowok ku gak ada yg jadi kameramen. Gak mungkin juga dengan Danil karna pacaran kami hanya sebatas sekwilda(sex wilayah dada).

Aku berbisik kepada mas Doni tentang rencana ku. Dan dia menyetujuinya. Aku berjalan kearah Ebe,dan mengatakan maksud ku. Ternyata dia mengiyakannya.aku mencium pipi Ebe. Kulihat wajah Ebe memerah. Aku mengambil handdycam ku. Kuberikan pada Ebe.
Ebe mulai merekam sence,demi sence. Dan terkadang Ebe juga meremas dada ku atau sekedar meraba-raba ku.
Permainan ku semakin menggila. Kami melakukan gaya-gaya yg aku belom pernah melakukanya dengan cowok-cowok ku dulu. Aku merasa semakin sexy saat direkam. Gairah ku juga semakin besar.

Mas Doni pun begitu dia semakin ganas,,,sepertinya dia hyper banget. Ebe pun mulai gelisah melihat permainan kami.
Keringat dan air liur bercampur menjadi satu. Suara erangan pun memenuhi setiap sudut kamar ku. Saat ini aku tidak merasakan malu sedikit pun. Malah aku mersa sangat sexy. Dan mas Doni juga membantu ku untuk mencapai kelimaks sampai berkali-kali. Mungkin mas Doni sudah ahli dalam hal ini.

Saat ini handdycam di pegang mas Doni,Ebe mulai mencium ku. Tapi aku menolaknya. Aku melihat wajah yg begitu kecewa. Tapi Ebe bukan tipe yg pemaksa.“kapan-kapan aku perkosa kamu Ta’”kata Ebe ditelinga ku. Aku hanya senyum mendengar itu.
Badan ku terasa capek,penuh peluh dah ludah bekas jilatan. Aku memakai daster mini ku kembali.
“thx ya bro,,”aku melihat mas Doni sudah berpakaian. Dan Ebe yg masih di ranjang ku.”ngapain kamu disitu Be?ayo lo permainan udah selesai lo Be!”
“aku gak mau pergi sebelom kamu cium aku”jawab Ebe seperti anak kecil yg minta-gak dituruti.
“tidur aja disitu!aku bisa tidur di sofa kok!” jawab ku gak mau kalah.
“Nay’ makasih ya!”kata mas Doni sambil mencium ku dan meremas pantat ku
”thx banget ya!kamu memang Queen”
“biasa aja napa mas! Tu mas,Ebe gak mau pergi!”kata ku manja. Mas Doni hanya tersenyum. Dan berlalu pulang
“ayo Be!jangan disitu lo.” Aku pun mendekat kan badan ku dan mencium Ebe.
Ebe pun merangkul ku dan membuat posisi yg aku susah bergerak. Ebe menindih ku. Dan mencium ku dengan kasar. Aku tak bisa mengelak. Tangan ku di pegang di atas dengan tangan kanannya yg kuat. Sedangkan tangan kirinya meremas dada ku.
”ayo lo Be!” aku mulai lemah,gak tahan dengan perlakuan Ebe.
”Be pliss,,,,ayo lo aku capek semua lo” tapi Ebe gak mendengarkan aku. Dia makin asik dengan payudara ku.
”Be!” bentak ku
”sorry Nay’ kamu memang Hot banget!” Ebe mencium kening ku.
”aku gak tahan Nay’,”tapi kamu gak mesti kayak gini kan Be?”
”Ok”
Dia melepas kan aku,dan duduk di pinggir ranjang.
”Be,jangan marah ya!”Ebe geleng kan kepala.”sekarang aku yg mulai mencium dia,dan membuka 2 kancing kemejanya.
Aku pun berpindah posisi yg tadi di belakangnya sekarang aku duduk di pangkuannya. Ebe pun menyambut ciuman ku. Aku pun melakukannya sekali lagi. Tetapi tidak sehebat yg tadi. Dengan Ebe aku lebih santai dan penuh kelembutan. Kami hanya memakai gaya konvensional. Cewek yg dibawah.

Tetapi dengan menggunakan gaya ini aku sangat puas. Aku sangat merasakan gerakan demi gerakan maju mundur yg Ebe lakukan. Ebe termasuk pria yg tidak begitu suka kekerasaan. Dia bermain dengan penuh sayang. Memang dia pernah menyatakan cinta seminggu yg lalu. Saat ini aku mulai merasakan getaran yg begitu hebat. Cuma dalam waktu 10 menit Ebe menyemburkan cairan hangat di liang Miss V ku.
”sorry ya Nay’ aku gak bisa puasin kamu seperti mas Doni”aku mencium Ebe
”gak Be,aku lebih suka yg seperti ini” Ebe pun mencium kening ku kembali.
”dah ah,,,aku mo mandi”
”thx ya Nay’” aku mengangguk.
Ebe mulai memakai pakainnya kembali.Pengalaman ku hari ini sangat membuat aku merasa sexy dan terutama rasa puas. Entah apa yg mas Doni dan Ebe rasakan. Maaf ya Nil aku selingkuh.Setelah hari itu aku sering melakukannya dengan mas Doni dan Ebe. Tetapi aku sering melakukannya dengan mas Doni. Setiap ada kesempatan dan saat kami merasa Pengen. Terkadang kami melakukannya bertiga.
Aneh dan mungkin pengalaman ini lucu buat aku juga dua tetangga ku.

Cerita Dewasa Indahnya Kebersamaan

Posting Cerita Dewasa Indahnya Kebersamaan ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Cerita Dewasa Tante Yang Minta

$
0
0

Cerita Dewasa – Namaku Ade, umurku waktu itu sekitar 19 tahun, aku kini kuliah di OSU, Amerika. Kebetulan aku kost di salah satu kenalan Oom aku di sana yang bernama Tante Diana. Wuih, dia itu orangnya baik benar kepadaku. Kebetulan dia seorang istri simpanan bule yang kaya raya tapi sudah tua. Jadilah aku kost di rumahnya yang memang agak sepi, maklumlah di sana jarang memakai pembantu sih. Tante Diana ini orangnya menurutku sih seksi sekali.

Buah dadanya besar bulat seperti semangka dengan ukuran 36C. Sedangkan tingginya sekitar 175 cm dengan kaki langsing seperti peragawati. Sedangkan perutnya rata soalnya dia belum punya anak, yah maklumlah suaminya sudah tua, jadi mungkin sudah loyo. Umurnya sekitar 33 tahun tapi kulitnya masih mulus dan putih bersih. Hal ini yang membuatku betah berlama-lama di rumah kalau lagi nggak ada urusan penting, aku malas keluar rumah. Lagian aku juga bingung mau keluar rumah tapi nggak tahu jalan.

Dan sehari -harinya aku cuma mengobrol dengan Tante Diana yang seksi ini. Ternyata dia itu orangnnya supel benar nggak canggung cerita-cerita denganku yang jauh lebih muda. Dari cerita Tante Diana bisa aku tebak dia itu orangnya kesepian banget soalnya suaminya jarang pulang, maklum orang sibuk. Makanya aku berupaya menjadi teman dekatnya untuk sementara suaminya lagi pergi. Hari demi hari keinginanku untuk bisa mendapatkan Tante Diana semakin kuat saja, lagi pula si Tante juga memberi lampu hijau kepadaku.

Terbukti dia sering memancingmancing gairahku dengan tubuhnya yang seksi itu. Kadang-kadang kupergok Tante Diana lagi pas sudah mandi, dia hanya memakai lilitan handuk saja, wah melihat yang begitu jantungku deg – degan rasanya, kepingin segera membuka handuknya dan melahap habis tubuh seksinya itu. Kadang- kadang juga dia sering memanggilku ke kamarnya untuk mengancingkan bajunya dari belakang. Malah waktu itu aku sempat mengintip dia lagi mandi sambil masturbasi. Wah pokoknya dia tahu benar cara mancing gairahku.

Sampai pada hari itu tepatnya hari Jumat malam, waktu itu turun hujan gerimis, jadi aku malas keluar rumah, aku di kamar lagi main internet, melihat gambar-gambar porno dari situs internet, terus tanpa sadar kukeluarkan kemaluanku yang sudah tegang sambil melihat gambar perempuan bugil. Kemudian kuelus-elus batang kemaluanku sampai tegang sekali sekitar 15 cm, habis aku sudah terangsang banget sih. Tanpa kusadari tahu-tahu Tante Diana masuk menyelonong saja tanpa mengetuk pintu, saking kagetnya aku nggak sempat menutup batang kemaluanku yang sedang tegang itu. Tante Diana sempat terbelalak melihat batang kemaluanku yang sedang tegang, langsung saja dia bertanya sambil tersenyum manis.
“Hayyoo lagi ngapain kamu De?”
“Aah, nggak Tante lagi main komputer”, jawabku sekenanya.
Tapi Tante Diana sepertinya sadar kalau aku saat itu sedang mengelus-elus batang kemaluanku.
“Ada apa sih Tante?” tanyaku.
“Aah nggak, Tante cuma pengen ajak kamu temenin Tante nonton di ruang depan.”
“Ohh ya sudah, nanti saya nyusul yah Tan”, jawabku.
“Tapi jangan lama-lama yah”, kata Tante Diana lagi.

Setelah itu aku berupaya meredam ketegangan batang kemaluanku, lalu aku beranjak keluar kamar tidur dan menemani Tante Diana nonton film semi porno yang banyak mengumbar adegan-adegan syuuurr. Melihat film itu langsung saja aku jadi salah tingkah, soalnya batang kemaluanku langsung saja bangkit lagi nggak karuan. Malah malam itu Tante Diana memakai baju yang seksi sekali, dia memakai baju yang ketat dan gilanya dia nggak pakai bra, soalnya aku bisa lihat puting susunya yang agak muncung ke depan.

Karuan saja, gairahku memuncak melihat pemandangan seperti itu, tapi yah apa boleh buat aku nggak bisa apa-apa. Sedangkan batang kemaluanku semakin tegang saja sehingga aku mencoba bergerak-gerak sedikit guna membetulkan letaknya yang miring. Melihat gerakan-gerakan itu Tante Diana langsung menyadari sambil tersenyum ke arahku.
“Lagi ngapain sih kamu De?”
“Ah nggak Tante..”
Sementara itu Tante Diana mendekatiku sehingga jarak kami semakin dekat dalam sofa panjang itu.
“Kamu terangsang yah De, lihat film ini?”
“Ah nggak Tante biasa aja”, jawabku mencoba mengendalikan diri. Bisa kulihat payudaranya yang besar menantang di sisiku, ingin rasanya kuhisap -hisap sambil kugigit putingnya yang keras.
Tapi rupanya hal ini tidak dirasakan olehku saja, Tante Diana pun rupanya juga sudah agak terangsang sehingga dia mencoba mengambil serangan terlebih dahulu.
“Menurut kamu Tante seksi nggak De?” tanyanya.
“Wah seksi sekali Tante”, kataku.
“Seksi mana sama yang di film itu?” tanyanya lagi sambil membusungkan buah dadanya sehingga terlihat semakin membesar.
“Wah seksi Tante dong, abis Tante bodynya bagus sih.” kataku.
“Ah masa sih?” tanyanya.
“Iya bener Tante, sumpah…” kataku.
Jarak duduk kita semakin rapat karena Tante Diana terus mendekatkan dirinya padaku, lalu dia bertanya lagi kepadaku,
“Kamu mau nggak kalo diajak begituan sama Tante?”
“Mmaaauu Tante…” Ah seperti dapat durian runtuh kesempatan ini tidak aku sia-siakan, langsung saja aku memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada Tante Diana.
“Wahhhh barang kamu gede juga ya De…” katanya.
“Ah Tante bisa aja deh… Tante kok kelihatannya makin lama makin seksi aja sih.. sampe saya gemes deh ngeliatnya…” kataku.
“Ah nakal kamu yah De”, jawab Tante Diana sambil meletakkan tangannya di atas kemaluanku, lalu aku mencoba untuk tenang sambil memegang tangannya.
“Waah jangan dipegangin terus Tante, nanti bisa tambah gede loh”, kataku.
“Ah yang bener nih?” tanyanya.
“Iya Tante.. ehhh, eehhh saya boleh pegang itu Tante nggak?” kataku.
“Pegang apa?” tanyanya.
“Pegang itu tuh..” kataku sambil menunujukkan ke arah buah dada Tante yang besar itu.
“Ah boleh aja kalo kamu mau.”
Wah kesempatan besar nih, tapi aku agak sedikit takut pegang buah dadanya, takut dia marah tapi tangan si Tante sekarang malah sudah mengelus-elus kemaluanku sehingga aku memberanikan diri untuk mengelus buah dadanya.
“Ahhh.. arghhh enak De.. kamu nakal yah”, kata Tante sembari tersenyum manis ke arahku, spontan saja kulepas tanganku.
“Loh kok dilepas sih De?”
“Ah, takut Tante marah”, kataku.
“Ooohh nggak sayang… kemari deh.”
Tanganku digenggam Tante Diana, kemudian diletakkan kembali di buah dadanya sehingga aku pun semakin berani meremas -remas buah dadanya.
“Aaarrhh… sshh”, rintihan Tante semakin membuatku penasaran, lalu aku pun mencoba mencium Tante Diana, sungguh diluar dugaanku, Tante Diana menyambut ciumanku dengan beringas, kami pun lalu berciuman dengan mesra sekali sambil tanganku bergerilya di buah dadanya yang sekal sekali itu.
“Ahhh kamu memang hebat De.. terusin sayang.. malam ini kamu mesti memberikan kepuasan sama Tante yah.. ahhh.. arhhh.”
“Tante, saya boleh buka baju Tante nggak?” tanyaku.
“Oohhhh silakan sayang”, lalu dengan cepat kubuka bajunya sehingga buah dadanya yang besar dengan puting yang kecoklatan sudah berada di depan mataku, langsung saja aku menjilat-jilat buah dadanya yang memang aku kagumi itu.
“Aahhh… arghhh…” lagi-lagi Tante mengerangerang keenakan. “Teruss.. terusss sayang… ahhh enak sekali…” lama aku menjilati buah dada Tante Diana, hal ini berlangsung sekitar 10 menitan sehingga tanpa kusadari batang kemaluanku juga sudah mulai mengeluarkan cairan bening pelumas di atas kepalanya.

Lalu sekilas kulihat tangan Tante Diana sedang mengelus-elus bagian klitorisnya sehingga tanganku pun kuarahkan ke arah bagian celananya untuk kupelororti. “Aahhh buka saja sayang… jangan malu-malu… ahhhh…” nafas Tante Diana terengah -engah menahan nafsu, seperti kesetanan aku langsung membuka celananya dan kuciumi CD-nya.
Waah, dia lagsung saja menggelinjang keenakan, lalu kupelorotkan celana dalamnya sehingga sekarang Tante Diana sudah bugil total. Kulihat liang kemaluannya yang penuh dengan bulu yang ditata rapi sehingga kelihatan seperti lembah yang penuh dengan rambut.

Lalu dengan pelan -pelan kumasukan jari tengahku untuk menerobos lubang kemaluannya yang sudah basah itu. “Aahrrrh… sshh… enak De.. enak sekali”, jeritnya. Lalu kudekatkan mukaku ke liang kemaluannya untuk menjilati bibir kemaluannya yang licin mengkilap itu, lalu dengan nafsu kujilati liang kemaluan Tante dengan lidahku turun naik sepeti mengecat saja.
Tante Diana semakin kelabakan, dia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil memeras buah dadanya sendiri. “Aahhh… sshhh come on baby.. give me more, give me more… ohhhh”, dengan semakin cepat kujilati klitorisnya dan dengan jari tanganku kucoblos lubang kemaluannya yang semakin lama semakin basah.

Beberapa saat kemudian tubuhnya bergerak dengan liar sepertinya dia mau orgasme. Lalu kupercepat tusukan-tusukan jariku sehingga dia merasa keenakan sekali lalu seketika dia menjerit, “Oohh aaahh… Tante sudah keluar sayang… ahhh”, sambil menjerit kecil pantatnya digoyang-goyangkan untuk mencari lidahku yang masih terus menjilati bagian bibir kemaluannya sehingga cairan orgasmenya kujilati sampai habis.

Kemudian tubuhnya tenang seperti lemas sekali, lalu dia menarik tubuhku ke atas sofa. “Wah ternyata kamu memang hebat sekali, Tante sudah lama tidak sepuas ini loh…” sambil mencium bibirku sehingga cairan liang kemaluannya berlepotan ke bibir Tante Diana.
Sementara itu batang kemaluanku yang masih tegang di eluselus oleh Tante Diana dan aku pun masih memilin-milin puting Tante yang sudah semakin keras itu.
“Aahh..” desahnya sambil terus mencumbu bibirku. “Sekarang giliran Tante sayang… Tante akan buat kamu merasakan nikmatnya tubuh Tante ini.

Tangan Tante Diana segera menggerayangi batang kemaluanku lalu digenggamnya batang kemaluanku dengan erat sehingga agak terasa sakit, tapi kudiamkan saja habis enak juga diremas-remas oleh tangan Tante Diana. Lalu aku juga nggak mau kalah, tanganku juga terus meremas-remas payudaranya yang indah itu.
Terus terang aku paling suka dengan buah dada Tante Diana karena bentuknya yang indah sekali, juga besar berisi alias montok.
“Aahhh… shhh,”, rupanya Tante Diana mulai terangsang kembali ketika tanganku mulai meremas-remas buah dadanya dengan sesekali kujilati dengan lidah pentilnya yang sudah tegang itu, seakanakan seperti orang kelaparan kuemut-emut terus puting susunya sehingga Tante Diana menjadi semakin blingsatan.
“Ahh kamu suka sekali sama dada Tante yah De?”
“Iya Tante, abis tetek Tante bentuknya sangat merangsang sih, terus besar tapi masih tetep kencang…”
“Aahhh kamu emang pandai muji orang De..”
Sementara itu tangannya masih terus membelai batang kemaluanku yang kepalanya sudah berwarna kemerahan tetapi tidak dikocok hanya dielus-elus.

Lalu Tante Diana mulai menciumi dadaku terus turun ke arah selangkanganku sehingga aku pun mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa sampai pada akhirnya Tante Diana jongkok di bawah sofa dengan kepala mendekati batang kemaluanku. “Wahh batang kemaluanmu besar sekali De… nggak disangka kamu nggak kalah besarnya sama punya orang bule”, Tante Diana memuji-muji batang kemaluanku.

Sedetik kemudian dia mulai mengecup kepala batang kemaluanku yang mengeluarkan cairan bening pelumas dan merata tersebut ke seluruh kepala batang kemaluanku dengan lidahnya. Uaah, tak kuasa aku menahan erangan merasakan nikmatnya service yang diberikan Tante Diana malam itu. Lalu dia mulai membuka mulutnya lalu memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil menghisap-hisap dan menjilati seluruh bagian batang kemaluanku sehingga basah oleh ludahnya. Aku pun nggak mau kalah, sambil mengelus-elus rambutnya sesekali kuremas dengan kencang buah dadanya yang montok sehingga Tante Diana bergelinjang menahan kenikmatan.

Selang beberapa menit setelah Tante melakukan hisapannya, aku mulai merasakan desiran -desiran kenikmatan menjalar di seluruh batang kemaluanku lalu kuangkat Tante Diana kemudian kudorong perlahan sehingga dia telentang di atas karpet. Dengan penuh nafsu kuangkat kakinya sehingga dia mengangkang tepat di depanku.
“Ahh De ayolah masukin batang kemaluan kamu ke Tante yah.. Tante udah nggak sabar mau ngerasain memek Tante disodok-sodok sama batangan kamu yang besar itu.”
“Iiiya Tante”, kataku.
Lalu aku mulai membimbing batang kemaluanku ke arah lubang kemaluan Tante Diana tapi aku nggak langsung memasukkannya tapi aku gesek-gesekan ke bibir kemaluan Tante Diana sehingga Tante Diana lagi-lagi menjerit keenakan,
“Aahhh.. yes.. yes.. oh good.. ayolah sayang jangan tanggung-tanggung masukinnya…” lalu aku mendorong masuk batang kemaluanku. Uh, agak sempit rupanya lubang kemaluan Tante Diana ini sehingga agak susah memasukkan batang kemaluanku yang sudah besar sekali itu.
“Aahh.. shhh.. aoh.. oohhh pelan-pelan sayang.. terusterus… ahhh”, aku mulai mendorong kepala batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Tante Diana sehingga Tante Diana merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika batang kemaluanku sudah masuk semuanya.

Kemudian batang kemaluanku mulai kupompakan dengan perlahan tapi dengan gerakan memutar sehingga pantat Tante Diana juga ikut-ikutan bergoyang-goyang. “Aahhh argghhh.. rasanya nikmat sekali karena goyangan pantat Tante Diana menjadikan batang kemaluanku seperti dipilin-pilin oleh dinding liang kemaluannya yang seret itu dan rasanya seperti empotan ayam.
“Uuaahhh..” sementara itu aku terus menjilati puting susu Tante Diana dan menjilati lehernya yang dibasahi keringatnya. Sementara itu tangan Tante Diana mendekap pantatku keras-keras sehingga kocokan yang kuberikan semakin cepat lagi.
“Ooohh shhh sayang… enak sekali ooohhh yess… ooohh good… ooh yes…” mendenganr rintihannya aku semakin bernafsu untuk segera menyelesaikan permainan ini, “Aahh… cepat sayang Tante mau keluar ahh”, tubuh Tante Diana kembali bergerak liar sehingga pantatnya ikut-ikutan naik rupayanya dia kembali orgasme, bisa kurasakan cairan hangat menyiram kepala batang kemaluanku yang lagi merojokrojok lubang kemaluan Tante Diana. “Aahh… shhsss.. yess”, lalu tubuhnya kembali agak tenang menikmati sisa-sisa orgasmenya.
“Wahh kamu memang bener-bener hebat De… Tante sampe keok dua kali sedangkan kamu masih tegar.”
“Iiya Tante… bentar lagi juga Ade keluar nih…” sambil terus aku menyodok-sodok lubang kemaluan Tante Diana yang sempit dan berdenyut-denyut itu.
“Ahh enak sekali Tante.. ahhh…”
“Terusin sayang.. terus… ahhh.. shhh”, erangan Tante Diana membuatku semakin kuat merojok – rojok batang kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya.
“Aauwh pelan-pelan sayang ahhh.. yes.. ahh good.”
“Aduh Tante, bentar lagi keluar nih…” kataku.
“Aahh Ade sayang… keluarin di dalam aja yah sayang.. ahhh.. Tante mau ngerasin.. ahhh… shhh mau rasain siraman hangat peju kamu sayang…”
“Iiiyyaa… Tante..” lalu aku mengangkat kaki kanan Tante sehingga posisi liang kemaluannya
lebih menjepit batang kemaluanku yang sedang keluar masuk lobang kemaluannya.
“Aahhh… ohhh ahhh.. ssshhh.. Tante Ade mau keluar nih.. ahhh”, lalu aku memeluk Tante Diana sambil meremas-meremas buah dadanya. Sementara itu, Tante Diana memelukku kuat-kuat sambil mengoyang-goyangkan pantatnya.
“Ah Tante juga mau keluar lagi ahhh… shhh…” lalu dengan sekuat tenaga kurojok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. “Seeerr.. serr… crot.. crot…”
“Aahhh enak sekali Tante… ahhh harder.. harder… ahhh Tante…” Selama dua menitan aku masih menggumuli tubuh Tante Diana untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Tante Diana membelai-belai rambutku.
“Ah kamu ternyata seorang jagoan De…” Setelah itu ia mencabut batang kemaluanku yang masih agak tegang dari lubang kemaluannya kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya untuk dijilati oleh lidahnya. Ah, ngilu rasanya batang kemaluanku dihisap Tante Diana.

Cerita Dewasa Tante Yang Minta

Posting Cerita Dewasa Tante Yang Minta ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa.

Viewing all 382 articles
Browse latest View live